Indeks Proliferasi Sel untuk Menentukan Prognosis pada Penderita Karsinoma Nasofaring

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Halodoc

Karsinoma nasofaring adalah keganasan berasal dari epitel atau mukosa dan kripta yang  melapisi permukaan nasofaring. Mukosa yang menutupi dinding nasofaring, secara histologi  terdiri dari epitel skuamosa pseudokolumner berhubungan dengan stroma limfoid submukosa  dan glandula seromukosa atau jaringan limfoepitelial pada nasofaring. Karsinoma nasofaring sering terjadi di pharyngeal recess atau fossa Rosenmuller’s. Berdasarkan klasifikasi World WHO pada tahun 1991 terdapat tiga tipe histologi KNF yaitu  karsinoma sel skuamosa keratinisasi (WHO tipe I), karsinoma sel skuamosa tanpa keratinisasi (WHO tipe II) dan karsinoma sel tidak berdiferensiasi (WHO tipe III). 

Insiden KNF secara geografis menunjukkan gambaran bervariasi. Karsinoma  nasofaring merupakan salah satu keganasan yang sering terjadi di Cina dan negara Asia  Tenggara. Insiden KNF sekitar 20 sampai 50 kasus per 100.000 penduduk. Rasio insiden KNF  berdasarkan jenis kelamin, perbandingan pria dengan wanita yaitu sekitar 2 hingga 3  berbanding 1. Insiden KNF yang tinggi pada laki-laki diduga karena hormon testoteron yang  dominan pada laki-laki diduga mengakibatkan penurunan respon imun dan surveillance tumor  sehingga laki-laki lebih rentan terhadap infeksi Epstein Barr Virus (EBV) dan kanker. Kasus KNF di Asia sebagian besar terjadi pada dekade 5 dan 6 kehidupan. Insiden  KNF di Afrika terjadi pada 2 puncak usia yaitu puncak mayor pada kelompok usia sekitar 50  tahun dan puncak minor pada kelompok usia antara 10 hingga 25 tahun. Kelompok juvenil ini  mencapai sekitar 20 % dari total penderita dengan gambaran klinis biologis yang spesifik. 

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak  ditemukan di Indonesia. Insiden KNF di Indonesia dilaporkan mencapai 6,7 per 100.000  penduduk per tahun, namun diperkirakan angka insiden yang sebenarnya jauh lebih tinggi. Karsinoma nasofaring (KNF) mudah bermetastasis ke kelenjar getah bening (KGB)  servikal. Insiden pembesaran KGB servikal didapatkan pada 75% penderita KNF dan  merupakan salah satu penilaian progresivitas dan prognosis pada KNF. Pasien dengan  pembesaran KGB servikal memiliki tendensi prognosis buruk.  Prognosis KNF secara umum masih berdasarkan penilaian stadium klinis dengan  menilai tumor primer (T), metastasis nodul (N) servikal dan metastasis jauh (M). Pasien KNF  dengan stadium klinis sama memberikan prognosis yang berbeda masih banyak ditemukan.  Hal tersebut menunjukkan bahwa penilaian TNM belum dapat memberikan prediksi yang tepat untuk prognosis KNF. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pengembangan terhadap  biomarker molekular pada KNF yang dapat membantu klinisi meningkatkan prediksi prognosis  dan intervensi terapi pada pasien KNF.  

Proliferasi yang tidak terkendali menyebabkan sel kanker berkembang progresif,  invasif dan infiltratif mempunyai kemampuan menembus batas kompartemen jaringan tempat  asal. Proliferasi sel kanker yang tidak terkendali akan menstimulasi sel lepas dari hubungan  jaringan antar sel dengan menekan molekul adhesi yaitu E-cadherine dan integrin; proteolisis  komponen matriks ekstraselular atau extra cellular matrix (ECM) turut berperan, antara lain  protease nonspesifik seperti tripsin dan katepsin, protease spesifik seperti gelatinase, matrix  metalloproteinase (MMP) dan aktivator plasminogen; migrasi sel kanker yang infiltratif  menyebabkan metastasis ke KGB servikal dan organ berjarak. 

Proliferasi sel yang tidak terkendali akan meningkatkan faktor angiogenesis yaitu  Fibroblast Growth Factors (FGF), Transforming Growth Factor (TGF), Tumor Necrosis  Factor (TNF), Vascular Endothelial Cell Growth Factor (VEGF) dan Cyclo-Oxygenase (COX) sehingga terbentuk pembuluh darah baru. Angiogenesis menyebabkan suplai oksigen  dan makanan akan terpenuhi sehingga memicu pertumbuhan dan perkembangan sel kanker  lebih lanjut. Angiogenesis yang terbentuk juga menyebabkan sel tumor tumbuh secara progesif,  invasif dan memicu metastasis. 

Salah satu indikator biomarker yang dapat digunakan untuk menilai progresivitas dan  prognosis KNF adalah dengan pemeriksaan indeks proliferasi sel. Proliferasi sel meliputi  pembelahan dan pertumbuhan sel, siklus sel mendasari mekanisme dan pengaturan proliferasi  sel. Aktivitas proliferasi sel dapat ditentukan dengan cara menghitung indeks mitosis,  Proliferating Cell Nuclear Antigen (PCNA) dan ekspresi protein Ki-67. Pemeriksaan ekspresi  protein Ki-67 direkomendasikan karena akan diekspresikan pada setiap siklus sel kecuali pada  fase G0.  Indeks proliferasi sel yang tinggi berhubungan dengan prognosis yang kurang baik.  Indeks proliferasi sel yang tinggi menunjukan progesivitas pertumbuhan sel kanker sehingga  memiliki sifat invasif dan kecenderungan untuk metastasis. Penilaian indeks proliferasi dapat  digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan atau pengurangan massa tumor pasca kemoterapi  dan radioterapi untuk menilai respon terapi. Sejumlah keganasan seperti limfoma, kanker  payudara, kanker endometrium, kanker prostat, kanker gaster, KNF dan keganasan yang lain  menggunakan indeks proliferasi sel untuk menilai progesivitas dan prognosis.

Berdasarkan paparan di atas maka dilakukan penelitian tentang hubungan indeks  proliferasi sel dengan status KGB servikal pada penderita KNF sehingga diharapkan dapat  bermanfaat untuk memperkirakan progesivitas dan prognosis penderita KNF.  Hasil penelitian didapatkan hubungan yang bermakna antara indeks proliferasi sel  dengan status KGB servikal pada penderita KNF dengan korelasi yang kuat. Sehingga  pemeriksaan ekspresi protein Ki-67 untuk menilai indeks proliferasi sel dapat digunakan  sebagai indikator progresivitas, bahan pertimbangan intervensi terapi dan alternatif untuk  menentukan faktor prognosis pada penderita. 

Penulis : Puguh Setyo Nugroho, Titiek H. Ahadiah, Muhtarum YusufInformasi detail dari riset ini dapat dilihat pada : 

https://e-journal.unair.ac.id/FMI/article/view/8765

doi: 10.20473/fmi.v57i1.8765 

Correlation Of Cell Proliferation With Cervical Lymphoid Node Status In Nasopharyngeal Carcinoma  Patients  

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp