Melirik Peluang Berkarya Melalui Podcast

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Direktorat Pengembangan Karir, Inkubasi Kewirausahaan, dan Alumni (DPKKA) Universitas Airlangga (UNAIR) bekerja sama dengan Kantor Berita Radio (KBR) menyelenggarakan webinar bertajuk “Tren Podcast Masa Kini: Dari Cuap Hingga Cuan,” pada Kamis (27/05/2021). Gelaran webinar yang dipandu oleh Indra Saputra ini mengundang Wydia Angga selaku podcast producer di KBR dan Bimo Bramantyo Murti selaku General Manager KBR.

Seperti yang telah kita ketahui, perkembangan teknologi informasi telah mememunculkan tren konsumsi media dari push media, baik di radio maupun televisi, menjadi on-demand media, yakni YouTube, Netflix, dan juga Spotify. Hal inilah yang dinyatakan oleh Indra di awal sesi webinar.

Perkembangan teknologi ini turut serta menjadikan podcast sebagai sumber informasi yang mudah diakses dimanapun dan kapanpun. Indra menambahkan bahwa pada hasil survey podcast Suarane tahun 2019, mayoritas masyarakat Indonesia sudah familiar dengan podcast. Peminat terbesar podcast adalah masyarakat berusia mulai dari 20-30 tahun.

“80 persen pendengar podcast terkonsentrasi di Pulau Jawa dan kota-kota besar. Indonesia juga menjadi negara dengan jumlah pendengar podcast terbanyak di Asia Tenggara,” ujar Indra.

Tingginya minat masyarakat terhadap podcast dapat menjadi peluang bagi kaum muda untuk berkarya. Apalagi, banyak isu-isu di masyarakat yang dapat diangkat menjadi konten podcast, seperti kesehatan mental, sejarah, berita terkini, dan lain sebagainya.

Membuat podcast juga tidak rumit asalkan kita mengetahui beberapa cara efektif dalam pembuatannya. “Pertama, perlu dikonsep seberapa jauh atau seberapa lama akan membicarakan poin A kemudian harus lanjut ke poin B dan C,” jelas Wydia Angga.

Setelah membuat konsep, dilanjutkan dengan proses perekaman. Perempuan yang akrab disapa Angga ini menjelaskan bahwa merekam podcast sebenarnya dapat dilakukan melalui fitur perekam suara di handphone.

“Beberapa banyak kok yang mengungkapkan dapurnya. ‘Saya cuma pakai rekaman handphone’ dan kualitasnya cukup bagus,” jelas Angga.

“Kamu pakai peralatan semahal apapun tapi tidak bisa menggunakannya, artikulasi penyiar juga nggak jelas, itu juga pada akhirnya gagal,” tegas Angga. Setelah bisa merekam dengan baik, kemudian kuasai editing.

“Editing podcast bisa pakai aplikasi audio editing. Ada yang simpel, ada juga yang advance,”pungkas Wydia. (*)

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp