Pengaruh Asam Alpha Lipoic pada Sindrom Ovarium Polikistik Dengan Resistensi Insulin

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Klikdokter

Sindroma Ovarium Polikistik (SOPK) merupakan gangguan endokrin yang paling sering terjadi pada wanita usia reproduksi dengan prevalensi sekitar 5-21%. Wanita dengan SOPK memiliki insiden resistensi insulin yang tinggi dengan prevalensi 50-75% dan penurunan sensitivitas insulin sekitar 35-40% dari normal. Resistensi insulin memainkan peran patogenik penting dalam hiperandrogen baik untuk SOPK wanita gemuk dan kurus, disertai dengan hiperinsulinemia dan meningkatkan risiko diabetes mellitus (DM) tipe 2. Pengobatan infertilitas dengan clomiphene citrate (CC) merupakan terapi lini pertama untuk induksi ovulasi, tetapi terdapat resistensi CC sebesar 15-40% dimana resistensi insulin, hiperandrogen dan obesitas merupakan faktor utama. Terapi insulin basal dapat meningkatkan kontrol glikemik. Namun, mengonsumsi suplemen, seperti vitamin C dan vitamin E, tidak dapat meningkatkan insulin dalam darah. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa mengkonsumsi Moringa oleifera menurunkan kadar insulin dan androgen darah, sehingga folikulogenesis dapat meningkat. Metformin merupakan salah satu insulin sensitizer yang sering digunakan untuk terapi SOPK dengan resistensi insulin.

Meskipun metformin dapat menurunkan resistensi insulin, namun memiliki efek samping yang tidak diinginkan seperti gangguan saluran cerna. Karena efek sampingnya dan penting untuk menurunkan resistensi insulin pada SOPK, perlu digunakan pengobatan alternatif yang dapat menurunkan resistensi insulin dan meningkatkan kejadian ovulasi dan tingkat kehamilan dengan menggunakan alpha lipoic acid (ALA). ALA adalah antioksidan kuat, agen detoksifikasi dan obat diabetes mellitus. Ini juga telah terlibat sebagai modulator jalur sinyal inflamasi. ALA dapat meningkatkan kontrol glukosa pada DM tipe 2, dengan mekanisme penurunan stres oksidatif dan resistensi insulin, serta meningkatkan sensitivitas insulin perifer.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami efeknya ekspresi ALA dalam substrat reseptor insulin 1 (IRS-1), ekspresi Glucosa transporter 4 (GLUT-4), dan folikulogenesis pada model tikus SOPK dengan resisten insulin. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan randomized posttest only control group design. Tiga puluh ekor tikus betina disuntik testosteron propionat (TP) 1mg/100gram berat badan selama 28 hari kemudian dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok kontrol negatif tidak menerima yang lain perlakuan, kelompok kontrol positif menerima plasebo selama 14 hari, dan kelompok perlakuan menerima ALA selama 14 hari. Ekspresi IRS-1 dan GLUT-4 dievaluasi dengan imunohistokimia, sedangkan folikulogenesis dievaluasi dengan menghitung jumlah folikel pada setiap stadium. Hasil: Rata-rata ekspresi IRS-1 pada otot dalam pengobatan kelompok secara signifikan lebih tinggi dari kelompok lain (4,28±1,05; 3,02±1,03; 1,86±0,83, p <0,01 masing-masing). Rerata ekspresi GLUT-4 pada kelompok perlakuan lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok lain (4,28±0,91; 3,20±1,14; 1,40±0,55, p <0,01 masing-masing). Rata-rata jumlah folikel pada setiap stadium pada kelompok perlakuan berbeda nyata berkurang dari kelompok lain (semua p <0,05). Kesimpulan: ALA meningkatkan ekspresi IRS-1 dan GLUT-4,dan juga mengurangi jumlah folikel pada setiap tahap folikulogenesis.

Penulis : Prof. Dr. Budi Santoso, dr., Sp. OG(K)

Link: http://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/11632

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp