Analisis Apoptosis Pasien Cidera Pleksus Brakialis Sebelum dan Sesudah 6 Bulan Pasca Trauma

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi by Agen Allianz

Cidera pleksus brachialis (Brachial Plexus Injury/BPI)  merupakan trauma berat yang pada umumnya terjadi pada pasien usia muda dan usia produktif, biasanya akibat dari suatu kecelakaan lalu lintas dengan mengendarai sepeda motor. Mekanisme cidera yang terjadi pada umumnya oleh karena terlempar dengan kecepatan tinggi dari kendaraannya dan terjadi cedera pada daerah antara leher dan bahu. Pleksus brakialis sendiri merupakan anyaman saraf yang keluar dari saraf tulang belakang leher dan mensarafi anggota gerak atas mulai dari bahu hingga jari tangan. Cidera pada pleksus brakialis dapat menyebabkan kelumpuhan pada anggota gerak atas, sehingga mengakibatkan  hilangnya fungsi dan kemampuan penderita dalam melakukan kegiatan sehari-harinya serta aktivitas pekerjaannya, yang akan berdampak pada hilangnya pekerjaan, penurunan status ekonomi, depresi, kecemasan , dan bahkan hingga bunuh diri.

Sayangnya cidera pleksus brakialis ini sering berakhir dengan kelumpuhan permanen, oleh karena kemampuan regenerasi sel saraf yang rendah serta keterlambatan dalam mendapatkan pertolongan atau penanganan medis yang tepat.  Tata laksana medis untuk cidera pleksus brachialis pada umunya bertujuan untuk membantu regenerasi jaringan saraf ataupun penyambungan jaringan saraf, serta mencegah keurasakan otot-otot yang dipersarafi , baik dengan metode pembedahan maupun non-pembedahan.

Saat ini, terdapat beberapa pilihan tindakan pembedahan untuk cidera pleksus brahialis diantaranya adalah nerve grafting, nerve transfer, serta functional muscle transfer, yang kesemuanya merupakan bedah mikro. Pada cidera pleksus brakialis tipe post-ganglionic, di mana serabut saraf yang menalami kerusakan/putus berada pada  setelah badan sel saraf (ganglion) maka masih dapat diupayakan untuk megembalikan fungsi saraf tersebut dengan tindakan bedah mikro seperti nerve transfer atau nerve grafting, Namun demikian, keberhasilan penanganan dengan bedah mikro dipengaruhi oleh beberapa hal, diantarnya adalah jarak waktu dilakukannya tindakan operasi dengan kejadian trauma. Keterlambatan datangnya pasien untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengananan cidera pleksus brachilis merupakan salah satu penyebab tersering tertundanya tindakan operatif/bedah mikro hingga  jarak waktu cukup lama sejak kejadian trauma.

Keberhasilan penyambungan saraf dalam bedah mikro sangat ditentukan oleh viabilitas dari sel saraf yang akan disambungkan. Jarak waktu yang lama dari kejadian trauma hingga dilakukanya tindakan operatif, khususnya nerve transfer, menjadi salah satu penyebab kegagalan dari terapi pembedahan mikro ini, yang diduga oleh karena telah terjadi proses apoptosis atau kematian sel  pada ujung sel saraf yang dilakukan penyambungan

Beberapa studi klinis  menunjukkan bahwa tindakan pembedahan pada BPI yang dilakukan pada periode waktu kurang dari 6 bulan pasca trauma memiliki outcome klinis yang lebih baik dibandingkan pada yang dilakukan pada setelah 6 bulan pasca trauma. Outcome klinis yang lebih buruk pada tindakan yang dilakukan setelah 6 bulan pasca truma   berhubungan dengan telah terjadinya degenerasi pada motor end plate  yang telah mengalami denervasi selama lebih dari 6 bulan. Selain itu, pada tingkat seluler, didapatkan bukti pula bahwa setelah 6 bulan pasca cidera, kemampuan sel saraf untuk mengalami regenerasi telah jauh berkurang.        

Sejalan dengan hal tersebut departemen orthopedi fakultas kedokteran universitas airlangga-RS dr.Soetomo Surabaya telah melakukan penelitian dengan melakukan analisis pada jaringan saraf pleksus brakialis pasien yang mengalami cedera tipe postganglionic, baik pada pasien yang mengalami cidera kurang dari 6 bulan pasca trauma dan lebih dari 6 bulan pasca trauma. Hasil analisis imunohistokimia menujukkan bahwa jaringan saraf pleksus brachialis pasien lebih dari 6 bulan pasca trauma mengalami apoptosis (kematian sel terprogram) yang lebih tinggi dibandingkan pada jaringan saraf pasien kurang dari 6 bulan pasca trauma. Semakin tinggi apoptosis atau kematian sel terporogram yang terjadi pada jaringan saraf, maka semikin sedikit  jaringan atau sel saraf yang hidup dan fungsional yang tersisa. Hal ini lah yang mengakibatkan rendahnya tingkat keberhasilan tindakan bedah mikro penyambungan serabut saraf pleksus brachialis pada pasien yang telah lebih dari 6 bulan pasca trauma.           

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian – penelitian sebelumnya yang di mana pasien BPI lebih dari 6 bulan pasca trauma memiliki outcome keberhasilan klinis yang lebih rendah terhadap tindakan bedah mikro, oleh karena telah terjadi apoptosis yang sejalan dengan periode waktu lamanya cidera. Hasil penelitian ini juga semakin menekankan pentingnya penagananan sedini atau secepat mungkin pasien yang mengalami cidera pleksus brachialis, yaitu  untuk mendapatkan tindakan pembedahan yang tepat sebelum 6 bulan pasca trauma, agar memiliki prognosis atau harapan keberhasilan tindakan dan outcome klinis  yang lebih baik.

Penulis: Dr. Heri Suroto, dr, Sp.OT(K) & dr Gana Adyaksa, MSiMed, Sp.OT

Dep. Orthopaedi dan Traumatologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Judul Jurnal: Apoptosis of proximal stump postganglionic brachial plexus injury, before and after six months post-trauma.

Authors: Gana Adyaksa, Heri Suroto

Dipublikasikan di: Annals of Medicine and Surgery 63 (2021) 102156

Link: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2049080121001060

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp