Gali Potensi Candi, HMD Bahasa dan Sastra Indonesia Lolos Pendanaan PHP2D Kemdikbud

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Prestasi membanggakan baru saja diraih oleh mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR). Pasalnya tim dari Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) Bahasa dan Sastra Indonesia berhasil lolos pendanaan dalam kompetisi Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D). 

PHP2D merupakan program yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menyasar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan atau Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Program tersebut bertujuan untuk menumbuhkan rasa peduli mahasiswa terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Selanjutnya, diharapkan mampu menciptakan desa binaan yang aktif, mandiri, berwirausaha, dan sejahtera.

Pada kompetisi tersebut, mereka mengajukan proposal kegiatan dengan judul “Tawangalun Lestari: Pemberdayaan Candi Tawangalun di Desa Buncitan, Kecamatan Sedati sebagai Kawasan Tourism Berbasis Sosiokultural.” Meskipun harus berkoordinasi dalam jaringan karena pandemi, namun komunikasi antar anggota tim berjalan baik. Selain itu mereka juga masih dapat menyeimbangkan fokus dengan kegiatan akademik, karena memilih waktu rapat di malam hari. 

Candi Tawangalun, dipilih mereka (HMD Bahasa dan Sastra Indonesia) sebagai lokasi sasaran guna menjalankan program kegiatan tersebut. Candi Tawangalun terletak di Desa Buncitan, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. 

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Alvin Faiz selaku penyurvei lokasi, sarana dan prasarana candi sangat minim, serta masyarakat setempat yang kurang begitu memahami seluk-beluk candi. Padahal, banyak nilai didaktis (pendidikan, Red) kebudayaan yang bisa dipelajari dari candi tersebut. Hal itulah yang kemudian melatarbelakangi dipilihnya Candi Tawangalun sebagai lokasi sasaran. 

Selain itu pemilihan lokasi Candi Tawangalun juga dirasa tepat untuk menyesuaikan dengan persyaratan program. “Karena pada persyaratan program, lokasi sasaran yang dipilih harus dapat ditempuh dengan waktu dua jam dari masing-masing kampus,” tutur Fitri. 

Langkah mereka untuk menjangkau dan mendalami lokasi tersebut (Candi Tawangalun, Red), tidak serta-merta berjalan dengan lancar. Fitri dan timnya beberapa kali menemui hambatan, bahkan sejak mereka masih  dalam tahap survei lokasi untuk pertama kalinya. 

Dipaparkan oleh Fitri dan Alvin, bahwa mulanya masyarakat dan juru kunci masih tertutup terhadap informasi yang berkaitan dengan candi. Namun setelah mereka menjelaskan maksud dan tujuan baiknya untuk merawat candi, keduanya (masyarakat dan juru kunci, Red) mulai terbuka.

Fitri dan teman-temannya berharap agar kawasan Candi Tawangalun nantinya berkembang menjadi wisata edukatif mengenai kebudayaan. Selain itu, diharapkan pula agar masyarakat setempat dapat semakin sejahtera dengan adanya kegiatan kewirausahaan. “Masyarakat desa Buncitan memiliki mata pencaharian khas yaitu berburu kepiting, jika dapat dioptimalkan maka kepiting ini dapat menjadi ikon kuliner khas Desa Buncitan sekaligus peluang wirausaha,” ungkap  Fitri dan Alvin.

Sementara itu ketika ditanya mengenai langkah selanjutnya, mereka menjelaskan bahwa masih ada beberapa proses pembekalan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). “Kegiatan ke depan kemungkinan akan dilaksanakan secara hybrid (dalam jaringan dan luar jaringan, Red), karena adanya pembatasan kegiatan masyarakat dari pemerintah,” pungkas Fitri. 

Penulis: Fauzia Gadis 

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp