Gagas Program EDU-PROTON, Mahasiswa FKM UNAIR Banyuwangi Raih Juara Pertama LKTI

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Tahap presentasi final Public Health Award Competition (PHAC) 2021 oleh Afan Alfayad (perwakilan Tim UNAIR). (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Kabar baik datang dari mahasiswa FKM UNAIR Banyuwangi.  Tim FKM UNAIR Banyuwangi yang terdiri dari Syahrul Ramadhan, Anjali Putri Agustin, dan Afan Alfayad berhasil menoreh prestasi pada ajang perlombaan Lomba Karya Tulis Ilmiah “Public Health Award Competition(PHAC) 2021”.

Public Health Award Competition (PHAC) merupakan salah satu rangkaian kegiatan untuk memeriahkan acara Musyawarah Nasional Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) ke-XVIII dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara yang terpilih menjadi tuan rumah. PHAC terdiri dari beberapa kategori lomba diantaranya lomba membuat poster, Karya Tulis Ilmiah, dan video edukasi. Setiap kategori lomba mengusung tema“Inovasi dan Peran Generasi Milineal dalam Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19”.

Mengangkat judul karya EDU-PROTON (Edukasi Protokol Kesehatan): Gagasan Berbasis Program Pemberdayaan Oleh Kader BEM Guna Meningkatkan Kepatuhan Prokes Masyarakat Kabupaten Banyuwangi, tim UNAIR berhasil meraih juara pertama. Mengalahkan finalis lainnya yang berasal dari Universitas Negeri Semarang, Universitas Sumatera Utara, Universitas Negeri Jendral Soedirman, dan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

Berdasarkan keterangan Syahrul Ramadhan yang akrab disapa Syahrul tersebut, pemilihan gagasan dilatarbelakangi dengan tingginya kasus terkonfirmasi positif Covid-19 setiap hari. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh tim, fenomena tersebut disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang tidak patuh terhadap protokol kesehatan 5M (Memakai masker, Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, serta Membatasi mobilisasi dan interaksi.

“Ide itu ada karena terdapat masalahnya yaitu kurang patuhnya masyarakat, lalu terdapat potensi solusi yaitu kader BEM dari masing-masing Perguruan Tinggi di Banyuwangi,” terang Syahrul.

Kader BEM, sambungnya, adalah mahasiswa BEM Perguruan Tinggi di Banyuwangi yang akan mengedukasi keluarga dan tetangganya terkait protokol kesehatan. Perguruan Tinggi yang dimaksud diantaranya Universitas Airlangga PSDKU Banyuwangi, Akademi Kesehatan Rustida, Akademi Penerbangan Indonesia, Sekolah Tinggi Islam Blambangan (STIB), Politeknik Negeri Banyuwangi, Universitas PGRI Banyuwangi, Universitas Bakti Indonesia, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Banyuwangi, Akademi Kelautan Banyuwangi, dan Universitas 17 Agustus Banyuwangi.

Kader akan dilatih secara daring melalui Aplikasi Zoom Meeting dengan mendatangkan pemateri dari pihak Satgas Covid-19 dan Dinas Kesehatan di Banyuwangi. Untuk teknis pelaksanaan edukasi oleh kader dilakukan secara offline dengan tetep menerapkan protokol kesehatan. Terkait monitoring dan evaluasi akan dilakukan secara online.

Syahrul menambahkan penjelasan bahwa oenetapan anggota Badan Eksekutif Mahasiswa atau (BEM) dari Perguruan Tinggi di Banyuwangi didasarkan alasan kader yang berasal dari daerah sendiri dapat memehamai sifat masyarakat dengan lebih baik, sehingga edukasi dapat disampaikan dan dipahami dengan mudah oleh masyarakat.

“Pemberdayaan kader dari BEM inilah yang membuat gagasan kami berbeda dengan pemberdayaan lainnya, selain itu sasaran utama yang kami tentukan yaitu keluarga dan tetangga mereka yang lebih dekat dengan mereka,” pungkas mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat angkatan 2019 tersebut.

Penulis: Tyas Ratna Manggali

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp