Asma merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah serius di Indonesia. Asma adalah penyakit kronis yang ditandai dengan peradangan saluran udara dan menyerang segala usia di dunia. Asma dapat menyebakan kematian dini. Selain itu, asma dapat menimbulkan penurunan kualitas hidup penderitanya, seperti pembatasan aktivitas, tidak dapat masuk sekolah atau bekerja, mengalami gangguan kesehatan emosional, dan kemampuan melakukan aktivitas rutin terbatas. Menurut Global Asthma Network (2018), asma secara global menduduki peringkat ke-16 di antara penyebab Years of Life lived with Disability (YLD) dan juga peringkat ke-28 di antara penyebab Global Burden of Disease (GBD) pada tahun 2016.
Dampak dan beban ekonomi yang ditimbulkan oleh penyakit asma ini sangat besar. Namun, dari berbagai penelitian menemukan bahwa factor risiko penyebab asma ini bervariasi sehingga kami tertarik untuk menganalisis factor risiko terjadinya asma terutama dilihat dari perbedaan jenis kelamin dan status gizi. Kami menggunakan data sekunder dari Indonesia Family Life Survey 5 (IFLS 5) dengan jumlah responden sebanyak 30.713 responden. Kami menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin, status gizi dengan terjadinya penyakit asma.
Temuan tersebut menjadi factor penting untuk segera diatasi agar angka mortalitas dan morbiditas yang disebabkan oleh penyakit asma dapat ditekan. Program intervensi seperti diet gizi seimbang perlu diintegrasikan pada semua masyarakat agar masyarakat mempunyai status gizi yang baik.
Penulis:
Ayuningrum, D. P., Fajariyah, R. N., Novirsa, R., & Astutik, E.
Informasi detail tentang artikel ini dapat dilihat pada:
Ayuningrum, D. P., Fajariyah, R. N., Novirsa, R., & Astutik, E. (2021). Relationship between Body Mass Index and Gender with Asthma. Jurnal Berkala Epidemiologi, 9(2), 115-122.
