Guest Lecturer FKH Undang Praktisi Sapi Perah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Drh. Dikko Yudha Hidayat saat mengisi Guest Lecturer Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UNAIR (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) merupakan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Kampus merdeka memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memilih mata kuliah yang akan mereka ambil.

Dalam rangka mewujudkan program MBKM, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UNAIR pada Sabtu (29/05/2021) mengadakan Guest Lecturer dengan mengundang praktisi ahli sapi perah yaitu Drh. Dikko Yudha Hidayat. Kegiatan berlangsung secara daring melalui fasilitas platform zoom meeting dan diikuti oleh mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Ilmu Penyakit Dalam veteriner.

Di awal kegiatan, Kepala Divisi Klinik Prof.  Dr. Wiwik Misaco Yuniarti, drh., M.Kes. menyampaikan bahwa dengan adanya konsep belajar merdeka bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk belajar langsung di dunia usaha maupun dunia industri. 

“Konsep ini sejalan dengan apa yang dikembangkan oleh Mas Menteri (Nadiem Makarim) sebagai upaya untuk mendapatkan calon pemimpin masa depan yang berkualitas,” paparnya.

Selanjutnya, dalam pemaparan materi yang disampaikan oleh dokter hewan Dikko dengan judul “Penyakit Utama pada Sapi Perah”. Dokter Dikko menyebut bahwa sebagai seorang praktisi lapangan, kita perlu membangun komunikasi yang efektif dengan peternak.

“Latar belakang yang sangat beragam di kalangan peternak, mengharuskan kita sebagai dokter hewan lapangan untuk bisa saling memberdayakan dan membangun komunikasi. Sosiologi lingkungan pedesaan, menuntut kita memberikan pelayanan terbaik melalui kesan pertama dalam melayani,” ujar dokter hewan Dikko.

Selain itu, tambahnya, membina, mendampingi serta melayani adalah kunci keberhasilan praktisi lapangan khususnya ternak besar.

Penyakit utama pada sapi perah, lanjutnya, adalah mastitis. Mastitis merupakan peradangan pada jaringan ambing karena adanya infeksi mikroorganisme. Terdapat dua kelompok mastitis yaitu mastitis klinis, dengan tanda-tanda yang terlihat jelas (trace, chunk, watery) dan mastitis subklinis, dengan tanda-tanda yang kurang jelas (susu normal).

“Yang mempengaruhi kejadian mastitis diantaranya yaitu kesehatan, lingkungan, manusia atau manajemen pemeliharaan sapi perah tersebut,” jelasnya.

Kerugian akibat mastitis, tandasnya, penurunan produksi susu, penurunan kualitas susu, biaya dokter hewan, potensial loss serta sapi harus di culling.

Penyakit lain yang sering terjadi pada sapi perah adalah lame atau pincang.  Fakta lame yaitu 86% terjadi pada kaki belakang, 88% berhubungan dengan kuku dan 85% terjadi pada kuku belakang bagian luar.

“Penyebab kepincangan pada sapi perah dapat dipengaruhi oleh pakan, kondisi kandang dan manajemen pemeliharaan. Benda asing seperti kerikil atau pasir, yang tidak sengaja terinjak oleh sapi, karena buruknya sistem pemeliharaan dan kebersihan dapat berakibat pada sole ulcer  dan berujung pada kepincangan,” ungkapnya.

Oleh karena itu, sambungnya, selain harus memperhatikan kualitas pakan yang diberikan, diperlukan juga manajemen kandang dan lingkungan yang baik.

Selain mastitis dan lame, penyakit utama pada sapi perah lainnya yang dijelaskan oleh dokter Dikko adalah bloat (kembung), retensio plasenta, metritis, milk fever dan Bovine Ephemeral fever (BEF). 

Penulis: Muhammad Suryadiningrat

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp