WHO mengklaim kematian akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2016 mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 1,35 juta kasus. Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama kematian pada usia muda (5-29 tahun). Analisis mengenai tingkat cedera dan kematian diantara korban pengemudi yang terlibat dalam kecelakaan tunggal untuk jenis kendaraan tertentu memiliki implikasi penting dalam hal mengelola keselamatan lalu lintas dan mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan penelitian deskriptif untuk menggambarkan karakteristik demografis serta tingkat cedera dan kematian di antara korban yang terlibat dalam kecelakaan tunggal di Taiwan, diketahui bahwa sebagian besar korban pengemudi adalah laki-laki dan distribusi usia di antara pengemudi di seluruh jenis kendaraan sangat berbeda. Korban pengemudi bus, truk, dan mobil sebagian besar berusia 30-64 tahun, sedangkan korban pengendara sepeda motor mayoritas berusia 18–29 tahun.
Korban pengendara sepeda motor dan sepeda memiliki angka cedera yang sangat tinggi (>90%), sedangkan tingkat cedera yang dialami pengemudi truk (38,58%) dan mobil (31,31%) tergolong rendah, begitu pun dengan korban pengemudi bus (3,90%). Namun, tingkat cedera pada pengemudi truk dan mobil yang masih berusia muda (<30 tahun) tergolong sangat tinggi. Sementara itu, tingkat kecelakaan juga relatif tinggi di antara korban pengemudi truk lansia (≥65 tahun). Meskipun korban pengemudi truk dan mobil memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi, korban pengendara sepeda dan sepeda motor yang lebih tua juga mengalami tingkat kematian yang relatif tinggi.
Tingkat cedera secara konsisten lebih tinggi pada pengemudi laki-laki daripada pengemudi perempuan untuk kecelakaan truk, mobil, dan sepeda. Sebaliknya, korban pengendara sepeda motor perempuan memiliki tingkat cedera yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Pengendara sepeda motor biasanya membutuhkan tenaga fisik untuk mengendalikan sepeda motor dengan aman. Perempuan biasanya tidak sekuat laki-laki, hal ini kemungkinan berkontribusi pada risiko cedera yang lebih tinggi bagi pengendara sepeda motor perempuan saat terjadi kecelakaan.
Tingkat kematian tampaknya lebih tinggi pada korban pengemudi laki-laki daripada perempuan. Hal ini dapat disebabkan karena korban pengemudi laki-laki cenderung menunjukkan karakteristik menyukai persaingan, lekas marah, keinginan untuk mengemudi dengan cepat, dan daya tarik pada stimulasi, yang mungkin terkait dengan risiko dan tingkat keparahan kecelakaan lalu lintas yang lebih tinggi. Selain itu korban pengendara sepeda motor yang lebih muda berisiko lebih tinggi mengalami cedera akibat kecelakaan tunggal, hal ini kemungkinan karena kurangnya pengalaman dalam mengendalikan kendaraan dan mengemudi dengan kecepatan tinggi.
Korban pengemudi truk lansia (≥65 tahun) dan korban pengendara sepeda paruh baya (≥45 tahun) juga merupakan kelompok korban pengemudi dengan tingkat cedera/kematian yang lebih tinggi. Peningkatan usia pengemudi mengakibatkan penurunan respons fisiologis secara bertahap. Selain itu, pengemudi di usia paruh baya cenderung mengalami gangguan penglihatan, pendengaran, kemampuan merespons dunia luar, serta kelemahan kondisi fisik.
Saat ini, belum ada regulasi khusus bagi pengemudi lansia di Taiwan untuk meningkatkan keselamatan berkendara. Sementara itu, studi menunjukkan perlunya peraturan seperti tes penglihatan dan pendengaran rutin terjadwal, pengelolaan pengobatan, dan pembaruan keterampilan pengemudi untuk membuat lansia tetap aktif secara fisik dan aman saat mengemudi.
Penulis: Kurnia Dwi Artanti
Risk of injury and mortality among driver victims involved in single-vehicle crashes in Taiwan: Comparisons between vehicle types.
(2020) International Journal of Environmental Research and Public Health, 17 (13), art. no. 4687, pp. 1-9.
