Titer Antibodi Anti-SARS-CoV-2 dari Donor Plasma Konvalesen

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh editor.id

Plasma konvalesen, pengobatan dengan mentransfer antibodi anti-virus penetralisir dan imunomodulator lain melalui transfusi plasma, secara historis terbukti memberikan perbaikan klinis pada penyakit menular serupa. Oleh karena itu, plasma konvalesen diusulkan sebagai salah satu pengobatan COVID-19 yang menjanjikan. Namun, penggunaan plasma konvalesen untuk mengobati pasien COVID-19 telah menimbulkan dilema karena respons yang berbeda di antara pasien. Perlu adanya validasi pengaturan khusus pemberian plasma konvalesen.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Titer Antibodi Anti-SARS-COV-2

Food and Drug Administration (FDA) AS telah menyarankan bahwa titer antibodi anti-SARS-COV-2 lebih dari 1:160 dianggap sebagai plasma konvalesen yang efektif. Namun, bukti mengenai hasil plasma konvalesen tetap kontroversial. Studi terbaru menunjukkan bahwa titer antibodi anti-SARS-COV-2 lebih dari 1:320 dari donor plasma konvalesen memberikan peningkatan klinis untuk merawat pasien COVID-19. Namun, titer antibodi anti-SARS-CoV-2 bervariasi pada setiap individu, dan titer ini mungkin dipengaruhi oleh berbagai kondisi seperti faktor inang, perinatal, ekstrinsik, perilaku, dan nutrisi serta besarnya penularan virus COVID-19 di wilayah tersebut. Beberapa penelitian telah dilakukan di AS dan Cina. Namun, belum ada penelitian yang dilakukan di Indonesia untuk menilai faktor pejamu dan perjalanan penyakit yang mungkin mempengaruhi titer antibodi anti-SARS-COV-2. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menilai prediktor titer antibodi anti-SARS-COV-2 di antara donor plasma konvalesen Indonesia.

Penelitian ini adalah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Saiful Anwar, Malang, Indonesia. Informasi yang menarik termasuk karakteristik demografi, gejala klinis, komorbiditas, temuan laboratorium, dan titer antibodi anti-SARS-CoV-2 di antara donor plasma konvalesen COVID-19 dikumpulkan. Korelasi dinilai menggunakan regresi logistik ganda.

Sebanyak 50 donor plasma konvalesen COVID-19 dengan titer antibodi anti-SARS-CoV-2 lebih dari 1:320 dan 33 donor dengan titer kurang dari 1:320 dianalisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa donor plasma konvalesen dengan riwayat batuk, demam, dispnea, dan pneumonia secara signifikan memiliki titer antibodi anti-SARS-CoV-2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan donor plasma konvalesen tanpa gejala. Selain itu, donor plasma konvalesen dengan peningkatan kadar eosinofil dan granulosit yang belum matang serta kadar albumin yang rendah memiliki kadar antibodi anti-SARS-CoV-2 yang lebih tinggi. Titer antibodi tidak dipengaruhi oleh komorbiditas donor. Temuan saat ini dapat digunakan sebagai kriteria dasar tambahan untuk memilih donor plasma konvalesen untuk pengelolaan COVID-19.

Penulis: Dr. Laksmi Wulandari, dr., Sp.P(K), FCCP

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2213398421000671

S.O. Wardhani et al. The predictors of high titer of anti-SARS-CoV-2 antibody of convalescent plasma donors. Clinical Epidemiology and Global Health 11 (2021) 100763 https://doi.org/10.1016/j.cegh.2021.100763

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp