“FISH TIME BEM FPK” Founder Ecoton: Setahun Kita Bisa Konsumsi 1 Kg Plastik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Pemaparan materi yang disampaikan oleh Prigi Arisandi. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Sejauh ini, sebagian masyarakat mungkin lebih mengenal plastik sebagai sampah dengan ukuran materi yang besar dan sulit terdegradasi. Padahal,sampah plastik yang tersebar dilingkungan juga ada yang memiliki partikel yang sangat kecil yang disebut dengan mikroplastik.

Mikroplastik adalah sampah plastik dengan ukuran < 5 mm yang bisa bersumber dari limbah cair industri kosmetik atau pakaian sintetis serta fragmentasi sampah plastik yang ada di lingkungan akibat pelapukan dan biofouling. Karena ukuranya yang kecil, mikroplastik memiliki resiko bahaya lebih tinggi dari makroplastik karena dapat terakumulasi dalam tubuh organisme.

Dalam Webinar FISH TIME BEM FPK Sabtu (05/06) lalu, Founder Ecoton (Ecological Observation and Wetlands Conservation) Prigi Arisandi mengungkapkan, karena plastik sulit terdegradasi, mereka akan terbawa arus dan akhirnya terkumpul di area dimana plastik tidak dapat terbawa ketempat lain lagi. Dalam prosesnya, lanjutnya, karena paparan arus dan panas matahari plastik akan pecah menjadi partikel yang lebih kecil.

“Proses tersebut dinamakan fragmentasi, yang artinya pecah menjadi partikel yang lebih kecil, bukan hilang atau terurai layaknya limbah organik, sehingga jauh lebih berbahaya,” paparnya.

Melanjutkan pemaparnya, karena mudah terdistribusi secara luas, mikroplastik bisa hadir diberbagai elemen kehidupan manusia mulai makanan hingga minuman. Mikroplastik dapat mengalami biomagnifikasi dalam siklus rantai makanan yang nantinya akan bermuara ke manusia sebagai puncaknya. Dirinya mengungkapkan, karena pencemaran limbah plastik, saat ini manusia mengonsumsi plastik rata-rata 0,7 gram/hari.

“Jika kita akumulasikan, dalam setahun kita mengonsumsi 1 buah helm proyek atau setara 1 Kg plastik,” tandasnya.

Pria kelahiran Gresik tersebut juga menjelaskan tentang bahaya mikroplastik jika termakan manusia. Ia mengungkapkan dalam mikroplastik dapat terkandung 3 bahan berbahaya yakni Bisphenol A (BPA) yang berfungsi untuk mengeraskan plastik, Alkylphenols dalam produk kecantikan dan Phtalates untuk membuat plastik menjadi fleksibel. Semua bahan tersebut beberapa memiliki sifat karsinogenik atau menyebabkan kanker.

“BPA dapat mempengaruhi tingkat kesuburan dan disfungsi seksual pria serta kanker prostat, Alkylphenols dapat menyebabkan infertilitas pada pria dan kanker payudara, Phthalates dapat menurunkan hormone reproduksi, meningkatkan angka keguguran dan menopause dini,” ungkapnya.

Selain dari bahaya diatas, ia mengungkapkan bahwa ada beberapa partikel mikroplastik yang bersifat hidrofob seperti dalam produk sabun lulur. Saat terbuang kelingkungan, partikel mikroplastik tersebut dapat mengadsorbsi bahan polutan lain seperti logam berat, antibiotik, PCB yang menimbulkan resiko jauh lebih berbahaya.

“Oleh karena itu, bijaklah dalam memilih dan menggunakan produk dengan kemasan plastik sehingga setidaknya jika kita tidak mengurangi sampah plastik, kita tidak menambahnya,”tuturnya.

Pada akhir, ia memberikan tips untuk mengurangi pencemaran plastik dari diri sendiri. Ia menghimbau untuk tidak menggunakan 5 jenis plastik yang tidak bisa didaur ulang yakni kemasan plastik, sedotan, sterofoam, kemasan sachet dan botol/gelas minuman sekali pakai.

“Terutama botol minuman sekali pakai, sebagai mahasiswa jangan mau dibodohi, saat kalian membeli air kemasan sama saja kalian membeli plastik karena dari harga Rp.3000 air mineralnya tidak lebih dari Rp.300, jadi pakailah botol minuman sendiri,” himbaunya.

Penulis: Ivan Syahrial Abidin

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp