Penundaan Pemeriksaan Sampel Urin pH Alkali Melalui Metode Konvensional

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Hello Sehat

Urin merupakan cairan terkonsentrasi yang mengandung sedikit air dan berbagai produk sisa metabolisme yang di keluarkan dari tubuh melalui proses urinasi. Apabila urin tidak dikeluarkan dari tubuh, maka produk sisa metabolisme akan menumpuk selanjutnya akan menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh serta dapat menimbulkan penyakit. Pemeriksaan urinalisa merupakan skrining diagnostik yang sering dikerjakan pada kasus-kasus urologi yang meliputi analisis makroskopik, kimiawi, dan mikroskopis atau sedimen urine. 

Pemeriksaan mikroskopis atau sedimen urin termasuk salah satu dari pemeriksaan urin rutin. Pemeriksaan sedimen urin sangat bermanfaat dalam diagnosis dan penilaian terapeutik efek terutama pada pasien dengan infeksi saluran kemih dan penyakit lain pada ginjal dan sistem kemih. Pemeriksaan sedimen urin yang baik harus dilakukan pada saat sampel urin masih dalam kondisi segar (kurang dari 1 jam), terutama jika tanpa penambahan bahan pengawet, atau selambat-lambatnya dalam waktu 2 jam setelah proses perkemihan dilakukan. Apabila sampel urin disimpan terlalu lama akan menyebabkan sampel urin menjadi alkali pada pH>7,5  Penanganan spesimen pemeriksaan merupakan salah satu kesalahan pemeriksaan yang sering terjadi pada tahap pra-analitik. Penanganan specimen urin yang tidak sesuai yakni penyimpanan sampel dalam waktu yang lama menjadi salah satu sumber kesalahan yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Menurut Riswanto dan Rizki (2015) apabila spesimen urin dalam keadaan alkali (pH>7,5) disimpan terlalu lama dan dilakukan penundaan pemeriksaan akan menyebabkan perkembangbiakan bakteri yang meningkatan kekeruhan karena adanya pengendapan bahan amorf, serta dapat menurunkan kualitas hasil pemeriksaan terhadap unsur-unsur berbentuk mikroskopis sedimen urin. Sifat urin yang encer (Hipotonik) dalam urin alkali (pH>7,5), menyebabkan sel-sel berbentuk dalam sedimen urin akan menyerap banyak air kemudian membengkak dan akan mengalami kerusakan dalam waktu 2 jam setelah pengumpulan spesimen urin.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain penelitian pre eksperimen one group pre test and post test desingn yaitu suatu jenis penelitian yang melakukan kegiatan percobaan (experiment). Pemeriksan derajat keasaman (pH) urin sebanyak 10 ml pada sampel urin pagi secara langsung menggunakan strip pH urin yang dicelupkan secara cepat (kurang dari 1 detik) ke dalam urin pasien.

Pemeriksaan yang menjadi standar acuan dalam pemeriksaan sedimen urin adalah kurang dari 1 jam terutama jika tanpa bahan pengawet atau selambat-lambatnya dalam waktu 2 jam setelah proses perkemihan. Riswanto & Rizki (2015) menyatakan apabila spesimen urin dalam keadaan alkali (pH>7,5) dan encer disimpan terlalu lama dan dilakukan penundaan pemeriksaan akan menyebabkan perkembangbiakan bakteri yang meningkatan kekeruhan karena adanya pengendapan bahan amorf, serta dapat menurunkan kualitas hasil pemeriksaan terhadap unsur-unsur berbentuk mikroskopis sedimen urin seperti (eritrosit, silinder) dalam waktu 2 jam setelah pengumpulan specimen.

Secara mikroskopik eritrosit dalam urin tidak dapat menyerap pewarna. Dalam urin yang encer atau bersifat hipotonik eritrosit akan menyerap banyak air kemudian membengkak, mengalami kerusakan (lisis),  melepaskan hemoglobin dan meninggalkan membran sel yang terlihat kosong atau disebut sel “sel hantu” yang dapat dengan mudah hilang apabila tidak segera dilakukan pemeriksaan sehingga dapat menurunkan kualitas hasil pemeriksaan dalam pengamatan secara mikroskopis..

Secara mikroskopik leukosit dalam urin yang alkali dan encer (hipotonik) akan mengalami kerusakan (lisis) dan kehilangan detail inti setelah 2-3 jam berada pada suhu kamar atau apabila tidak segera dilakukan pemeriksaan. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan mikroskopis segera, yaitu dalam waktu 1 jam setelah berkemih. Hasil pemeriksaan jumlah sedimen urin leukosit menunjukkan bahwa penundaan waktu pemeriksaan sampai dengan 3 jam pada suhu ruangan tidak mempengaruhi jumlah leukosit. Penundaan pemeriksaan sedimen urin dapat menyebabkan pembengkakan pada inti sel sehingga leukosit mengalami kerusakan dan mengalami kehilangan inti selnya. 

Kesimpulan penelitian tidak terdapat pengaruh perubahan unsur organik sedimen urine leukosit, namun terdapat pengaruh perubahan unsur organik sedimen urine eritrosit dan epitel akibat penundaan waktu pemeriksaan sampel urin pH alkali pada metode konvensional dengan penundaan waktu pemeriksaan sampai dengan 3 jam. Pemeriksaan jumlah leukosit pada unsur organik sedimen urin dapat ditunda sampai dengan 3 jam pada suhu ruangan, tetapi disarankan agar pemeriksaan unsur organik sedimen urin  dilakukan dalam waktu kurang dari 1 jam dan untuk pemeriksaan jumlah eritrosit dan epitel pada unsur organik sedimen urin disarankan agar dilakukan pemeriksaan dalam waktu segera mungkin pada suhu ruangan.

Penulis : Dr.Ahmad Yudianto,dr.SpF.M[K].,SH.,M.Kes

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di

https://medic.upm.edu.my/jurnal_kami/malaysian_journal_of_medicine_and_health_sciences_mjmhs/mjmhs_vol17_supp_2_april_2021-61401

Heribertus Agustinus B Tena, Jenny Sunariani, Ahmad Yudianto, Budi Santoso, Tulus Ariyadi [2021], Alteration in Organic Elements of Sediment in Delayed Examinations of Alkaline pH Urine Sample using Conventional Method, Mal J Med Health Sci 17(SUPP2): 48-52, April 2021

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp