UNAIR NEWS – Dr. Yulis Setya Dewi, S.Kep., Ns., M.Ng, dosen Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (FKp UNAIR) menyatakan telehealth nursing sangat diperlukan saat era kebiasaan baru pandemi Covid-19. Hal itu disebabkan karena harapan masyarakat pada pelayanan keperawatan sangat tinggi. Dengan diperkenalkannya teknologi informasi dalam bidang perawatan kesehatan, perawat semakin dituntut untuk profesional dan mengedepankan perkembangan teknologi, termasuk dalam pemanfaatan teknologi informasi dibidang pelayanan keperawatan.
“Masyarakat selalu menuntut pelayanan yang profesional, terjangkau, dan cepat. Sehingga pada era digital seperti ini perlu adanya telehealth nursing yang berperan untuk mengurangi penyebaran Covid-19 di Fasilitas Pelayanan Kesehatan,” ungkap dosen yang akrab dipanggil Yulis itu.
Telenursing merupakan penggunaan informasi teknologi dari jarak jauh untuk menjangkau pasien guna memantau kondisi dan berinteraksi dengan mereka menggunakan computer, aksesor audio dan visual serta telepon. Telenursing ini ideal digunakan jika memiliki ketersediaan fasilitas serta pasien mampu untuk mengaksesnya.
“Telenursing ini digunakan jika perawat dapat memastikan pasien dan keluarga mampu untuk melakukan perawatan mandiri di rumah, dengan pemantauan rutin setiap harinya,” paparnya di acara Seminar Internasional Keperawatan, FKp UNAIR, Sabtu (29/5/2021).
Lebih lanjut, Yulis mengatakan bahwa Telenursing sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan kesehatan, karena dengan menggunakan telenursing interaksi langsung antara perawat dengan pasien dapat diminimalisir sehingga dapat meningkatkan rasa aman dan nyaman pada era adaptasi Covid-19.
“Telenursing dapat memudahkan akses petugas kesehatan yang berada pada daerah terisolasi, sehingga dapat meningkatkan jumlah cakupan pelayanan keperawatan, kemudian pasien juga dapat mengurangi biaya perawatan, waktu tunggu, serta mengurangi kunjungan yang tidak perlu,” ungkapnya.
Pada prinsipnya, lanjut Yulis, seorang perawat yang melakukan telenursing tetap menggunakan proses keperawatan untuk mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan, mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan keperawatan. Telenursing juga melibatkan proses pemberian pendidikan kesehatan kepada klien, serta adanya sistem rujukan.
“Telenursing juga tetap mengharuskan adanya hubungan terapeutik antara perawat dan klien, dalam telenursing hubungan tersebut dapat terbina melalui penggunaan telepon, internet atau alat komunikasi yang lainnya,” tutur Yulis.
Isu etik yang mungkin akan terjadi dalam pelaksanaan telenursing adalah masalah medico legal serta jaminan kualitas dalam telepraktik keperawatan. Tidak hanya itu masalah privasi dan kerahasiaan juga merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan.
“Dalam pelaksanaan telenursing ini memerlukan payung hukum yang jelas, karena agar mendapatkan jaminan yang berkualitas serta dapat melakukan perawatan yang profesional,” ungkapnya.
Pada akhir, Yulis menyampaikan dalam penerapan telenursing di Indonesia secara maksimal tentu ada beberapa hal yang harus dipersiapkan antara lain sumber daya manusia kesehatan yang mengerti teknologi, sarana dan prasarana teknologi informasi, tersedianya panduan dan standar praktek, adanya kode etik dan suatu badan yang akan mengatur praktek telenursing.
“Kemajuan dalam teknologi komunikasi dan informasi merevolusi layanan kesehatan secara global, termasuk penyediaan layanan keperawatan. Oleh karena itu inovasi adalah kunci, yang terpenting adalah kita tidak mudah menyerah dan selalu optimis dalam menciptakan sebuah inovasi,” pungkasnya.
UNAIR sebagai universitas terbaik di Indonesia mendorong seluruh civitas akademika untuk selalu berwawasan dan berdaya saing global. (*)
Penulis: Adelya Salsabila Putri
Editor: Khefti Al Mawalia
