Pentingnya Deteksi Dini Hambatan Bahasa Pada Anak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Lara Fridani, S.Psi., M.Psych, Ph.D. saat menyampaikan materi seputar language disorder pada webinar bertajuk “Language Disorder 101: How to Deal With It” yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) pada Minggu (6/6/2021).

UNAIR NEWSLanguage disorder atau hambatan bahasa merupakan satu dari sekian banyak permasalahan tumbuh kembang anak. Seorang anak yang mengalami problem bahasa tentu akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi. Hal itu yang diungkapkan Lara Fridani, S.Psi., M.Psych, Ph.D.

“Pada 15 atau 20 tahun ini, jumlah anak yang mengalami hambatan bahasa pada berbagai tingkatan, baik ringan, sedang, dan berat, mengalami peningkatan,” ungkap dosen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Negeri Jakarta itu.

Lara mengungkapkan bahwa terdapat dua macam hambatan bahasa yakni hambatan bahasa reseptif dan hambatan bahasa ekspresif. Gangguan bahasa reseptif menyebabkan seorang anak kesulitan menerima perkataan orang lain, sedangkan gangguan bahasa ekspresif menyebabkan seorang anak kesulitan mengungkapkan kata-kata.

Menurut Lara, hambatan bahasa yang dialami seorang anak akan berdampak pada aspek perkembangan lainnya. “Yang namanya perkembangan itu suatu sistem. Kalau satu sistem bermasalah, akan mempengaruhi sistem yang lain,” tutur perempuan yang juga menulis buku di sela-sela kesibukannya sebagai dosen.

“Bisa jadi anak-anak yang mengalami gangguan bahasa ini tidak hanya (mengalami, Red) gangguan bahasa, namun bisa jadi akibat pengaruh problem dari aspek yang lain,” lanjut Lara.

Ia mencontohkan bahwa terdapat beberapa penyebab seorang anak mengidap hambatan Bahasa, antara lain gangguan neurologis, brain injury atau kerusakan otak, bibir sumbing, autisme, dan sebagainya.

Lara menjelaskan bahwa terdapat beberapa ciri yang mengindikasikan seorang anak mengidap hambatan bahasa. “Misalnya, terbatas dalam menggunakan kalimat, kesulitan menggunakan kosakata yang tepat, problem komunikasi, menggunakan kata-kata dengan urutan tidak tepat, dan lain sebagainya,” ungkapnya.

Lara menegaskan perihal pentingnya asesmen dini untuk mengetahui kendala terkait dengan bahasa pada anak-anak. “Tujuan asesmen ini secara spesifik adalah kita bisa dapet informasi perkembangan anak secara spesifik, membantu guru mengembangkan dan menetapkan rencana program seperti apa, serta dapat mengetahui profil anak karena problem bahasa anak itu kan, macam-macam,” jelas Lara.

Menurut Lara, di Indonesia sendiri sudah ada beberapa fasilitas yang menyediakan terapi terpadu untuk anak dengan hambatan bahasa. “Mungkin istilahnya macam-macam kayak Pusat Intervensi Terpadu di mana ada beberapa terapis, baik terapis bicara, terapis perilaku, dan terapis sensori integrase, yang itu mereka saling bekerja sama, bersinergi membantu supaya anak berkembang secara optimal,” ucap Lara.

Sebagai informasi, materi seputar language disorder itu disampaikan Lara pada webinar bertajuk “Language Disorder 101: How to Deal With It” yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) pada Minggu (6/6/2021). (*)

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp