Selama masa pandemi COVID19, perilaku konsumen dan gaya hidup sosial berubah. Sektor manufaktur perlu mencerminkan perubahan konsumen karena peraturan dan kebijakan pemerintah dibatasi untuk semua kegiatan di manufaktur. Oleh karena itu, untuk menangkap ketahanan dan Circular Economy (CE) di industri dan peluang riset lebih lanjut dalam meningkatkan ketahanan CE di kondisi disruptif, beberapa tema khusus perlu dibahas. Pertama, Bagaimana resiliensi CE telah dipahami oleh civitas akademika perlu dibahas; pengembangan yang dibuat pada metode/model kuantitatif perlu dipahami untuk mendukung keputusan CE yang kompleks ketika ketahanan dipertaruhkan. Kedua, Sistem tangguh di CE diperkuat untuk berkontribusi pada ketahanannya dalam rantai pasokan dengan menggunakan konsep metode apa pun yang dikembangkan untuk menilai risiko dan pertukaran antara ketahanan dan CE.
Riset di masa depan untuk perilaku konsumen dan gaya hidup sosial perlu mencakup sirkularitas dalam rantai pasokan yang harus dilacak berdasarkan data, termasuk kualitatif, kuantitatif dan data media sosial dan alur material dalam rantai pasokan harus ditujukan dalam tujuan simbiosis sosial, ekologi, dan ekonomi. Ketahanan dalam studi CE bersama dengan aplikasi praktis atau wawasan perlu dikonseptualisasikan dan dimodelkan dengan membandingkan kondisi pra-pandemi, dalam-pandemi atau bahkan pasca-pandemi sebagai kondisi disruptif.
Peristiwa disruptif ini dianalisa menggunakan metode dan alat yang dikembangkan seperti penilaian siklus hidup, komputasi pemodelan, analisis kuantitatif, analisis eksperimen konsumen dan analisis komparatif. CE membutuhkan sistem yang tangguh dalam pandemi COVID-19 dan mengarah pada konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Cakupan tema riset yang disebutkan memperkuat CE dan ketahanannya.
Penulis: Viqi Ardaniah
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://ejournal.ukm.my/pengurusan/article/download/43169/11183
