Peran Oral Care Colostrum dalam Peningkatan Level Secretory Fecal Immunoglobulin A pada Bayi Prematur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by SehatQ

Kolostrum merupakan susu awal yang diproduksi oleh ibu setelah melahirkan pada saat tight junction epitel kelenjar mammae ibu masih terbuka. Kolostrum sebagai oral care pada bayi prematur dapat berperan sebagai substitusi natural untuk eksposur cairan amnion sehingga dapat menghasilkan interaksi antara kolostrum dan sel imunitas pada kelenjar orofaringeal limfoid. Pemberian kolostrum pada bayi prematur ini dapat meningkatkan sistem imunitas dengan cara yang berbeda termasuk efek immunostimulan pada interaksi sitokin dengan sel imun OFALT, penyerapan mukosal pasif dari imun protektif dan biofaktor tropic (TGF-b, lactoferrin), perlindungan barrier yang melawan pathogen orofaringeal, oligosakarida sistemik dan efek lokal, serta efek protektif yang melawan antioksidan. Kolostrum sebagai oral care berhubungan dengan peningkatan proses menyusui, bayi cepat kenyang, peningkatan pertumbuhan, tereduksinya insiden NEC dan sepsis late-onset.

Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum berusia 37 minggu pada masa kehamilan dan dikategorikan ke dalam tiga sub kategori yaitu extreme preterm (<28 minggu), very preterm (28-32 minggu), dan late preterm (32-37 minggu). Pada tahun 2014, Indonesia menjadi negara ke lima sebagai negara paling banyak kasus bayi prematur setelah India, China, Nigeria, dan Bangladesh yaitu 10,4% dari seluruh kelahiran. Meskipun demikian perlu adanya upaya dalam menjaga kesehatan bayi prematur sehingga dapat mencegah morbiditas dan mortalitas pada bayi prematur.

Sekretori Immunoglobulin A (sIgA) telah teridentifikasi pada ASI sebagai antibodi yang dapat mengenali berbagai macam bakteri dan virus termasuk E.coli, Shigella, Salmonella, Enterovirus, Human Immunodeficiency Virus (HIV), Respiratory Syncytial Virus (RSV), Rubella, Norovirus, dan seterusnya. sIgA pada ASI diproduksi oleh plasma sel pada kelenjar mammae. Hampir 75% dari IgA yang diproses di saluran gastrointestinal masih tersisa dan disekresikan pada feses. Setiap tipe immunoglobulin teridentifikasi di feses.

Penelitian eksperimental ini dilakukan di NICU RSUD Dr. Soetomo. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi 34 minggu dan berat lahir kurang dari 2000 gram. Sedangkan kriteria eksklusi penelitian adalah bayi yang memiliki multiple congenital anomaly dan mempunyai kontraindikasi untuk diberikan kolostrum karena kondisi ibu. Secara keseluruhan sampel penelitian ini berjumlah 38 dan terbagi menjadi dua kelompok yaitu 20 kelompok perlakuan dan 18 kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan secara acak.  Kelompok perlakuan merupakan kelompok yang mendapatkan oral care colostrum, sedangkan kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak mendapatkan oral care colostrum. Selanjutnya penelitian ini membandingkan level fekal sekretori IgA (sIgA) pada bayi prematur sebelum dan setelah diberikan oral care kolostrum. Selain itu level sIgA juga dibandingkan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan subjek yang diambil fesesnya pertama kali setelah lahir dan 72 jam setelah pemberian kolostrum oral. Level fekal sekretori IgA diukur menggunakan Teknik Enzyme Linked Immuno Assay (ELISA) yang diukur menggunakan 490 nm biorad spectrophotometry reader. Data pertama yaitu data sebelum dan sesudah  pemberian oral care colostrum dibandingkan menggunakan Wilcoxon test dan data kedua yaitu perbandingan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dibandingkan menggunakan Mann-Whitney test. Seluruh analisis statistik dilakukan menggunakan software SPSS 21.

Level sIgA dipengaruhi oleh beberapa faktor, bayi laki-laki cenderung memiliki level sIgA yang lebih tinggi daripada bayi perempuan. Usia gestasi juga berperan penting terkait level sIgA. Very preterm infant (28-32 minggu) memiliki level sIgA lebih tinggi daripada late preterm (32-37 minggu). Selanjutnya, ibu yang lebih muda dari 30 tahun cenderung memiliki lebih banyak sIgA. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik sampel juga berperan penting dalam level sIgA pada bayi prematur.

Setelah mendapatkan intervensi, kelompok yang mendapatkan oral care colostrum memiliki level sIgA lebih tinggi daripada kelompok yang tidak mendapatkan oral care colostrum. Selain itu, terdapat peningkatan sIgA juga pada kelompok perlakuan setelah mendapatkan oral care colostrum. Saluran gastrointestinal mikroflora dapat menstimulasi formasi sistem imun baik humoral maupun selular pada mukosa yang berhubungan dengan hasil penelitian ini. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pada bayi baru lahir yang tidak mendapatkan ASI, level fekal sIgA baru ditemukan setelah pemberian prebiotik dan probiotik. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu oral care colostrum pada bayi prematur dapat meningkatkan level sIgA yang mengindikasikan terdapat peningkatan imunitas pada bayi sehingga bayi dapat terhindar dari serangan bakteri dan virus. Oleh karena itu, pemberian kolostrum pada bayi sangatlah penting.

Penulis: Dr. Risa Etika, dr., SpA(K)

NIP: 195907032016016201

Narahubung: Sekretaris Dr. Risa Etika, dr., SpA(K) a.n Hodimatum Mahiroh (082333736423)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://www.ijfmt.com/issues.html

Wahyudi E, Utomo MT, dan Etika R. Oral Care Colostrum Effect on Preterm Infants Fecal Immunoglobulin A Secretory Level. Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology, 2020 14(4), 945-949. Published Oktober-Desember 2020. Doi: 10.37506/ijfmt.v14i4.11615

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp