Habib Husein Tekankan Indahnya Perbedaan untuk Tercapainya Persatuan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Habib Husein Ja'far Al Hadar diundang sebagai salah satu narasumber dalam acara Sekolah Rodinda BEM UNAIR. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Pada Sabtu pagi (10/7/2021), program kerja Kementerian Sosial dan Politik BEM UNAIR yakni Sekolah Rodinda mengadakan kegiatan webinar sebagai salah satu bentuk rangkaian acaranya. Webinar yang dihadiri lebih dari 500 peserta itu mengupas tema yaitu Belenggu Rasisme, Diskriminasi Agama, Stigma LGBT, dan Penyimpangan Media pada Masa Kini. Pendakwah muda Habib Husein Ja’far Al Hadar diundang sebagai salah satu narasumber dalam acara tersebut.

Husein membuka materinya dengan mengatakan bahwa akar dari problematika yang menjadi tema webinar itu adalah kesulitan untuk menerima eksistensi perbedaan. Paradigma yang mengatakan bahwa perbedaan merupakan suatu hal yang buruk dan keindahan hidup hanya dapat dicapai melalui persamaan, acapkali mengilhami tindakan-tindakan seperti stigma, diskriminasi, dan rasisme.

“Dalam Islam sudah jelas bahwa Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa perbedaan itu suatu keindahan dan kerahmatan. Disini kita harus memahami bahwa perbedaan itu tidak diciptakan oleh manusia, melainkan ciptaan Allah. Siapa kita untuk menolak ciptaan Allah?” tutur kolaborator Majelis Lucu Indonesia itu.

Alumni UIN Jakarta juga menjelaskan bahwa terdapat kesalahkaprahan bahwa perbedaan harus dimaknai sebagai ada pihak yang benar dan salah. Padahal Husein mengatakan bahwa sebenarnya itu persoalan perspektif saja, dan manusia memiliki hak untuk dihormati untuk perbedaan tersebut di atas persoalan benar salah. Akar masalah dari perpecahan tidak disebabkan oleh perbedaan, melainkan ketidakmampuan kita untuk menerima perbedaan itu.

“Seringkali perpecahan itu muncul karena kurang pemahamannya dan komunikasinya antara satu pihak dengan lainnya. Untuk itu kita harus sering berbicara dan belajar, agar tidak cepat membenci. Mungkin kita tidak setuju dengan kawan-kawan kita yang berbeda orientasi seksual, tetapi sudah pernakah kita pernah berkomunikasi? Sudahkah kita membangun referensi tentang perspektif mereka?” ujar pendakwah berdarah Madura itu.

Untuk itu, Husein berkata pada audiens urgensi untuk menumbuhkan pola pikir tentang persatuan di atas perbedaan. Ia menambahkan bahwa persatuan takkan pernah bisa tercapai apabila hanya mendasari pada persamaan.

“Apabila kita lihat kondisi di Timur Tengah, orang-orang disana kurang lebih memiliki kesamaan identitas. Agamanya sama, rasnya sama. Tetapi nyatanya mereka dirundung oleh konflik berkepanjangan,” ujarnya.

Dalam menjelaskan esensi tentang persatuan, Husein menggunakan teori imagined communities milik Ben Anderson. Teori tersebut mengatakan bahwa persatuan di dalam suatu kelompok masyarakat dapat tercapai apabila terdapat kesamaan imajinasi tentang persatuan tersebut di antara elemen-elemen masyarakatnya. Konflik dan perpecahan dapat terhindarkan bukan karena rezim hukum yang draconian, melainkan ada kesamaan imajinasi dan keinginan untuk tetap bersatu.

“Tentu ini dapat diaplikasikan pada nasionalisme dan persatuan di Indonesia. Sumpah Pemuda sejatinya adalah penyatuan imajinasi tentang eksistensi suatu negara yang bernama Indonesia. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kelompok yang ingin memecah belah suatu negara atau kelompok masyarakat, sejatinya berkeinginan untuk mendistorsi imajinasi tersebut,” simpulnya.

Oleh karena itu, Husein menekankan pada pentingnya media untuk propaganda pentingnya dan indahnya persatuan. Ia mengajak audiens untuk mendedikasikan sosial medianya untuk membuat atau setidaknya, menyebarkan, konten-konten positif yang menekankan pada toleransi dan persatuan.

“Sosial media itu memiliki efektivitas yang tinggi dalam membangun dan menghancurkan persatuan. Untuk itu kita harus gencar dalam membangun persatuan itu. Saya ingin bahwa toleransi itu tak lagi sebagai sesuatu yang luar biasa dan dapat diviralkan, melainkan telah menjadi norma yang biasa,” tutupnya

Penulis: Pradnya Wicaksana

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp