Isu Perikanan dan Kelautan dari Kaca Mata Berbagai Praktisi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS Humas Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga (UNAIR) dan BEM FPK UNAIR telah berkolaborasi dalam publikasi terkait program Magister (S2) pada Webinar bertajuk ‘Advanced Research Initiatives for Sustainable Fisheries and Marine’, Selasa (22/6/2021) . Acara dimulai sekitar pukul 13.00 WIB secara daring via Zoom dan live streaming akun youtube FPK UNAIR.

Panitia juga mengundang tamu-tamu penting seperti Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur dan Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D. selaku Dekan FPK UNAIR bertindak sebagai pemberi sambutan (keynote speaker), serta beberapa narasumber yang berpengalaman.

Di tengah sambutan Prof. Amin berharap acara ini dapat berkontribusi untuk seluruh program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta hal yang perlu diingat agar semua yang hadir dan mahasiswa seluruhnya mampu meningkatkan keilmuan. Khususnya di bidang perikanan dan kelautan. Karena itu, FPK berupaya memberikan peluang bagi seluruh civitas akademika agar bisa meningkatkan keilmuannya melalui program S2.

“Saya sangat berharap silaturahmi dan sharing terkait informasi apa saja yang kita miliki, melalui webinar ini dapat mencerdaskan kita dan memberikan pilihan-pilihan terbaik bagi pengembangan kompetensi diri, institusi kita, dan khususnya target peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia,” tuturnya.  

Sesi awal oleh Dr. Eng. Sapto Andriyono menyampaikan beberapa poin terkait profil singkat pribadinya, institusi (FPK UNAIR), beberapa publikasi dan penghargaan hingga potensi dan kolaborasinya di masa mendatang. Menariknya ia juga sempat untuk memberikan informasi terkait salah satu penelitiannya, yaitu Barcode DNA.

“Ini merupakan identifikasi molekuler yang saat ini mulai dikembangkan. Jadi penelitian selama hampir 5 tahun terakhir terkait identifikasi mulai diarahkan ke arah digitalisasi,” katanya.

Sesi selanjutnya dengan Dr. Akhmad Taufiq Mukti, dirinya menyingkap sedikit sejarah program S2 Ilmu Perikanan yang dibuka pada 14 Agustus 2018 dan memperoleh akreditasi BAN-PT tanggal 6 Agustus 2019. Perlu dicatat bahwa tersedia empat jalur masuk (reguler, reguler portofolio, unggulan, dan ADS/beasiswa khusus mahasiswa asing) program S2 yang dapat diakses informasinya di situs ppmb.unair.ac.id. Ia juga menambahkan informasi bahwa kurikulum mata kuliah di program S2 mengadopsi kurikulum internasional (Can Tho University, Hiroshima University, dll).

“Ini semua pesan dari pak rektor dulu, harapannya jika lulus S2 dan lanjut studi S3 di luar tidak sekolah lagi,” jelasnya.

Narasumber berikutnya yakni Ricat Pahlefi Hidayat, S.St.Pi., M.Si. salah satu alumnus S2 Bioteknologi Perikanan dan Kelautan (BPK) mengungkap motivasi yang dimilikinya kala itu berkeinginan untuk bisa menambah ilmu. Ia juga ingin meningkatkan kapasitas perannya sebagai ASN agar memiliki konsep yang kuat. Ia menambahkan tips untuk memilih jurusan yang relevan dengan tugas ASN.

“Saya harus memilih jurusan yang bisa relevan atau ada hubungannya dengan tugas. Sehingga saya bisa mengkolaborasikan ilmu yang didapat nanti tepat guna dan bermanfaat.” katanya.

Almira Fardani Lahay, S.Pi., M.Si. yang juga salah satu alumnus S2 BPK turut memberikan beberapa pengalamannya saat masih aktif menjadi mahasiswa S2. Ia mengatakan bahwa perkuliahan tidak hanya serta merta belajar materi. Saat semester satu, angkatannya diberi kesempatan mengikuti tur lab untuk mendapatkan pengalaman dengan simulasi.

“Saya sempat melaksanakan lab-tour yang sangat bermanfaat bagi saya saat mengajar, jadi saya bisa melakukan simulasi walaupun belum punya alat,” ungkapnya.

Sesi terakhir acara diisi dengan sharing oleh Pungky Kumaladewi, S.PI. salah satu mahasiswa S2 yang masih aktif dan sedang bekerja sebagai staf Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Timur. Ia memberi keterangan terkait perikanan budidaya telah menjadi salah satu isu yang paling banyak di bidang perikanan seperti pengembangan budidaya, dan rekayasa budidaya.

“Adanya keragaman yang cukup banyak di Jawa Timur dan potensi budidaya serta pengembangannya cukup pesat, sehingga saya rasa perlu untuk kita identifikasi beberapa jenis yang mana nanti bisa kita kembangkan untuk budidaya,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Ichwan Firmansyah

Editor: Feri Fenoria 

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp