Helicobacter pylori pada Keturunan Melayu Indonesia mungkin Bersumber dari Etnis lainnya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi by YGI

Helicobacter pylori menginfeksi sekitar setengah dari populasi manusia, tetapi prevalensinya bervariasi antar negara. Variasi prevalensi H. pylori dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain virulensi H. pylori, lokasi geografis, budaya inang, dan etnis inang. Sebuah studi meta-analisis infeksi H. pylori menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi ditemukan di Afrika (79,1%), Amerika Selatan (63,4%), dan Asia (54,7%). Menariknya, prevalensi infeksi H. pylori rendah pada kelompok etnis tertentu, meskipun memiliki paparan lingkungan yang sama dengan kelompok etnis lainnya. Melayu, anggota keluarga Austronesia, adalah kelompok etnis yang berbicara bahasa Melayu-Polinesia. Orang Melayu sebagian besar mendiami wilayah Asia Tenggara, terutama Semenanjung Malaya, pantai timur Sumatera, dan pantai Kalimantan. Setelah mencapai Semenanjung Malaya, orang Melayu mulai menyebar ke Indonesia (terutama Sumatera), beberapa wilayah Kalimantan, dan ujung barat Jawa. Meskipun Sumatera didominasi oleh Melayu Indonesia, beberapa etnis diklasifikasikan sebagai Proto-Melayu, termasuk kelompok etnis Batak dan Nias, yang dianggap nenek moyang lebih tua dari Melayu Indonesia modern.

Kelompok etnis lain juga tinggal di Indonesia, termasuk Jawa dan Sunda. Orang Jawa tinggal terutama di Pulau Jawa. Jawa dan Sunda memiliki budaya, bahasa, dan masakan yang sangat mirip. Yang penting, orang Sunda tinggal hampir secara eksklusif di bagian barat Jawa. Asal usul, sejarah, dan bahasa Melayu Semenanjung, Jawa, dan Sunda sangat mirip. Selain Melayu-Minang dan Melayu-Bugis yang merupakan sub-etnis Melayu di Malaysia, terdapat satu sub-etnis bernama Melayu-Jawa yang memiliki hubungan genetik yang erat dengan penduduk Indonesia, termasuk orang Jawa. Temuan ini menunjukkan bahwa orang Jawa dan Sunda mungkin memiliki sejarah leluhur dan budaya yang sama dengan orang di Semenanjung Melayu. Oleh karena itu, orang Jawa dan Sunda dianggap sebagai keturunan etnis Melayu Indonesia.

Sampai saat ini penduduk asli beberapa daerah di Indonesia masih dikategorikan sebagai bagian dari suku bangsa Melayu, meskipun mereka terbagi dalam banyak sub suku. Hal ini diperkuat dengan sensus penduduk yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1930. Sensus penduduk (volkstelling) tahun 1930 menggunakan studi antropologi, pendekatan bahasa, geografi, sejarah, dan etnorafi untuk menentukan kelompok etnis. Oleh karena itu, banyak peneliti yang menggunakan data sensus tahun 1930 oleh pemerintah Belanda sebagai acuan komposisi suku di Indonesia. Pada sensus tahun 1930, penduduk yang mendiami pulau Sumatera, sebagian Kalimantan, dan ujung barat Jawa masih dikategorikan sebagai etnis Melayu. Tingkat infeksi H. pylori di antara orang Melayu di Malaysia hanya 19,6% dan secara signifikan lebih rendah daripada populasi Cina dan India. Sebaliknya, orang Jawa memiliki tingkat infeksi H. pylori yang sangat rendah, hanya 2,4%. Selain itu, penelitian kami sebelumnya di lima pulau terbesar di Indonesia menunjukkan prevalensi H. pylori yang tinggi di Sumatera, tempat tinggal utama orang Melayu Indonesia. Karena ada hubungan erat antara Melayu Semenanjung dan Melayu Indonesia, peneliti berhipotesis bahwa tingkat infeksi H. pylori antara keturunan Melayu Indonesia akan lebih rendah daripada prevalensi di Malaysia. Di sini, peneliti akan meneliti prevalensi H. pylori di antara keturunan etnis Melayu Indonesia.

Berdasarkan dari gambaran di atas, peneliti dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya di salah satu jurnal Internasional terkemuka, yaitu Gut Pathogens. Penelitian tersebut menggunakan kombinasi lima tes, 232 peserta yang diuji untuk H. pylori dan peserta dianggap positif jika setidaknya satu tes positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi H. pylori secara keseluruhan adalah 17,2%. Peserta kemudian dikategorikan ke dalam kelompok Melayu (Aceh, Melayu, dan Minang), Jawa (Jawa dan Sunda), Nias, dan Batak. Prevalensi H. pylori sangat rendah di antara kelompok Melayu (2,8%) dan tidak ada H. pylori yang diamati di antara orang-orang Aceh. Demikian pula, tidak ada H. pylori yang diamati di antara kelompok Jawa. Namun, prevalensi H. pylori tinggi di antara orang Batak (52,2%) dan sedang di Nias (6,1%). Hasil multilocus sequence typing menunjukkan bahwa H. pylori dalam bahasa Melayu Indonesia diklasifikasikan sebagai hpEastAsia dengan subpopulasi hspMaori, menunjukkan bahwa H. pylori yang diisolasi bukanlah H. pylori Melayu tertentu.

Prevalensi infeksi H. pylori di kalangan Melayu rendah, tanpa H. pylori di beberapa kelompok etnis, seperti Aceh. Peneliti juga mengamati tidak ada H. pylori di antara orang Jawa. Namun demikian, tingkat infeksi H. pylori yang sangat tinggi diamati di antara orang Batak dan tingkat infeksi sedang diamati di antara orang Nias. Meskipun kelompok etnis hidup bersama sebagai sebuah komunitas, tingkat infeksi H. pylori di antara kelompok etnis keturunan Melayu Indonesia sangat rendah, menunjukkan bahwa mungkin sedari awal tidak ada H. pylori pada orang Melayu.

Penulis: Muhammad Miftahussurur

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada link artikel berikut :

https://gutpathogens.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13099-021-00432-6

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp