Identifikasi dan Prevalensi Jamur pada Ikan Gurami di Beberapa Pasar Modern di Surabaya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Regional Kontan

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang cukup populer di Indonesia. Pasar modern pada umumnya menyediakan berbagai macam kebutuhan seperti ikan segar berupa ikan yang masih hidup. Penjualan ikan segar di pasar modern di Surabaya bisa mencapai 80% setiap tahunnya. Diperlukan penanganan yang lebih hati-hati terhadap transaksi ikan segar di pasar modern termasuk apakah terdapat patogen pada ikan segar seperti jamur. Kendala dalam pemeliharaan ikan gurami antara lain adalah serangan hama dan penyakit, baik di tingkat pembenihan maupun pembesaran. Salah satu patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada ikan gurami siap konsumsi adalah jamur. Jamur tersebut cepat menular ke ikan lain di kolam yang sama sehingga potensi kerugian yang ditimbulkan cukup besar.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) pada lima (A, B, C, D dan E) pasar modern di wilayah Surabaya Selatan, Utara, Timur dan Barat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lima pasar modern di Surabaya, dapat diisolasi jamur pada sisik dan siripnya. Dari seluruh jamur yang tumbuh, teridentifikasi lima jenis jamur yaitu Fusarium, Aspergillus flavus, Trichoderma, Rhizopus oryzae, dan Saprolegnia. Jamur Fusarium yang teridentifikasi dari isolat lokasi A merupakan salah satu jamur yang memiliki sebaran habitat cukup luas. Beberapa spesies Fusarium dapat menjadi patogen pada manusia dan hewan karena menghasilkan mikotoksin. Jenis jamur Fusarium yang menghasilkan mikotoksin tipe zearalenone antara lain F. graminearum yang memiliki aktivitas ekstrogenik yang menyebabkan kegagalan reproduksi dan diare. F. sporotrichiodes dan F. graminearum mampu menghasilkan mikotoksin trichotesene yang menyebabkan nekrosis kulit, gangguan pencernaan, koagulasi dan gangguan imunologi.

Pada lokasi pengambilan sampel ikan B, C dan D diketahui ikan gurami hasil isolasi teridentifikasi terinfeksi Aspergillus flavus. A. flavus merupakan salah satu spesies jamur penghasil mikotoksin jenis aflatoksin. Pada lokasi C dapat diisolasi jamur yang teridentifikasi genus Trichoderma yang diduga bukan merupakan jamur patogen gurami. Pada lokasi D dapat diisolasi jamur yang terindentifikasi spesies Rhizopus oryzae dan bukan  sebagai jamur patogen pada ikan gurami. Pada lokasi E teridentifikasi genus Saprolegnia. Saprolegnia diketahui tidak hanya menyebabkan penyakit pada ikan gurami tetapi juga jenis ikan air tawar lainnya seperti ikan nila (Oreochromis niloticus). Infestasi jamur Saprolegnia dimulai dari luka pada tubuh ikan dan perubahan lingkungan yang drastis sehingga menyebabkan ikan mengalami stres dan penurunan daya tahan tubuh.

Semua jenis jamur ditemukan tumbuh seperti kapas di tubuh ikan, jamur Rhizopus memiliki kenampakan makroskopis yang menyerupai kapas, jamur ini merusak penampilan ikan sehingga menurunkan harga jual ikan. Pada lima lokasi pengambilan sampel ikan gurami diketahui rata-rata nilai prevalensi ikan yang terinfeksi jamur adalah 70%. Prevalensi ikan gurami yang diteliti berada pada kategori biasa (89-70%). Hal ini diduga terjadi karena tingkat kebersihan air dan populasi yang berlebihan di setiap lokasi pengambilan sampel yang tidak cukup baik sebagai habitat hidup ikan gurami. Serangan jamur bersifat oportunistik karena hanya menyerang ikan saat mengalami stres atau penurunan daya tahan tubuh akibat perubahan kondisi lingkungan. Infeksi jamur pada ikan gurami juga disebabkan oleh efek sekunder dari infeksi bakteri, virus dan parasit, penanganan pasca panen dan padatnya populasi ikan di akuarium.

Penulis: Rahayu Kusdarwati

Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Kelautan , Universitas Airlangga

Link: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/679/1/012045/pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp