Makanan Tinggi Kandungan Sukrosa dan Fruktosa menjadi Pemicu Obesitas

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Suara com

Tingkat kejadian obesitas semakin meningkat di negara berkembang dan negara maju. Penyebab utama dari obesitas adalah ketidakseimbangan energi antara yang dikonsumsi dan yang dikeluarkan. Selain itu, obesitas dapat terjadi karena adanya interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, seperti pola makan, komposisi makanan yang dikonsumsi, gaya hidup, dan aktivitas fisik yang mempengaruhi pengeluaran energi tubuh. Pola makan seseorang dapat mempengaruhi resiko terjadinya obesitas diantaranya kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak dan gula serta rendah sayur-sayuran dan buah-buahan. Pemilihan makanan tinggi gula dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya obesitas.

Konsumsi fruktosa mengalami peningkatan secara tajam selama beberapa tahun. Konsumsi fruktosa berlebihan menjadi kontributor besar terhadap gejala sindrom metabolik, kejadian obesitas, resistensi insulin, dan hipertrigliserida. Peningkatan insulin dalam darah yang tinggi menyebabkan hipoglikemia. Kondisi ini menyebabkan tubuh merasa lapar sehingga memicu peningkatan asupan makan yang dapat menyebabkan konsumsi energi berlebihan terutama karbohidrat sederhana. Mengkonsumsi gula yang tinggi dapat mengganggu proses metabolisme setelah mengonsumsi makanan, mengganggu keseimbangan antara simpanan zat gizi dan proses oksidasi, mempengaruhi rasa lapar, rasa kenyang dan asupan energi untuk mencukupi kebutuhan harian.

Berdasarkan penelitian, kelompok tikus yang diberi diet tinggi sukrosa dan fruktosa memiliki tinggi asupan energi, kualitas gizi yang buruk, rendah protein, asam lemak esensial, zat gizi mikro, serat dan mineral penting lainnya. Peningkatan konsumsi minuman manis berhubungan dengan resiko menjadi obesitas karena lipogenesis de novo yang menjadi penyebab utama terjadinya akumulasi lemak di dalam tubuh. Konsumsi fruktosa atau sukrosa yang tinggi dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Hal tersebut disebabkan aktivasi liporpotein lipase (LPL) dan pembatasan laju enzim yang terlibat dalam penyerapan trigliserida dan sirkulasi penyimpanan jaringan adiposa subkutan. Konsumsi minuman manis menyebabkan peningkatan insulin sehingga kadar gula di dalam tubuh tinggi. Hal ini memicu peningkatan jaringan adiposa viseral dan peningkatan jaringan adiposa di bagian subkutan.

Makanan yang mengandung fruktosa dapat meningkatkan pembentukan lemak di hati pada individu yang mengalami obesitas. Ketika sitrat hati dan kadar ATP tinggi, metabolisme glukosa pada hati terhambat. Sebagian besar glukosa yang dikonsumsi akan melewati hati dan mencapai sirkulasi sistemik. Sebaliknya, metabolisme fruktosa diubah menjadi fruktosa-1-fosfat diatur oleh fruktokinase. Fruktokinase tidak dihambat oleh ATP atau sitrat. Ketika status energi hati tinggi, fruktokinase tetap melakukan metabolisme fruktosa diubah menjadi fruktosa-1-fosfat. Sebagian besar konsumsi fruktosa diambil oleh hati dan relatid sedikit mencapai sirkulasi sistemik. Di hati, fruktosa dapat dimetabolisme untuk mengatur jumlah substrat de novo lipogenesis, acetil-coA dan gliseraldehida trifosfat, sehingga menaikkan jumlah de novo lipogenesis. Fruktosa dapat mengaktifkan sterol receptor element binding protein-1c (SREBP-1c), terlepas dari keberadaan insulin, yang mana insulin dapat mengaktivasi gen yang terlibat di dalam de novo lipogenesis.

Penelitian ini merupakan penelitian literatur review yang melihat efek diet tinggi sukrosa dan fruktosa pada kejadian obesitas pada hewan coba. Pencarian literatur pada beberapa database jurnal elektronik menemukan 856 artikel terkait. Setelah dilakukan seleksi terkait judul, abstrak, dan isi penelitian secara keseluruhan, 12 artikel dipilih untuk kemudian dilakukan tinjauan pustaka. Berdasarkan tinjauan pustaka terkait diet tinggi sukrosa dan fruktosa, diketahui diet ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan hingga masalah gizi lebih yaitu overweight dan obesitas. Dampak diet tinggi sukrosa dan fruktosa dengan penyakit akibat obesitas yakni menyebabkan NAFLD (Nonalcoholic Fatty Liver Disease), kerusakan hati, menurunkan energy expenditure pada tubuh dan stress oksidatif pada ginjal. Diharapkan dari tinjauan pustaka ini masyarakat semakin sadar akan bahaya diet tinggi sukrosa dan fruktosa.

Penulis: Dominikus Raditya Atmaka, S.Gz, M.PH.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/view/20185

Alvia Anggreini Setyaningrum, Deandra Ardya R. Sutoyo, Dominikus Raditya Atmaka (2021). Pengaruh Diet Tinggi Sukrosa dan Fruktosa Terhadap Obesitas Pada Hewan Coba : Kajian Pustaka. Amerta Nutrition. 5(2): 173-179.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp