Reno Albra Alumni UNAIR: Mahasiswa Harus Selaraskan Akademik dan Investasi Sosial

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Reno Albra (bawah) saat berbagi ilmu kepada peserta Sarasehan Batch 1 yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB secara daring pada Sabtu (22/5/2021). (Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS – Reno Albra, S.M. alumni Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR angkatan 2014 mengajak mahasiswa untuk merangkul keseimbangan, baik organisasi, prestasi, hingga akademik. Hal ini disampaikan dalam program Prabu Adhikari, Sarasehan Batch 1 yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB secara daring pada Sabtu (22/5/2021).

Tema yang diusung dalam acara itu adalah “Mengenal Lebih Jauh Peluang dan Celah FEB: SDM FEB UNAIR Sudah Kompetitif?”. Selain sebagai alumni, Reno juga sebagai banking supervisor dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Reno pun membagikan kiat menjalani masa perkuliahan tanpa mengorbankan IPK maupun lesunya pengalaman.

Start With Dream, Set Your Goals

Menurut literasi yang Reno pahami, reputasi kampus menjadi faktor pertimbangan rekruiter perusahaan. Artinya, peringkat universitas sering digunakan banyak stakeholders perguruan tinggi karena dinilai mampu memberikan gambaran ringkas multiple quality dimensions pada universitas.

Kendati persaingan pasca kampus tidak hanya diukur dari sebuah akreditasi melainkan value tambahan, Reno menekankan untuk mengasah kemampuan dan mengenali pola diri.

“Lakukan university pathway secara simultan, misal saya di tahun pertama focus akademik, tahun kedua non-akademik, tahun ketiga international exposure, hingga tahun keempat legacy,” jelas Reno.

Semasa kuliah, Reno juga mengikuti paguyuban Cak & Ning Surabaya, BEM UNAIR, Lingkar Sinergi, dan sebagainya.

“Jangan menjadi mahasiswa organisatoris yang menganaktirikan akademik,” tegasnya.

Scholarship Hunter

Reno menyebutkan bahwa menerima bantuan beasiswa tidak mencerminkan orang yang kekurangan tetapi sebagai bentuk prestise dan apresiasi dari lembaga ke penerima. Ia pernah meraih prestasi beasiswa penuh ke Fontys International Business School di Belanda, Young South East Asia Leadership Initiative (YSEALI), Academic Fellowship- Economic Development, Bank Indonesia, dan beberapa beasiswa lainnya.

Senada dengan hal itu, ia juga menjumpai anak para direktur yang turut apply program beasiswa. Reno menyebutkan bahwa meng-apply beasiswa ke perusahaan juga menjadi salah satu batu loncatan.

“Saat semester awal, saya ingin bekerja di Bank Indonesia atau di OJK. Salah satu jalan saya menuju pintu itu ya dengan mengikuti beasiswa yang ditawarkan,” ucap Reno.

Maintenance Relationship

Reno menilai bahwa membangun jauh lebih mudah dibanding mempertahankan. Beasiswa ke luar negeri menjadi pengalaman yang tidak akan pernah dilupakan Reno. Ia memperoleh batu loncatan bisa mengenal beberapa orang-orang hebat di segala penjuru dunia. Salah satu strategi yang ia terapkan adalah dengan tetap melanggengkan hubungan kepada siapapun, misalnya saling berkabar, bertukar informasi, dan membagikan tulisan.

Ada pula kalimat pamungkas dari Reno ke audiens sebelum sarasehan berakhir.

“Yang terbaik itu lulus tepat waktu dan pengalaman yang cukup. Fokus ke hal yang esensional, tidak melulu proker oriented hingga lupa improve diri,” tutupnya. (*)

Penulis: Viradyah Lulut Santosa

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp