Sinusitis Alergi Kronis pada Anak Akibat Alergi Tungau Debu Rumah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Alodokter

Sinusitis merupakan masalah kesehatan anak berprevalensi tinggi dengan peningkatan kasus setiap tahun. Penyakit alergi inhalan merupakan faktor risiko utama sinusitis yang menyebabkan kronisitas. Rinitis dan sinusitis dapat terjadi pada pasien yang sama 25-70% dan 72 dari 121 pasien gejala hidung kronis dengan uji kulit positif alergi inhalasi didapatkan sinusitis melalui hasil tomography scan. Gangguan hidung, baik secara anatomis, fisiologis, maupun imunologis, baik sistemik maupun lokal akan berdampak pada struktur organ lain di sekitarnya, salah satunya adalah sinus paranasal. Secara imunologis paparan alergi inhalan berulang secara terus menerus merupakan mekanisme patologis penyebab sinusitis kronis baik pada dewasa maupun anak akibat komposisi substrat inflamasi pada saluran pernafasan yang merupakan “one airway system”, sehingga anak-anak dengan rinitis alergi yang merupakan faktor resiko timbulnya sinusitis, baik musiman maupun persisten, secara radiologis sering didapatkan sinusitis secara signifikan. Tingginya prevalensi penyakit ini terutama terjadi pada anak-anak alergi terhadap tungau debu rumah (TDR) atau jamur, dimana melalui uji tusuk kulit ditemukan tiga alergen inhalan terbanyak di negara tropis yaitu: TDR (83%), kecoa (58%) dan rumput (34,1%). Sinusitis kronis dilaporkan mengganggu aktivitas fisik, menyebabkan penurunan kualitas hidup.

Penghindaran terhadap TDR sulit dilakukan di Indonesia, terapi medikamentosa meskipun telah berkembang pesat namun tidak menurunkan prevalesnsi alergi TDR yang semakin meningkat. Perlu dilakukan evaluasi penyebab utama sinusitis alergi kronis pada anak untuk memberikan terapi yang tepat. Imunoterapi TDR telah terbukti menurunkan gejala alergi TDR dalam jangka panjang. Pemberian ekstrak alergen TDR secara subkutan dengan peningkatan dosis secara perlahan merupakan terapi khusus alergi terkait TDR. Dengan demikian, imunoterapi dapat dipertimbangkan sebagai salah satu tatalaksana pada sinusitis kronis alergi akibat TDR terutama jika penghindaran dan terapi medikamentosa tidak memberikan perbaikan klinis.

Imunoterapi merupakan suatu terapi alternatif penanganan alergi jika penghindaran dan medikamentosa tidak dapat mengatasi masalah. Berbagai bukti tentang penurunan gejala alergi dengan imunoterapi sebagai salah satu dari tatalaksana telah didapatkan, dimana hasil imunoterapi dapat bertahan dalam jangka panjang karena dilakukan suatu manipulasi pada ketimpangan sistem imunitas individu dengan melakukan keseimbangan pada sel T, terjadi penurunan reaksi alergen-antibodi penyebab inflamasi sehingga menyebabkan penurunan gejala klinis alergi seperti sinusitis kronis alergi akibat TDR. Terjadi perbaikan aktivitas sehari-hari yang otomatis meningkatkan kualitas hidup anak

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menyatakan imunoterapi TDR bisa menjadi salah satu solusi tatalaksana sinusitis kronis alergi. Namun masih sedikit bukti mengenai tingkat keberhasilan dan pemberian imunoterapi TDR pada anak sinusitis kronis akibat alergi terhadap TDR, maka perlu dilakukan penelitian yang mengkaji lebih lanjut tentang manfaat imunoterapi TDR pada anak sinusitis kronis alergi TDR di Indonesia.

Anak dengan hasil uji tusuk kulit TDR positif, kultur nasofaring yang negatif dan hasil foto water’s dengan sinusitis dimasukkan dalam kriteria inklusi. Dengan menggunakan desain randomized control trial 46 partisipan dibagi menjadi 2 kelompok, terdiri dari kelompok perlakuan (imunoterapi) dengan sampel sebanyak 23 anak, dan kelompok kontrol dengan sampel sebanyak 22 anak (1 sampel drop out karena tidak pernah datang). Kelompok perlakuan menerima imunoterapi TDR secara subkutan seminggu sekali (fase build up) dan dilakukan pemeriksaan evaluasi gejala setiap minggu selama 14 minggu, sedangkan kelompok kontrol tidak dilakukan pemberian imunoterapi namun tetap kontrol setiap minggu selama 14 minggu untuk dilakukan pemeriksaan evaluasi gejala. Penilaian evaluasi gejala setiap minggu berdasarkan waktu penurunan/peningkatan gejala seperti: bersin, rinore, dan hidung tersumbat, selain itu ditambah pusing, kelelahan, nyeri menelan, hidung gatal, sekret berwarna, nyeri telinga, mata gatal, mata merah, mata berair, mata terbakar, mengi, sesak napas, rewel, postnasal drip, mendengkur, batuk, dan dahak. Pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol masing-masing anak dilakukan pemeriksaan radiologis yaitu foto water’s saat awal dan setelah 14 minggu untuk evaluasi.

Didapatkan perbedaan hasil foto water’s pada kelompok perlakuan dan kontrol, dimana kelompok perlakuan didapatkan perbaikan secara signifikan. Terdapat perbedaan pada gejala hidung gatal, sekret berwarna, mata gatal, mengi, sesak napas, bersin, postnasal drip, hidung tersumbat, mendengkur, batuk, dahak, dan rinore, dimana kelompok perlakuan didapatkan waktu perbaikan secara signifikan. Implikasi dari hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pemberian ekstrak imunoterapi TDR memberikan perbaikan gejala klinis pada anak dengan sinusitis kronis alergi TDR

Penulis : Azwin Mengindra Putera, dr, SpA(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

MW efficacy in DSP (jidmr.com)

Azwin Mengindra Putera, Anang Endaryanto, Ariyanto Harsono (2020). Effect of House Dust Mite Immunotherapy in Indonesian Children with Chronic Sinusitis. Journal of International Dental and Medical Research, 13(4), 1651–1658.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp