Ibu Hamil dengan 4T dapat Meningkatkan Risiko Kematian Ibu

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Agilent

Ibu dengan 4T adalah ibu yang hamil Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Sering dan Terlalu Banyak yang disingkat menjadi ibu dengan 4T. Ibu dengan 4T pertama adalah ibu yang hamil pada usia terlalu muda yaitu hamil  saat berusia kurang dari 20 tahun. Kedua, ibu yang hamil pada usia terlalu tua yaitu hamil pada usia lebih dari 35 tahun. Ketiga, ibu dengan jarak kehamilan terlalu dekat yaitu jarak antar kelahiran anak satu dengan yang lainnya kurang dari 2 tahun dan terlalu sering.  Keempat, ibu yang mempunyai anak hidup lebih dari 3 atau 4. Ibu dengan 4T dapat juga mengakibatkan kematian ibu karena berbagai komplikasi yang dialaminya.

Faktor risiko determinan kematian ibu ada 3 yaitu determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh. Determinan dekat merupakan faktor langsung yang bisa menyebabkan kematian ibu diantaranya komplikasi yang dialami ibu selama hamil, bersalin, dan nifas. Contohnya perdarahan, eklamsi, infeksi, ruptur uteri dan partus lama. Determinan antara yaitu status kesehatan ibu, status reproduksi, akses pelayanan kesehatan, perilaku sehat dan faktor lain yang tidak diketahui atau diduga. Status kesehatan ibu diantaranya status gizi, riwayat komplikasi kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya dan riwayat penyakit Ibu sebelumnya. Status reproduksi terdiri dari paritas, usia, dan jarak kelahiran, sedangkan akses pelayanan kesehatannya meliputi ketersediaan fasilitas kesehatan dan akses keterjangkauan biaya, jarak dan waktu. Sedangkan untuk perilaku sehatnya meliputi pemeriksaan kehamilan, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan jika masih usia produktif menggunakan kontrasepsi. Sedangkan determinan jauh meliputi status ibu didalam keluarga, status ibu di dalam masyarakat serta status keluarga dalam masyarakat. Untuk status ibu dalam keluarga meliputi pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan status ibu di dalam masyarakat.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Kabupaten Bojonegoro, menggunakan data sekunder, menunjukkan bahwa ibu dengan 4T yang berusia terlalu muda (< 20 tahun) tidak ditemukan berpeluang untuk menyebabkan kematian ibu. Namun hal ini bukan berarti bahwa ibu berusia sangat muda pasti aman untuk hamil dan melahirkan. Perempuan yang terlalu muda (berusia kurang dari 20 tahun) dapat dikatakan belum siap secara fisik untuk hamil atau menjalani proses reproduksi. Ibu hamil pertama pada umur ≤16 th memiliki risiko tinggi mengalami kematian ibu karena rahim dan panggul ibu belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa sehingga juga diragukan keterampilan dalam perawatan diri dan bayinya.

Ibu dengan 4T yang terlalu tua (> 35 tahun) tidak berpeluang untuk menyebabkan kematian ibu. Namun hal ini bukan berarti bahwa ibu berusia sangat tua pasti aman untuk hamil dan melahirkan. Seorang Ibu yang hamil pertama pada usia ≥ 35 tahun juga memiliki resiko tinggi mengalami kematian ibu saat kehamilan, persalinan, dan pasca persalian. Pada rentang usia tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan menua. Jalan lahir juga bertambah kaku. Ada kemungkinan lebih besar terjadi persalinan macet dan perdarahan. Umur yang terlalu tua dapat mengakibatkan komplikasi pada kehamilan, persalinan maupun nifas. Menurut penelitian di Finland menyebutkan bahwa hamil di usia tua akan menyebabkan sebagian besar terjadi eklamsi yang secara tidak langsung dapat mengakibatkan kematian ibu.

Ibu dengan 4T yang mempunyai anak lebih dari 4 orang mempunyai risiko untuk meninggal 3 kali dibandingkan dengan ibu dengan 4T yang mempunyai anak kurang dari 4 orang. Jumlah anak terlalu banyak kemungkinan akan menyebabkan kesehatan ibu yang sedang hamil atau pasca persalinan terganggu. Terlalu sering melahirkan bisa memberi dampak buruk bagi seorang ibu sehingga risiko kematian menjadi lebih meningkat. Jika terlalu sering melahirkan kemungkinan terjadi pendarahan saat persalinan. Perdarahan terjadi akibat kegagalan berkontraksi rahim atau biasa disebut perdarahan pasca persalinan. Jumlah anak yang meningkat dan tidak dibatasi maka diperkirakan dapat meningkatkan persentase komplikasi.

Ibu dengan 4T yang mempunyai jarak anak terlalu dekat atau kurang dari 2 tahun mempunyai risiko untuk meninggal 1 kali dibandingkan dengan ibu dengan 4T yang mempunyai jarak anak lebih dari 2 tahun. Jarak kelahiran antara satu anak dengan (Mariati et al. 2011) anak  yang lainnya yang kurang dari 2 tahun dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya kematian maternal. Persalinan dengan interval kurang dari 24 bulan (terlalu sering) merupakan kelompok risiko tinggi untuk perdarahan postpartum, kesakitan dan kematian ibu. Jarak antar kehamilan yang disarankan pada umumnya adalah paling sedikit dua tahun, untuk memungkinkan tubuh wanita dapat pulih dari kebutuhan ekstra pada masa kehamilan dan laktasi.

Karena besarnya risiko yang dihadapi oleh ibu hamil dengan 4T maka perlu adanya kewaspadaan tenaga kesehatan terhadap komplikasi kehamilan. Selain itu perlu dilakukan pendataan PUS 4T agar memudahkan melakukan pemantauan serta diberikannya penyuluhan yang berkaitan dengan ancaman terhadap status kesehatan ibu 4T jika hamil, persalinan dan pasca persalinan.

Penulis: Nunik Puspitasari

Detail tulisan ini dapat diakses di: https://medicopublication.com/index.php/ijone/article/view/14639

Rina Tri Wahyuni danNunik Puspitasari. 2021. Relationship between Mother’s Status Too Young, Too Old, Too Close, Too Much (4T), and Contraceptive Use with Incidence of Maternal Mortality. International Journal of Nursing Education, April-June 2021, Vol.13, No. 2

DOI Number:  https://doi.org/10.37506/ijone.v13i2.14639

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp