Hubungan Pemesanan Minuman Manis Secara Online dengan Risiko Obesitas pada Remaja Selama Pandemi Covid-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto The Rail Media

Perubahan seperti pertumbuhan, kognitif, dan psikososial terjadi sangat cepat pada masa remaja. Masa remaja juga melibatkan banyak perubahan fisik dan emosional, seiring dengan peningkatan kemandirian dan lebih banyak pilihan pribadi. Pilihan makanan berdampak pada asupan dan status gizi remaja. Salah satu perubahan perilaku pada remaja adalah perubahan perilaku makan yang cenderung sehat atau yang cenderung mengarah pada perilaku makan yang tidak sehat. Di Indonesia, prevalensi obesitas pada kelompok remaja 15 tahun menunjukkan angka 31%. Hal ini meningkat dari tahun 2013 sebelumnya sebesar 26,6%. Obesitas merupakan masalah serius yang terjadi di banyak negara. Pada umumnya obesitas lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran energi. Pola makan seperti ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan asupan gizi dan merupakan faktor risiko munculnya masalah gizi seperti obesitas yang terutama terlihat di kota-kota besar.

Memasuki era industri 4.0, perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat dan dapat mempengaruhi berbagai aspek salah satunya pengaruh preferensi makanan. Perkembangan teknologi dapat membantu memudahkan untuk mengurangi keterbatasan jarak, waktu, dan biaya. Salah satu bukti perkembangan teknologi yang banyak digunakan oleh remaja di perkotaan adalah aplikasi pesan antar makanan secara online. Kemudahan akses terhadap makanan dan minuman khususnya minuman manis dapat meningkatkan kejadian obesitas pada responden. Perkembangan teknologi dalam industri makanan pada akhirnya akan mempengaruhi perubahan pola makan masyarakat yang secara langsung akan mempengaruhi asupan zat gizi makro dan tingkat aktivitas fisik di masyarakat.

Kami melakukan penelitian 38 siswa SMA yang tersebar di 5 sekolah di kota Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok obesitas lebih sering mengonsumsi makanan yang dipesan secara online dengan makanan berkalori tinggi. Rata-rata konsumsi kalori kelompok obesitas selama tujuh hari penelitian adalah 417,23 kkal dengan nilai kalori minimal sebesar 233.3 kkal dan nilai kalori maksimum 625,3 kkal. Jenis makanan yang paling sering dipesan oleh kelompok responden dengan status gizi obesitas adalah jenis bubble tea yang manis.

Pada kelompok obesitas, semua makanan yang dipesan secara online mengandung kalori tinggi atau lebih dari 30% dari rekomendasi total energi dalam sehari sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2019. Tidak ada makanan rendah kalori yang dikonsumsi pada kelompok obesitas. Pada kelompok tidak obesitas, jumlah makanan berkalori tinggi yang dikonsumsi adalah 27,3%. Sedangkan makanan rendah kalori yang dikonsumsi oleh kelompok tidak obesitas adalah 72,7%. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara jumlah makanan berkalori tinggi yang dikonsumsi dan dipesan secara online dengan status gizi kelompok obesitas dan nonobesitas.

Hal ini bisa terjadi karena mayoritas kelompok obesitas lebih sering mengonsumsi minuman manis yang dipesan secara online dengan kalori tinggi. Memasuki era industri 4.0, perkembangan teknologi berjalan sangat pesat, sehingga mempengaruhi berbagai aspek, salah satunya adalah pengaruh terhadap preferensi makanan. Salah satu bukti perkembangan teknologi yang banyak digunakan oleh remaja di perkotaan adalah aplikasi pesan antar makanan secara online. Hal ini berpeluang besar untuk mengubah perilaku makan, terutama pada kelompok remaja. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, beberapa responden tidak diperbolehkan oleh orang tuanya untuk memesan makanan secara langsung, sehingga responden tidak memesan makanan dengan cara tersebut dan lebih memilih memesan melalui aplikasi online karena adanya wabah virus, sehingga responden dapat meminimalisir resiko penularan virus.

Kelompok remaja lebih memilih memesan makanan secara online karena lebih cepat, lebih praktis, dan lebih murah. Lagi pula, mereka sering mendapatkan harga diskon. Makanan yang dipesan juga lebih bervariasi, sehingga jenis makanan yang dipesan secara online bisa cenderung ke makanan rendah kalori atau tinggi kalori. Jika hal ini terjadi terus menerus maka status gizi kelompok remaja akan mengarah pada status obesitas.

Penulis: Trias Mahmudiono, SKM., MPH., GCAS., Ph.D

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di:

Trias Mahmudiono, Qonita Rachmah, Annisa Alifia Yahya (2021). Correlation between Online Order of Sugary Drinks and Risk of Obesity among Adolescents during Covid-19 Pandemic in Surabaya. Ann Trop Med & Public Health; 22(S01): SP24150. DOI: http://doi.org/10.36295/ASRO.2021.24150

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp