Faustina Prima: Sekat Gender dalam karir lemahkan posisi perempuan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Pembatasan ruang gerak perempuan pada sektor domestik acapkali mengakibatkan kaum perempuan tidak leluasa dalam berkarya dan meraih cita-cita. Meski banyak perempuan yang mendobrak batasan tersebut, namun masih ada tantangan yang harus dihadapi. Untuk itu, BEM FISIP sebagai bagian dari Universitas Airlangga yang memperhatikan dan menyikapi isu sosial kembali mengadakan Bincang Mengenal #2 bertajuk “Perempuan Bisa: Melawan Sekat Gender”.

Kegiatan yang diusung oleh Kementerian Pergerakan dan Kesetaraan Gender Kabinet Berani (KPKG) BEM FISIP UNAIR tersebut disiarkan langsung melalui instagram @bemfisipunair pada Minggu (6/6). Mengundang Faustina Prima, Process Safety Engineer JGC Indonesia dan Marsha Amanda, mahasiswa Ketatalaksanaan Angkutan Laut & Kepelabuhan sebagai narasumber.

Menurut Marsha, era modern tidak serta-merta menyebabkan lunturnya bias gender di dalam masyarakat. Namun masih adanya pertanyaan dan ungkapan kasihan saat mengetahui perempuan menempuh pendidikan yang didominasi laki-laki.

People have their own path, dan itu tidak didasari oleh gender,” ujarnya.

Senada dengan hal tersebut, Prima juga menyebutkan adanya stereotipe perempuan yang masuk ke pekerjaan dengan dominasi laki-laki hanya untuk memenuhi kuota saja. “Sering diremehkan, kadang muncul anggapan bahwa perempuan hanya masuk karena kasihan, atau untuk memenuhi kuota saja,” sebutnya.

Suasana Bincang Mengenal #2 bertajuk “Perempuan Bisa: Melawan Sekat Gender” oleh BEM FISIP UNAIR. (Foto: Stefanny Elly)

Ia pun menambahkan, selain adanya budaya patriarki yang terbawa secara turun-temurun dan mengakar di masyarakat, kurangnya literasi juga menjadi penyebab berkembangnya stigma tersebut. Ia mengatakan bahwa perempuan tidak selemah yang dibayangkan oleh masyarakat. Hal itu merupakan salah satu cara untuk melawan stigma buruk pada perempuan yang masuk dalam area karir dengan dominasi laki-laki.

“Meningkatkan skill yang kita miliki agar masyarakat tahu bahwa perempuan masuk bukan karena kasihan atau hoki, tapi karena memang we deserve it,” pungkas Marsha.

Selain itu, edukasi juga menjadi solusi agar bias gender tidak terus meluas di masyarakat. “Influence masyarakat mengenai kontribusi perempuan di bidang yang didominasi laki-laki juga jadi salah satu cara, agar nantinya masyarakat luas tahu bahwa perempuan juga bisa,” tutup Prima.(*)

Penulis : Stefanny Elly

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp