Fakultas Psikologi UNAIR Edukasi Mahasiswa Tentang Pelecehan Seksual

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Suasana Zoom Meeting ‘Membangun Self-Compassion Mahasiswa Penyintas Pelecehan Seksual’. (Sumber: SS Zoom Meeting)

UNAIR NEWS – Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menggelar pengabdian masyarakat di masa pandemi. Kali ini, kegiatan pengmas Psikologi UNAIR mengedukasi mahasiswa tentang bahaya, pencegahan, serta perlindungan korban pelecehan seksual.

Gelaran bertajuk ‘Membangun Self-Compassion Mahasiswa Penyintas Pelecehan Seksual’ itu diadakan secara daring melalui webinar pada Sabtu (3/7/2021). Terdapat tiga pemateri yang hadir dalam acara tersebut, yakni Guru Besar Antropologi UNAIR Prof. Dra. Myrtati Dyah Artaria, MA., Ph.D.; Pakar Psikologi UNAIR Dr. Ike Herdiana, M.Psi., Psikolog; serta mahasiswa Profesi Psikologi Klinis UNAIR Danny Sanjaya Arfensia, S.Psi.

Prof. Myrtati dalam kesempatannya menyoroti masalah kekerasan seksual pada mahasiswa. Menurutnya penyintas pelecehan seksual seringkali harus menghadapi tekanan akibat persepsi yang salah dan keadaan lingkungan sekitar yang tidak mendukungnya.

“Dalam beberapa kasus, institusi kampus seringkali enggan bertindak tegas karena ingin menjaga reputasi. Akibatnya banyak terjadi hal-hal yang malah merugikan penyintas seperti tekanan untuk keluar dari institusi, pemutusan beasiswa, nilai yang buruk, terror, hingga perlakuan yang buruk lain secara sistemik yang menimpa penyintas,” jelas Prof Myrta.

Untuk itu Ahli Antropologi Ragawi, Gender, dan Seksualitas tersebut mengimbau agar institusi kampus mampu berkomitmen pada kebijakan dan tindakan pencegahan pelecehan seksual maupun perlindungan bagi penyintas.

Sementara itu Dr. Ike membagikan edukasi terkait strategi self-compassion pada penyintas pelecehan seksual. Self-compassion sendiri merujuk pada sikap perhatian dan kebaikan terhadap diri sendiri saat menghadapi kesulitan, kegagalan, atau kekurangan.

Dr. Ike memandang bahwa self-compassion akan sangat dibutuhkan oleh para penyintas pelecehan seksual. Apalagi para penyintas berpotensi mengalami masalah psikologis seperti depresi, shock, frustasi, insecurity, denial, self-blame, isolasi, merasa lemah, dan berbagai emosi negatif lainnya.

“Untuk membangun self-compassion, penyintas harus berusaha berlatih memaafkan, mengembangkan pola pikir ‘growth’, bersyukur, berlatih memberi pada orang lain, serta be mindfull,” katanya.

Kemudian pada kesempatan terakhir, Danny berbagai kiat-kiat untuk terhindar dari pelecehan seksual di media sosial. Menurut Danny, pengguna media sosial harus bijak dengan tidak sembarangan menerima ajakan pertemanan, menggunakan fitur privasi akun, mengganti password secara berkala, tidak menceritakan kehidupan pribadi di media sosial, memanfaatkan fitur report, hingga mencari bantaun apabila mengalami pelecehan seksual berbasis online.

Ditujukan bagi para mahasiswa dari Surabaya, webinar pengabdian masyarakat itu menjadi salah satu bentuk upaya Fakultas Psikologi UNAIR untuk mengimplementasikan sustainable development goals (SDGs). Dalam SDGs, pasal terkait Good Health and Wellbeing serta Gender Equality telah termuat dalam 17 pilar yang harus diimplementasikan oleh berbagai lembaga, termasuk institusi pendidikan. (*)

Penulis: Intang Arifia

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp