Khasiat Tablet Sambiloto dalam Menurunkan Ekspresi Cox-2 dan Prostaglandin

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by SehatQ

Kasus penyakit malaria masih tergolong tinggi di seluruh dunia dan di Indonesia khususnya Indonesia bagian Timur. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa sekitar 229 juta kasus malaria terjadi di seluruh dunia dan 409.000 kematian terjadi pada tahun 2019. Anak-anak berusia di bawah 5 tahun dan ibu hamil merupakan kelompok yang paling rentan terkena malaria. Pada tahun 2019 sebanyak 12 juta ibu hamil yang terpapar infeksi malaria melahirkan sekitar 822.000 anak dengan berat badan lahir rendah. Ibu hamil menjadi sangat rentan terhadap infeksi malaria karena terjadi perubahan imunologis selama masa kehamilan. Selama kehamilan, parasit penyebab malaria, Plasmodium falciparum, menghindari deteksi oleh sistem kekebalan ibu dengan menempati ruang darah dari plasenta. Malaria plasenta memiliki kemampuan untuk meningkatkan sintesis prostaglandin melalui peningkatan aktivitas enzim siklooksigenase-2 (Cox-2). Dimana Cox-2 dan prostaglandin ini berperan dalam menyebabkan kontraksi uterus sehingga dapat menyebabkan abortus atau persalinan prematur.

WHO merekomendasikan terapi berbasis kombinasi artemisinin (Artemisinine Combination Therapy/ACT) untuk semua ibu hamil yang menderita malaria P. falciparum tanpa komplikasi di trimester kedua atau ketiga kehamilan. Namun, terdapat keterbatasan informasi tentang keamanan, kemanjuran dan farmakokinetik terapi ACT pada ibu hamil. Oleh karena itu, obat alternatif untuk malaria yang aman dan efektif terutama bagi ibu hamil menjadi kebutuhan yang mendesak.  Andrographis paniculata atau lebih banyak dikenal dengan nama “sambiloto” telah digunakan dalam pengobatan tradisional di Indonesia untuk mengatasi berbagai penyakit. Tanaman ini telah banyak dilaporkan dalam berbagai jurnal penelitian yang menyebutkan bahwa sambiloto memiliki berbagai aktivitas farmakologis antara lain sebagai: antiinflamasi, antioksidan dan antimalaria. Beberapa penelitian kami telah menunjukkan bahwa sambiloto sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat alternatif khususnya untuk penyakit malaria pada ibu hamil. Oleh karena itu telah dilakukan pengembangan obat antimalaria dengan bahan baku sambiloto dalam bentuk sediaan tablet yang dinamakan AS201-01.

Selanjutnya, tablet AS201-01 yang mengandung fraksi etil asetat sambiloto yang setara dengan 35 mg andrografolida per tablet, diuji secara in vivo pada mencit bunting yang diinfeksi parasit Plasmodium berghei. Pengujian ini dilakukan sebagai model pengujian malaria  kehamilan pada hewan coba. Pada penelitian kami sebelumnya, telah dilaporkan bahwa tablet AS201-01 dapat menghambat pertumbuhan parasit, meningkatkan ekspresi TGF-β, menurunkan ekspresi TLR-4 dan indeks apoptosis jaringan plasenta pada mencit bunting yang diinfeksi P. berghei, sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi malaria plasenta. Efek ini secara tidak langsung  berkorelasi dengan penurunan Cox-2 dan ekspresi prostaglandin pada plasenta, yang dapat menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan menyebabkan abortus atau janin lahir prematur. Sehingga kemudian penelitian kami lanjutkan untuk menentukan pengaruh tablet AS2021-01 dari sambiloto ini dalam menurunkan ekspresi Cox-2 dan prostaglandin pada plasenta mencit bunting yang diinfeksi parasit P. berghei.

Penelitian dilakukan pada 24 ekor mencit bunting (galur Balb/c) yang dibagi menjadi 4 kelompok (n=6). Mencit dipelihara di Laboratorium Hewan Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga. Pembagian kelompok hewan coba adalah sebagai berikut: G1 adalah kelompok mencit bunting tidak diinfeksi, G2 adalah kelompok mencit bunting diinfeksi tanpa pemberian obat, G3 adalah kelompok mencit bunting diinfeksi yang diberi AS201-01, dan G4 adalah mencit bunting diinfeksi yang diberi tablet Dihidroartemisinin-Piperakuin/DHP (yang merupakan obat standar malaria). Seluruh kelompok infeksi (G2-G4) diinokulasi dengan parasit P. berghei pada hari ke-9 kebuntingan dan diobati pada hari ke-11. Semua mencit diterminasi pada hari ke-15 kehamilan, dan jaringan plasenta dikumpulkan. Ekspresi sitokin Cox-2 dan prostaglandin dari plasenta dievaluasi menggunakan uji imunohistokimia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok G3 memiliki ekspresi Cox-2 dan prostaglandin yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok G4 dan G2, tetapi lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok G1. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ekspresi Cox-2 dan prostaglandin berbeda secara signifikan antara kelompok (P<0,001). Penelitian ini menunjukkan bahwa tablet AS201-01 dapat menurunkan ekspresi Cox-2 dan prostaglandin pada plasenta mencit yang terinfeksi P. berghei sehingga diharapkan dapat menghilangkan efek patologis akibat malaria plasenta, yaitu abortus dan bayi lahir dengan berat badan rendah.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tablet AS201-01 dari sambiloto ini memiliki kemampuan untuk menurunkan ekspresi Cox-2 dan prostaglandin pada plasenta mencit yang diinfeksi P. berghei dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat alternatif untuk terapi  malaria pada ibu hamil.

Penulis:  Dr. Aty Widyawaruyanti, M.Si., Apt.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7988664/pdf/IJPA-16-43.pdf

Budi Prasetyo, Eka Dina Indriani, Nurya Viandika, Hilkatul Ilmi, Lidya Tumewu, Aty Widyawaruyanti, Activities of Andrographis paniculata (AS201-01) Tablet on Cox-2 and Prostaglandin Expression of Placental of Plasmodium berghei Infected Mice, Iran J Parasitol. Jan-Mar 2021;16(1):43-51. Doi:10.18502/ijpa.v16i1.5510.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp