Efektivitas Madu Hitam dalam Mempercepat Penyembuhan Luka yang Terinfeksi Bakteri Staphylococcus Aureus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Hot Liputan6

Madu (honey) memiliki rasa manis dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Akan tetapi, madu hitam (black honey) memiliki rasa pahit dan memiliki manfaat lebih banyak yang tidak didapatkan pada jenis madu biasa. Madu biasa dihasilkan oleh lebih Apis mellifera sednagkan madu hitam dihasilkan oleh lebah hutan jenis Apis dorsata yang menghisap nektar dari pohon mahoni sehingga warnanya cenderung lebih hitam dan pekat. Sumber rasa pahit dari madu hitam berasal dari senyawa alkaloid yang biasa terdapat pada pohon mahoni. Kandungan senyawa alkaloid inilah yang memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Selain alkaloid, madu hitam juga mengandung beberapa zat lainnya yang baik untuk kesehatan, seperti saponin dan flavonoid.

Oleh karena mengandung lebih banyak zat aktif, maka madu hitam ditengarai memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan. Beberapa efek madu hitam bagi kesehatan adalah:

  • Menjaga sistem imun tubuh. Hal ini berhubungan dengan kandungan flavonoid yang berperan sebagai anti-oksidan. Kandungan falvonoid pada madu hitam lebih tinggi daripada madu biasa.
  • Mempercepat  proses penyembuhan luka. Madu hitam dipercaya dipercaya dapat memeprcepat proses penyembuhan luka pada kulit sehingga sering dioleskan pada luka bakar.

Untuk membuktikan efektivitas madu hitam dalam penyembuhan luka, maka Fanny Gunawan, Willy Sandhika dan Nurul Wiqoyah telah melakukan penelitian mengenai manfaat pemberian madu hitam dalam mempercepat penyembuhan luka yang terinfeksi bakteri. Sebagai model untuk percobaan ini digunakan 24 ekor tikus putih galur wistar yang dibuat luka sayat pada kulit punggung tikus dan dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok 1 merupakan model luka tanpa infeksi. Pada kelompok ini tidak diberikan infeksi kuman staphylococcus. Kelompok 2 merupakan model luka dengan infeksi. Pada luka tersebut diberikan kuman Staphylococcus aureus sehingga terjadi infeksi pada luka. Kelompok 3 dan 4 merupakan kelompok perlakuan. Tikus pada kelompok perlakuan diberikan madu hitam yang dioleskan pada luka sedangkan pada tikus kelompok kontrol hanya dioleskan aquades pada luka. Percobaan dilakukan selama 5 hari dan pada hari ke-5 dilakukan pemeriksaan mikroskopis pada jaringan luka untuk mengetahui proses inflamasi dan penyembuhan yang terjadi pada luka kulit tikus putih tersebut.

Pemberian bakteri pada luka menghasilkan luka infeksi. Luka infeksi secara mikroskopis ditandai dengan peningkatan jumlah pembuluh darah kapiler dan sel radang makrofag yang menunjukkan meningkatnya proses keradangan. Luka yang disertai dengan infeksi banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian madu hitam yang dioleskan pada luka infeksi selama 5 hari terbukti menurunkan derajad keradangan pada area luka. Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat  bahwa jumlah pembuluh darah kapiler dan jumlah sel radang makrofag pada kelompok tikus putih yang diolesi madu hitam lebih sedikit secara signifikan dibandingkan dengan jumlah pembuluh darah kapiler dan sel radang makrofag pada tikus putih tanpa diolesi madu hitam. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian madu hitam pada luka dapat mengurangi proses radang yamg diakibatkan oleh infeksi kuman Staphylococcus. Madu hitam yang kaya dengan flavonoid dan senyawa phenol terbukti memiliki efek anti inflamasi. Adanya infeksi kuman akan meningkatkan inflamasi sehingga memperlambat proses penyembuhan luka. Sebaliknya, pemberian madu hitam pada luka dapat menurunkan inflamasi sehingga mempercepat penyembuhan luka yang terkena infeksi bakteri Staphylococcus.

Penulis: Willy Sandhika

Artikel ilmiah populer ini diambil dari artikel jurnal dengan judul:

Effectiveness of Black Honey as an Antiinflammatory Substance in Rat’s Wound Infected by Staphylococcus aureus yang ditulis oleh Fanny Gunawan, Willy Sandhika dan Nurul Wiqoyah serta telah diterbitkan pada majalah Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, volume 33 nomer 1 bulan April tahun 2021, halaman 13– 18.

Link artikel jurnal:  https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/20867

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp