Kepala BNN Jawa Timur Sebut Narkoba bisa Hambat Tercapainya Indonesia Emas

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Kepala BNN Jawa Timur, Drs. Mohammad Aris Purnomo saat menyampaikan materi dalam seminar nasional bertemakan ‘Selaras Berantas Penyalahgunaan Narkoba untuk Generasi Emas Indonesia’.(Foto Bastian Ragas)
Kepala BNN Jawa Timur, Drs. Mohammad Aris Purnomo saat menyampaikan materi dalam seminar nasional bertemakan ‘Selaras Berantas Penyalahgunaan Narkoba untuk Generasi Emas Indonesia’.(Foto Bastian Ragas)

UNAIR NEWS – Menyambut Hari Anti Narkoba Internasional yang jatuh setiap tanggal 26 Juni, Universitas Airlangga (UNAIR) melalui Kementerian Sosial Masyarakat BEM UNAIR menyelenggarakan seminar nasional bertajuk ‘Selaras Berantas Penyalahgunaan Narkoba untuk Generasi Emas Indonesia’.

Dalam kegiatan yang berlangsung pada Senin (28/06/2021), Drs. Mohammad Aris Purnomo sebagai pembicara pertama menyerukan bahwa peringatan Hari Anti Narkoba merupakan bentuk keprihatinan dunia tentang betapa bahayanya narkoba yang menjadi musuh global. 

“Perang melawan narkoba ini tidak ada habisnya, sehingga kita harus terus sama-sama untuk melawan,” tekannya.

Suasana webinar dalam rangka Hari Narkotika Internasional. (Foto: Bastian Ragas)
Narkoba di Indonesia

Kepala BNN Jawa Timur itu menyatakan bahwa Indonesia sendiri saat ini dalam kondisi darurat narkoba. Dia menyebut, hitungan penyelundupan narkoba setiap tahunnya sudah mencapai ratusan ton.

“Berdasarkan keterangan Presiden Jokowi, setiap tahunnya ada sekitar 250 ton narkoba yang masuk ke Indonesia. Ini bukan lagi penyelundupan, tapi sudah termasuk pengeboman narkoba,” terangnya.

Lebih lanjut, Aris juga menjelaskan bahwa narkoba bisa menyerang siapa pun tidak memandang usia. Apabila bibit-bibit generasi muda saat ini sudah mulai mengenal narkoba, Aris menyebut hal itu akan menyebabkan Indonesia kehilangan generasi muda yang briliant dan susah mencapai Indonesia Emas pada 2045 mendatang.

“Kita juga perlu melihat negara-negara lain, kalau mereka sudah sudah berlomba di bidang teknologi, teknik informatika yang tinggi dll., sementara kita masih perang melawan narkoba bagaimana nasib kedepan yang katanya mau menyongsong Indonesia Emas?” tutur Aris.

Habiskan Banyak Anggaran

Tingginya kasus narkoba di Indonesia, menurut Aris tentu berdampak pada penyediaan hunian lapas. Berdasarkan data, dia menyebut sekitar 80% lapas Indonesia dihuni oleh kasus narkoba. Hal itu membuat pemerintah terus berpikir untuk menyediakan lapas baru yang tentunya akan menghabiskan banyak anggaran negara.

“Itu baru tempat huniannya, belum termasuk biaya makan, rehabilitasi, dll. Tentu bisa dibayangkan betapa banyaknya anggaran yang negara keluarkan,” jelasnya.

Besarnya penyelundupan narkoba di Indonesia, menurut Aris dikarenakan lemahnya pengawasan di darat, laut, udara, dan daerah perbatasan, tingginya iming-iming dari kruntungan berbisnis narkoba, dan kuatnya jaringan sindikat narkoba.

“Mari bergandengan bersama untuk memerangi narkoba,” pungkasnya.

Penulis : Nikmatus Sholikhah

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp