Antibakteri Minyak Atsiri Kulit Batang Kayu Manis terhadap Pertumbuhan Methicillin- Resistant Staphylococcus aureus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh 99.co

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan salah satu pathogen yang paling banyak menyebabkan masalah serius secara global. Bakteri ini merupakan pathogen nosocomial dan bersifat zoonosis. Kontaminasi MRSA pada makanan ataupun bahan asal hewan merupakan ancaman yang serius bagi kesehatan masyarakat. Isolat MRSA dari pangan asal hewan diketahui dapat menginfeksi manusia dan juga sebaliknya, hewan ataupun pangan asal hewan dapat berfungsi sebagai reservoir untuk MRSA dan memiliki peranan penting dalam perpindahan penyakit zoonosis. MRSA resisten terhadap hampir semua antibiotik beta-laktam yang memiliki aktivitas bakterisidal. Pada tahun 2017 WHO mengeluarkan daftar global priority pathogens (GPP) berdasarkan tingkat prioritas akan kebutuhan antibiotik baru yang dibagi menjadi tiga yaitu kritis, tinggi dan sedang. MRSA merupakan salah satu bakteri yang masuk kedalam kategori dengan prioritas tinggi, sehingga perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk mendapatkan suatu agen antibaktri baru dan efektif.

Kulit batang kayu manis, merupakan tanaman obat tradisional yang telah lama digunakan sebagai rempah-rempah, pengawet makanan dan pewarna makanan. Tanaman ini memiliki potensi sebagai antidiabetik agen, antibakterial, dan antikanker. Sifat antimikrobial yang dimiliki oleh kulit batang kayu manis secara efektif mampu menghambat pertumbuhan Bacillus cereus, Listeria monocytogenes, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella anatum dan Candida albicans. Komponen antibakterial utama yang ada pada cinnamon berupa eugenol dan cinnamldehyde. Kulit batang kayu manis mengandung 0.5-10% minyak atsiri,   yang mana minyak ini terdiri dari eugenol (5-10%) dan cinnamldehyde (65-80%).

Menurut studi menyatakan bahwa minyak atsiri yang dihasilkan oleh kulit cinnamon dan senyawa aktif cinnamaldehyde mampu menghambat pertumbuhan multidrug resistant Pseudomonas aeruginosa (MDR-PA). Efek antibakterial terjadi karena senyawa aktif yang ada mampu merusak membran sel bakteri, menghambat ATPase, dan menghambat pembentukan biofilm. Penelitian ini dirancang untuk mengetahui kemampuan minyak atsiri dari kulit batang kayu manis dalam menghambat pertumbuhan MRSA yang berasal dari susu sapi.

Adapun senyawa utama pada minyak atsiri kulit batang kayu manis yang berupa cinamaldehide dan eugenol ini mampu menembus membran sel dan menghancurkan membran sitoplasma. Adanya kelainan pada membran sel dan enzim yang terdapat pada membran sel oleh senyawa cinamaldehide dan eugenol dapat menyebabkan perubahan konformasi protein, yang menyebabkan penghambatan aktivitas ATPase.

Beberapa peneliti menyatakan bahwa cinnamaldehyde memiliki antivitas antibiofilm yang sangat kuat. Biofilm merupakan kesatuan dari permukaan sel bakteri yang dilingkupi oleh matriks substansi polimerik ekstraseluler. Perkembangan biofilm dipengaruhi oleh proses internal dan eksternal. Biofilm yang telah terbentuk dapat menimbulkan sifat resistensi bakteri terhadap suatu antibiotik. Cinnamaldehyde memiliki potensi sebagai agent terapi adjuvant untuk MRSA melalui aktivitas antibiofilm. Aktifitas antibiofilm tergantung pada konsentrasi minyak atsiri yang digunakan, namun mekanisme lebih lanjut mengenai         aktivitas penghambatan pembentukan biofilm ini tidak sepenuhnya diketahui .

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa diameter zona hambat yang terbentuk dari minyak atsiri 8% lebih besar dari minyak atsiri 4%, hal ini dikarenakan semakin besar persentase minyak atsiri yang digunakan maka semakin banyak kandungan cinnamaldehyde dan eugenol didalamnya. Hasil yang memperlihatkan bahwa semakin besar konsentrasi minyak atsiri yang digunakan maka semakin lebar zona hambat yang dibentuk. Berdasarkan hasil uji aktivitas minyak atsiri yang menggunakan Meropenem sebagai kontrol positif dapat dilihat bahwa seluruh isolat MRSA sensitif terhadap antibiotik ini. Isolat MRSA 5 menghasilkan zona hambat dengan diameter 22.66 mm, isolat masih dikatakan sensitif karena diameter yang dibentuk ≥19 mm, namun hal ini tetap perlu mendapat perhatian khususnya pada penggunaan  Meropenem. Penggunaan antibiotik golongan Carbapenem yang tidak bertanggung jawab secara luas, berluang dan dalam jangka waktu yang panjang merupakan faktor yang menentukan terjadinya resistensi. Kasus resistensi terhadap Carbapenem merupakan salah satu masalah   kesehatan global. Resistensi menyebabkan pemilihan terapi menjadi sulit dilakukan, memerukan biaya yang mahal dan resiko terjadi kompikasi pun meningkat.

Hasil dari penelitian memperlihatkan bahwa minyak atsiri dari kulit batang kayu manis memiliki aktivitas antibakteri dan dapat menghambat pertumbuhan MRSA yang berasal dari susu sapi. Sebagian besar daya hambat terbentuk pada konsentrasi minyak atsiri 4% dan 8%, dan hanya satu isolat MRSA yang pertumbuhannya dapat di hambat oleh minyak atsiri dengan konsentrasi 2%.

Penulis korespondensi: Dr. Mustofa Helmi Effendi, drh., DTAPH

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

Shinta Levea Ni’matul Fadlilah1, Mustofa Helmi Effendi2*, Wiwiek Tyasningsih3, Lucia Tri Suwanti4, Jola Rahmahani3, Nenny Harijani2, Sancaka Chasyer Ramandinianto1, Aswin Rafif Khairullah.  (2021). Antibakteri Minyak Atsiri Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) terhadap Pertumbuhan Methicillin- Resistant Staphylococcus aureus. Jurnal Medik Veteriner,  4 (1): 56-62

https://e-journal.unair.ac.id/JMV/article/view/22695/pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp