Dosen Psikologi UNAIR : Kecemasan Tidak Muncul Secara Tiba-tiba

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: kompascom

UNAIR NEWS – Ujian seringkali ditempatkan sebagai sesuatu yang mencemaskan. Ketakutan akan hasil dan berbagai faktor seperti penguji turut menambah kecemasan. Selain itu proses persiapan ujian juga menguras tenaga, baik secara fisik dan mental.

Menurut Dosen Departemen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Fakultas Psikologi, Afif Kurniawan M.Psi., Psikolog, kecemasan pada seseorang terus ada namun dapat dikelola meskipun hal tersebut tidak mudah. Rasa cemas bisa diatasi dengan memasangkan respon yang tepat untuk menguranginya.

“Misalkan kita cemas harus dipasangkan dengan apa, saat gelisah dipasangkan dengan apa, agar semakin menurun dan bisa kita kelola,” ujarnya pada Webinar Test Anxiety 101: Kelola Cemas dalam Hadapi Ujian.
Menurut Afif, ada tiga faktor untuk mengelola kecemasan, yaitu physical factors, rehearsal, dan thought.

Physical Factors atau Faktor Fisik

Menurut Afif kecemasan sebenarnya tidak muncul secara tiba-tiba namun dengan tidak langsung dipersiapkan oleh individu. Salah satunya dengan tidak mempersiapkan faktor fisik dengan baik. Faktor fisik di sini dapat meliputi manajemen relaksasi, istirahat, dan waktu.

“Banyak dari yang mengalami test anxiety biasanya diawali dengan tidurnya kurang, kemudian tidak menyiapkan faktor fisik dengan baik, tidak memperhatikan relaksasi, kita membiarkan diri kita terpapar dengan risiko-risiko tersebut,” terang Afif

Afif melanjutkan, terpaparnya fisik dengan stimulus cemas mengakibatkan tubuh terkejut. Meskipun stimulus biasanya digunakan untuk keadaan psikologis namun seluruh perintah ada di otak. 

Semua hal yang dipersepsi sebagai rasa cemas oleh tubuh, maka otak akan merespon dengan melepaskan senyawa-senyawa kimia dan memberikan sinyal pada sistem saraf. 

“Seperti napas menjadi tersengal-sengal, detak jantung menjadi lebih cepat, dan seterusnya. Apalagi kalau kita lagi capek,” terangnya. 

“Kalau tubuh sudah lelah mau pakai penanaman kalimat positif, mengulang kata ‘aku bangun’, ‘aku bisa’, tapi kalau tubuh lelah, selesai sudah, nggak bisa,” imbuh dosen Departemen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental.

Dosen Departemen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Fakultas Psikologi, Afif Kurniawan M.Psi., Psikolog.

Rehearsal atau Pengulangan

Untuk mempersiapkan ujian, diperlukan logika dan nalar agar otak menjadi terlatih. Selain itu, kondisi fisik dan mental bisa terbiasa dengan stimulus yang didapatkan. 

“Banyak orang merasa dapat mengatasi kecemasan dengan berpikir nanti lihat kondisinya seperti apa. Kalau situasinya begitu, saya akan begini, namun tidak melatihnya,” ujar Afif

Afif menyebutkan bahwa latihan yang tepat diperlukan untuk menyelesaikan ujian maupun sesuatu dengan baik. Tak hanya itu, latihan juga sebaiknya diulang terus menerus. 

“Kalau ketika ingin menyelesaikan ujian merasa semua harus dihafal, itu salah. Tapi banyak baca buku bukan hanya lihat power point aja lalu dikembangkan lagi dan latihan lagi,” terangnya. 

Thought atau Pemikiran

Afif menegaskan bahwa kecemasan tidak muncul secara sendirinya. Bukan situasi yang membuat cemas, tetapi cara seseorang memandang situasi.

Afif kemudian menggambarkan dua orang yang mengikuti ujian yang sama namun melihat dari sisi yang berbeda. Orang pertama melihat ujian sebagai sesuatu yang harus dihadapi karena merupakan salah satu proses belajar yang harus dilewati sehingga harus persiapan dengan baik. Sedangkan orang kedua berpikir sudah pasti gagal karena bukan anak yang pintar dan bisa bersaing.

“Situasinya sama tapi yang membedakan adalah the way they think, yang satu berpikir dengan konstruktif dan memiliki penerimaan yang baik, dipersiapkan dengan baik, dan manajemen yang baik, sehingga kecemasan bisa dikelola,” tandasnya. (*)

Penulis : Tata Ferliana W.

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp