Model Prediksi Kematian pada Pasien dengan Ketoasidosis Diabetik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh honestdocs.id

Indonesia saat ini masih berada di perangkat ketujuh negara dengan jumlah pasien Diabetes Melitus (DM) terbanyak didunia sesuai laporan dari International Diabetes Federatio tahun 2019. DM merupakan hulu atau induk dari terjadinya penyakit lain, seperti penyakit jantung, stroke, luka akibat diabetes. Hal ini disebabkan karena DM dapat memicu terjadinya berbagai komplikasi pada pengidapnya, baik komplikasi akut maupun komplikasi kronis. Dengan adanya berbagai komplikasi ini, maka total pembiayaan akan sangat besar dan menguras anggaran Kesehatan nasional. Salah satu penelitian menunjukkan biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi diabetes tanpa komplikasi yakni Rp 5,4 juta per orang per tahun untuk perempuan dan Rp 5,7 juta per orang per tahun untuk laki-laki. Biaya ini meningkat pada saat diabetes disertai komplikasi, dimana biayanya naik menjadi Rp 11 juta per orang per tahun untuk perempuan dan Rp 14 juta per orang per tahun untuk laki-laki. Selain total pembiayaan yang meningkat, kematian karena DM dan komplikasinya juga meningkat.

Salah satu komplikasi akut yang memiliki kematian tinggi, dan tentu saja membutuhkan biaya yang besar adalah ketoasidosis diabetikum. Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi serius dari penyakit diabetes. Kondisi ini dapat terjadi ketika tubuh terlalu banyak mengandung asam darah yang disebut keton. Keton ini bisa muncul karena tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk menyerap glukosa ke dalam sel-sel tubuh guna mengubah glukosa menjadi tenaga. Gejala umum yang muncul pada pengidap ketoasidosis, yaitu sering minum dan merasa haus, jumlah air seni yang banyak dengan frekuensi yang meningkat sehingga sering menimbulkan dehidrasi. Gejala lain yang terjadi bisa berupa mual dan muntah, nyeri perut, sesak napas dengan napas berbau aseton, hingga gejala yang berat seperti linglung, penurunan kesadaran, hingga koma.

Penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada pasien DM yang mengalami komplikasi ketoasidosis diabetik dan dirawat antara tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 31 Desember 2018 mendapatkan angka kematian yang cukup tinggi. Angka kematian yang tinggi pada rumah sakit tersier adalah karena tingkat sosial ekonomi yang rendah, adanya berbagai penyakit penyerta, serta keterlambatan dalam mencari pengobatan. Faktor lain yang juga sangat berperan adalah infeksi. Lebih dari sepertiga pasien datang dengan gangguan kesadaran. Keluhan lain yang muncul pada pasien pada penelitian ini juga keluhan sesak nafas, mual muntah, kelemahan badan yang ikut menyertai kondisi keasaman tubuh yang rendah, gangguan elektrolit atau ion tubuh dan dehidrasi.

Banyak pasien ketoasidosis diabetik datang dengan berbagai penyakit penyerta seperti penyakit jantung koroner, penyakit ginjal, penyakit paru dan pernapasan, koma, infeksi yang berat atau sepsis, radang pada pankreas, perdarahan saluran cerna dan hipertensi. Infeksi adalah faktor pencetus utama terjadinya ketoasidosis diabetik di Indonesia. Pada penelitan ini, didapatkan infeksi terjadi pada 73,3% pasien ketoasidosis diabetik. Radang paru dan infeksi saluran kencing adalah infeksi yang terbanyak yang dijumpai. Penyebab kematian terutama bukan disebabkan oleh ketoasidosis diabetik itu sendiri, namun justru disebabkan karena syok septik yaitu kondisi kegagalan pembuluh darah karena kondisi infeksi yang berat.

Perlu penanganan ketoasidosis diabetik yang tepat dan cepat agar angka kematian komplikasi ini bisa menurun. Tata laksana ketoasidosis diabetik meliputi penanganan cairan, pemberian insulin, koreksi elektrolit dan keasaman darah dengan harapan kondisi ini segera teratasi dan tidak berakhir pada kematian. Beberapa faktor ternyata dapat membantu prediksi kematian pada komplikasi ini seperti usia lanjut, tingkat kesadaran, serta gangguan elektrolit kalium dan bikarbonat, bisa dibuat menjadi suatu model yang bisa memprediksi risiko kematian pasien. Harapannya formula model tersebut dapat membantu klinisi untuk mengambil tindakan.

Namun demikian, tindakan pencegahan terjadinya ketoasidosis diabetik ini jauh lebih penting. Pencegahan meliputi pengendalian gula darah yang baik, pengendalian penyakit penyerta, serta pengendalian dan pencegahan infeksi menjadi Tindakan yang sangat penting. Hal yang penting adalah ketepatan rujukan pada kondisi pasien diabetes yang mengalami ketoasidosis diabetik yang berat di fasilitas kesehatan primer dan sekunder sehingga pasien tidak terlambat sampai di rumah sakit rujukan tersier.

Penulis: Hermina Novida, dr., Sp.PD.

Link Jurnal: https://sinta.ristekbrin.go.id/affiliations/detail?q=A+Prediction+Model+of+Mortality+in+Patients+Hospitalized+with+Diabetic+Ketoacidosis+in+a+Tertiary+Referral+Hospital+in+Surabaya%2C+Indonesia&search=1&id=380&view=documents

Judul Jurnal: A Prediction Model of Mortality in Patients Hospitalized with Diabetic Ketoacidosis in a Tertiary Referral Hospital in Surabaya, Indonesia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp