Kajian Nitrogen dan Phosphor dari Sedimen Tanah Mangrove

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh GlobalGiving

Hutan mangrove Indonesia adalah salah satu terbesar di dunia. Wilayah hutan mangrove Indonesia secara keseluruhan mencapai 4.3 juta Ha. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terhampar hingga area 3.062.300 Ha tahun 2005 yang berarti 19% dari total area hutan mangrove dunia. Namun dari tahun 1999 hingga 2005 mengalami penurunan hingga 64%. Data terakhir meninjukkan hanya 3.6 juta Ha hutan mangrove dalam kondisi baik sedang sisanya dalam kondisi rusak dan sedang. Hal ini dimungkinkan terjadi pada ekosistem wilayah hutan mangrove sebab memiliki kemampuan untuk menetralkan limpahan nutrient dan pollutant. Kondisi perairan di sekitar mangrove adalah wilayah yang kaya nutrient baik organic maupun an organic. Setiap lokasi ekosistem mangrove mempunyai kondisi nutrient yang berbeda yang sangat penting dalam mendukung potensi tanah yang ada untuk pertumbuhan tanaman mangrove. Elemen nutrient nitrogen (N) dan phosphor (P) sangat berpengaruh dalam pertumbuhan mangrove. Nitrogen berperanan dalam proses fotosintesis mangrove dan konsentrasi nitrogen daun digunakan untuk meingkatkan transport electron di dalam proses fotosintesis. Kebutuhan jumlah phosphor lebih rendah dibandingkan nitrogen namun keberadaan phosphor menjadi  sangat vital. Rendahnya serapan kandungan phosphor dapat menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi lebih kecil dan warna daun menjadi lebih gelap. Kerusakan hutan mangrove akan mengurangi kadar nutrient nitrogen dan phosphor di dalam tanah dan bila terjadi penurunan secara terus menerus akan menyebabkan penggerusan wilayah mangrove.

Hasil uji nitrogen dari 2 wilayah Pantai Jenu Tuban (A) dan ecotourism Wonorejo Surabaya (B) berkisar antara 31.55% hingga 40.86%. Data kandungan nitrogen di uji dengan uji T (unpaired comparison) dengan perbedaan tingkat kepercayaan 95%. Nilai tertinggi nitrogen dari wilayah pantai Jenu Tuban di titik sampling A4 sebesar 40.86% sedangkan dari wilayah ecotourism Wonorejo Surabaya berada di titik sampling B4 sebesar 38.04%. Hal ini disebabkan karena kedua titik sampling ini berada di dekat muara sungai yang kaya dengan bahan organic dari kontribusi sungai maupun lautan. Selain itu juga area titik sampling A4 Pantai Jenu Tuban juga merupakan wilayah yang dekat dengan area tambak udang semi intensive. Limbah organic dari hasil budidaya udang juga mengalir ke muara sungai termasuk juga buangan udang yang mati menyebabkan area tersebut kaya dengan bahan organic. Penambahan bahan organic tersebut dapat meningkatkan populasi mikro organisme tanah termasuk jamur. Bahan organic tersebut digunakan oleh mikro organisme tanah sebagai unsur penyusun tubuh dan sumber energy.

Kandungan nitrogen dari wilayah ecotourism Wonorejo Surabaya relative lebih rendah sebab lokasi titik sampling B1 (31.67%) dekat dengan tempat berlabuh kapal pesiar dan kantin area ecotourism Wonorejo Surabaya. Pada titik sampling B3 kadar nitrogennya sebesar 31.55%  menjadi area dengan kadar nitrogen terendah disebabkan area B3 menjadi tempat akhir jogging track wilayah ecotourism Wonorejo Surabaya. Demikian juga area B5 di mana kadar nitrogennya sebesar 31.75% karena termasuk area yang dekat dengan gazebo wilayah ecotourism Wonorejo Surabaya. Hal inilah yang menyebabkan kadar nitrogen B1 dan B5 relatif rendah karena tempat pengunjung beristirahat dan menikmati area mangrove sehingga banyak limbah bahan an organic jatuh ke tanah dan menghambat proses pembentukan nutrient nitrogen tanah. Nitrogen tanah dapat terbentuk dari kontribusi bahan organic dan N2 atmosfer. Ketidakketersediaan nitrogen dari tanah dapat terjadi karena proses pencucian NO3-, denitrifikasi NO3- menjadi N2, penguapan NH4 menjadi NH3+, terbentuknya mineral atau dikonsumsi oleh mikro organisme tanah. Secara statitistika didapatkan hasil yang sangat berbeda (P>0.01) antara nutrient nitrogen yang ada di wilayah Pantai Jenu Tuban dan ecotourism Wonorejo Surabaya dimana diakibatkan beberapa alasan diantaranya keberadaan limbah an organic dan kehadiran wisatawan sehingga menghambat proses dekomposisi bakteri untuk melakukan nitrifikasi yaitu proses oksidasi enzymatic yang merubah senyawa ammonium menjadi senyawa nitrat.

Hasil dari uji phosphor dari wilayah Pantai Jenu Tuban (A) dan ecotourism Wonorejo Surabaya (B) berkisar antara 0.0021 ppm hingga 0.043 ppm. Nilai terendah kandungan phosphor ditemukan  di titik sampling B3 (0.021 ppm) dan nilai tertinggi kandungan phosphor didapatkan di titik sampling A6 (0.043 ppm).  Titik sampling A6 merupakan area dengan sedimen tanah yang banyak mengandung bebatuan sedangkan titik sampling B3 merupakan area sedimen berlumpur. Keberadaan phosphor terjadi dalam dua bentuk yaitu senyawa phosphate organic (didapatkan di tanaman dan hewan) dan senyawa phosphate an organic (di dalam air dan tanah). Phosphat organic (P) dari tanaman dan hewan mati diuraikan menjadi phosphate an organik oleh decomposer. Phosphat organic terlarut dalam air tanah atau air laut yang terkikis dan menetap dalam sediment laut sehingga phosphate berlimpah ditemukan di bebatuan dan fosil, selanjutnya phosphate organic akan di serap oleh akar tanaman. Siklus tersebut akan berulang secara terus menerus. Phosphor hadir dalam bentuk ikatan Ca phosphate, Fe atau Al phosphate, phytate atau protein. Bakteri yang berperanan dalam siklus phosphor yaitu Bacillus, Pseudomonas, Aerobacter aerogenes, Xanthomonas yang dapat melarutkan phosphor sehingga dapat di serap oleh tanaman. Tidak ditemukan perbedaan yang significant (P<0.05) kandungan phosphor yang berasal dari wilayah Pantai Jenu Tuban dan ecotourism Wonorejo Surabaya. Hal ini disebabkan kedua habitat mangrove ini berlumpur dan sedikit berbatu dimana lumpur berperanan dalam karbon oxidation, nitrification, denitrification dan eliminasi biologi phosphor.

Pengukuran pH dari kedua habitat mangrove di wilayah Pantai Jenu Tuban dan ecotourism Wonorejo Surabaya tidak jauh berbeda dan berkisar antara 6.7 – 7.9. Demikian juga kadar salinitas berkisar antara 22-33 ppt. Pada kondisi pH tanah yang rendah  maka ion nitrate di serap lebih cepat oleh tanaman dibandingkan ion ammonium sedangkan pada pH tanah yang tinggi maka ion ammonium lebih cepat di serap dibandingkan ion nitrate oleh tanaman. Hasil dari kajian yang dilakukan menunjukkan bahwa kadar nitrogen yang tinggi didapatkan pada area di wilayah Pantai Jenu Tuban  sehingga lebih potensial bagi pertumbuhan mangrove dibandingkan wilayah ecotourism Wonorejo Surabaya.

Penulis: Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D N. Pradipta, M.A. Alamsjah and E.D. Masithah. 2021. Study of nitrogen (N) and phosphorus (P) in the land of mangrove sediments in ecotourism area Wonorejo Surabaya and coastal area of Jenu Tuban.  IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 679 (2021) 012048. doi: 10.1088/1755-1315/679/1/012048.  https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/679/1/012048

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp