Memahami Tentang Plasma Konvalesen

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
dr. Sasi Widuri, M. Biomed. saat memberikan materi plasma konvalesn di Webinar Doras. (Foto: SS zoom)

UNAIR NEWS – Dalam situasi pandemi COVID-19, donor plasma konvalesen menjadi salah satu alternatif dalam rangka memberi antibodi virus SARS-CoV-2 kepada pasien terinfeksi. Terapi plasma konvalesen adalah terapi yang dilakukan dengan pemberian plasma atau cairan darah. Cairan ini diambil dari seseorang yang mengandung zat antibodi terhadap penyakit tertentu dan diberikan kepada pasien yang sedang sakit. 

Pada Minggu (06/06/2021), Divisi Pengabdian Masyarakat Komikat KSR PMI Sub Unit PSDKU Universitas Airlangga melaksanakan kegiatan bertajuk Webinar Doras (Donor Darah Sukarela) berkolaborasi dengan AUBMO PSDKU di Banyuwangi. Sejak masa pandemi , kegiatan tersebut telah dilaksanakan sebanyak dua kali.

Kegiatan tersebut diisi oleh dr. Sasi Widuri, M. Biomed. dari UPTD PMI Kota Surabaya. Dalam kesempatan tersebut, dokter Sasi Widuri menyampaikan bahwa terapi plasma konvalesen bukan terapi utama untuk pasien COVID-19, melainkan alternatif lain untuk mencapai antibodi pada tubuh pasien.

Menurut quality manager PMI Surabaya tersebut, semua orang yang sembuh dari COVID-19 bisa menjadi donor konvalesen jika dalam plasmanya mengandung antibodi dalam jumlah tertentu.

“Untuk saat ini, kami hanya menerima donor konvalesen dari orang yang sembuh dengan beberapa persyaratan salah satunya saat menderita, menunjukkan gejala. Jadi orang yang tanpa gejala dan kemudian sembuh, untuk saat ini belum kami terima,” jelas dokter Sasi Widuri.

Beberapa persyaratan lainnya, yang disampaikan oleh dokter Sasi Widuri yaitu:

  • Pernah terkonfirmasi COVID-19
  • Pasien sembuh dari COVID-19, ditunjukkan dengan hasil sab negatif satu kali atau surat keterangan sembuh
  • Bebas keluhan minimal 14-28 hari
  • Mempunyai kadar antibodi dan total titer antibodi igG spesifik COVID-19 yang cukup
  • Donor diutamakan laki-laki
  • Berumur 17-60 tahun
  • Berat badan minimal 55 kg
  • Lebih diutamakan pernah mendonorkan darah

Dalam pelaksanaannya, alumnus Master Program in Biomedic, Science Transfusions, Universitas Indonesia tersebut menyampaikan bahwa terdapat beberapa alur yang harus dilewati. Alur tersebut, lanjutnya yaitu calon donor plasma konvalesen harus melakukan pendataan, seleksi administratif dan pemeriksaan laboratorium.

“Pengambilan dan pengolahan plasma konvalesen menggunakan metode Aphersis. Metode ini dipilih karena dapat memungkinkan pengambilan plasma dalam volume lebih besar sehingga dapat digunakan untuk lebih dari satu pasien,” ujarnya.

Lebih lanjut, dokter Sasi Widuri menjelaskan bahwa proses selanjutnya yaitu pengolahan secara closed system, untuk menjamin mutu dan keamanan pengolahan sesuai CPOB.

Dalam proses penyimpanan dan distribusi, tambahnya, plasma konvalesen yang sudah diproses menjadi FFP disimpan pada suhu -25o C dan didistribusikan sesuai permintaan dari rumah sakit.

 “Serangkaian proses tersebut, tetap menerapkan protokol kesehatan. Kami juga berupaya melakukan deteksi suhu dan menyediakan handsanitizer, pemberlakuan jaga jarak dan penggunaan masker serta mencuci tangan,” tandasnya.

Untuk petugas, sambungnya, selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

“Kedepannya, kami berharap semakin banyak para pendonor khususnya donor plasma konvalesen yang mau mendonorkan di PMI, agar kebutuhan dapat dipenuhi. Karena saat ini, masih sangat minim stok yang dimiliki oleh PMI,” pungkasnya. (*)

Penulis : Muhammad Suryadiningrat

Editor : Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp