Efektivitas Edukasi Gizi Berbasis WhatsApp Terhadap Kepatuhan Asupan Suplementasi Zat Besi-Asam Folat pada Remaja Putri di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Edukasi Kompas

Masa remaja merupakan kondisi yang rawan dalam proses perkembangan dan pertumbuhan, sehingga dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang sering dialami remaja putri adalah anemia. Angka kejadian anemia di Indonesia masih cukup tinggi, dan prevalensi remaja putri yang mengalami anemia di Indonesia mencapai 22,7%. Menurut WHO (2008), jika prevalensi anemia berada pada kisaran 20-39,9%, maka dapat dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat sedang.

Anemia yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah anemia defisiensi besi. Remaja putri merupakan kelompok usia yang paling rentan mengalami anemia defisiensi besi karena remaja putri mengalami menstruasi setiap bulan. Anemia pada remaja putri akan menyebabkan tubuh cepat lelah dan tidak konsentrasi saat belajar, sehingga dapat berdampak pada prestasi belajar dan produktivitas remaja putri. Selain itu, anemia juga dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, sehingga tubuh lebih sering terkena penyakit menular.

Dampak anemia tidak hanya dirasakan pada masa remaja, tetapi juga sangat berbahaya bagi ibu hamil. Menderita anemia selama kehamilan dapat menyebabkan kematian ibu, berat badan lahir rendah (BBLR), dan kematian prenatal. Oleh karena itu, pemerintah mencanangkan Program Pencegahan dan Pengendalian Anemia Gizi Besi (PPAGB) bagi wanita usia subur yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi anemia defisiensi besi. Program tersebut meliputi dua kegiatan yaitu pemberian Penyuluhan, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang anemia dan pemberian tablet suplemen darah gratis. Dalam pelaksanaannya program ini belum berjalan efektif karena tingkat kepatuhan konsumsi tablet suplemen darah pada remaja putri masih rendah. Kepatuhan mengkonsumsi tablet suplemen darah merupakan salah satu indikator keberhasilan program. Rendahnya pengetahuan remaja tentang pemilihan makanan sumber zat besi dan kurangnya sosialisasi program suplemen zat besi pada remaja menyebabkan perlunya penyuluhan gizi atau edukasi gizi sebagai pendekatan dan upaya pencegahan pengendalian anemia pada remaja, disertai dengan program pemerintah. yaitu pemberian Tablet Suplemen Darah (TTD).

Penelitian ini dilakukan di dua sekolah yaitu SMA Negeri 1 Srengat dan SMA Negeri 1 Talun di Kabupaten Blitar. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 siswi, 30 siswi SMA Negeri 1 Srengat sebagai kelompok perlakuan dan 30 siswi SMA Negeri 1 Talun sebagai kelompok kontrol. Sebelum dan sesudah pendidikan gizi, subjek akan diberikan angket yang berisi pengetahuan terkait anemia dan tablet suplemen darah, serta kartu kepatuhan tablet suplemen darah. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan, dan setiap minggunya akan diberikan edukasi gizi tentang anemia dan booklet anemia.

Sebelum diberikan pendidikan gizi, tidak terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Artinya pengetahuan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum diberikan pendidikan gizi relatif sama. Setelah dilakukan pendidikan gizi rata-rata nilai pengetahuan pada kelompok perlakuan meningkat jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Artinya setelah diberikan edukasi gizi melalui whatsapp tentang anemia dan tablet suplemen darah, subjek pada kelompok perlakuan dapat memahami materi dengan baik. Penggunaan media seperti booklet membantu subjek untuk lebih memahami materi. Perubahan nilai pengetahuan gizi tentang anemia pada kelompok perlakuan yang mendapatkan pendidikan gizi selama dua minggu dan sekali mendapatkan booklet tentang anemia lebih besar dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang tidak mendapatkan pendidikan gizi. Tujuan akhir pemberian pendidikan gizi pada remaja adalah remaja dapat mengubah sikap dan tindakan menuju kesadaran untuk memenuhi kebutuhan gizi pada remaja agar hidup sehat.

Kepatuhan dalam mengonsumsi suplemen zat besi-asam folat dalam penelitian ini diamati selama 4 minggu, dan tablet yang harus dikonsumsi adalah 4 tablet. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam kepatuhan minum suplemen zat besi-asam folat antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Artinya setelah dilakukan penyuluhan gizi, kelompok perlakuan cenderung lebih patuh mengkonsumsi suplementasi zat besi-asam folat dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ada beberapa subjek yang tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet suplemen darah, dengan alasan setelah mengkonsumsi tablet suplemen darah, subjek mengaku mengalami mual, pusing, dan muntah, sehingga mereka tidak mau mengkonsumsi suplemen zat besi-asam folat lagi. Selain itu, subjek cenderung lupa, bosan, dan malas jika harus rutin dan terus menerus mengonsumsi suplemen zat besi-asam folat. Rasa amis pada tablet juga menjadi alasan subjek untuk tidak rutin mengonsumsi suplemen zat besi-asam folat. Penelitian lain menyatakan bahwa alasan subjek untuk tidak mengkonsumsi suplemen zat besi-asam folat adalah karena malas, tablet hilang/rusak, dan lupa. Selain itu, setelah mengonsumsi suplemen asam folat, subjek merasa mual, pusing, dan mudah mengantuk.

Penulis: Trias Mahmudiono, SKM., MPH., GCAS., Ph.D

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di:

Trias Mahmudiono, Dominikus Raditya Atmaka, Destania Kinthan Larasati (2021). The Effectiveness Of Whatsapp-Based Nutrition Education Towards Compliance With Iron-Folic Acid Supplement Intake Among Adolescent Girls In Indonesia. Ann Trop Med & Public Health. DOI: http://doi.org/10.36295/ASRO.2021.24156

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp