Tekanan Stakeholder dalam Mendapatkan Status WCU

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Radio Idola Semarang

Pendidikan tinggi (PT) mengalami reformasi tatakelola dalam 2 dekade terakhir, dengan peningkatan otonomi dan tekanan untuk lebih akuntabel. Kemunculan ranking PT pada awal 2000-an merepresentasikan standar global baru akan akuntabilitas kinerja, khususnya world-class university (WCU). Meskipun mengundang perdebatan, namun mendorong administrator PT untuk mengembangkan sistem berbasis kinerja berdasarkan indikator-indikator yang digunakan oleh lembaga ranking.

Audiens utama dari pemeringkatan PT adalah calon mahasiswa dan orang tua, meskipun tren terakhir menunjukkan semua stakeholder PT mencermati dan terpengaruh olehnya. Hal ini dikarenakan perhatian yang diberikan oleh media nasional dan global pada WCU dengan world university ranking (WUR) dan mempengaruhi pembuatan kebijakan, perilaku akademis,d an opini stakeholder. Ini adalah pandangan pertama bahwa WCU akan mempengaruhi opini dari stakeholder. Pandangan kedua menunjukkan bahwa stakeholder menyediakan legitimasi pada PT, dan mempengaruhi arah akan perubahan yang akan dilakukan. Tidak hanya stakeholder internal, namun stakeholder eksternal juga akan terlibat pada sebelum, selama, dan sesudah proses perubahan yang dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, pertanyaan riset ini adalah tekanan seperti apa dan dari stakeholder mana (apakah internal atau eksternal) yang akan mengarah pada perubahan organisasi (PT) untuk meraih status WCU.

Untuk menjawabnya, pertama-tama kami mereview teori stakeholder dan institusi di perguruan tinggi dan mengkonseptualisasikannya dalam konteks pemeringkatan universitas. Selanjutnya, kami perkenalkan konteks penelitian studi kami, 11 PTN-BH di Indonesia, yang diamanatkan oleh pemerintah untuk mendapatkan status kelas dunia. Kedua, kami membahas data dan metode penelitian. Selanjutnya, kami mengkategorikan temuan ke dalam empat kuadran untuk menggambarkan tingkat tekanan stakeholder yang berbeda dan konsekuensinya terhadap kinerja peringkat 11 AHEI.

Kontribusi riset ini adalah: kami memperluas teori pemangku kepentingan tentang peringkat global universitas. Secara khusus, kami menjawab Parmar dkk. (2010) guna menjawab mengapa PT pada lingkungan kelembagaan yang sama memiliki respon dan proses perubahan yang berbeda, dengan hasil yang berbeda pula. Selanjutnya, kami melengkapi studi sebelumnya yang hanya mengidentifikasi tekanan pemangku kepentingan internal dan/atau eksternal pada peringkat universitas tanpa spesifikasi yang jelas. Kemudian, banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui tekanan stakeholders, khususnya dari pemerintah, terhadap peningkatan status universitas kelas dunia di Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Sebagai negara dengan populasi muda terbesar di ASEAN, memahami strategi PT di Indonesia untuk mendapatkan status WCU berdasarkan perspektif stakeholder merupakan kontribusi penting riset ini.

Riset ini merupakan hasil riset dari Hibah Penelitian Strategis Nasional tahun 2018. Menggunakan metode kualitatif, beragam data publik digunakan dengan sumber utamanya dalah interview pada orang yang terlibat dalam proses perubahan menuju status WCU. Terdapat 75 orang informan dari 11 perguruan tinggi (PT) dengan beragam posisi, baik dosen, administrator PT (Dekan, Wakil Dekan, ketua Departemen, dan KPS), mahasiswa, dan tentunya alumni. Data selanjutnya berasal dari pemberitaan Top 10 media online di Indonesia berdasarkan ranking Alexa mulai 2015-2018. Terdapat 244 artikel yang membahas WCU, kemudian diperbandingkan dan menunjukkan adanya tekanan stakeholder pada PT. Data ketiga berupa dokumen-dokumen dari pemerintah, notulensi rapat tim Task Force WCU Kementerian, dan email. Data yang ada kemudian dianalisis menggunakan program NVIVO berdasarkan langkah-langkah yang ada dalam metode Gioia: open coding, axial coding dan selective coding.

Hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat 4 jenis tekanan yang diberikan oleh stakeholder. Pertama, tekanan dalam bentuk peraturan (regulatory pressures) dan terdiri atas tekanan keuangan dan akademis. Kedua, tekanan persaingan (competitive pressures) yang terdiri atas kualitas akademis dan standar global. Ketiga, tekanan reputasional (reputational pressures) yang terdiri atas reputasi secara umum dan secara khusus. Keempat, tekanan kelayakan kerja (employability pressures) yang terdiri atas 2 hal, yakni standar lulusan secara global dan relevansi lulusan dengan kebutuhan industri. Temuan selanjutnya menunjukkan bahwa masing-masing tekanan tersebut bisa disebabkan oleh stakeholder internal maupun eksternal.

Kemudian kami mencoba menggunakan skema 2X2 dalam menggambarkan tekanan yang dihadapi, yang mana tekanan pertama dan kedua dikategorikan sebagai tekanan institusional (institutional pressure) dan tekanan ketiga dan keempat menjadi tekanan pasar (market pressure). Temuan kami menunjukkan bahwa PT Indonesia yang masuk dalam <500 Top WUR yang memiliki tekanan stakeholder internal lebih besar dibandingkan stakeholder eksternal. Tekanan institutional yang diterima juga besar, namun tekanan pasar tidak dikarenakan posisi yang telah diraih memang menunjukkan sebagai PT terkemuka di Indonesia. Pada PT yang tergolong dalam Top 500-1000 WUR, tekanan pasar dan tekanan institusional besar. Selanjutnya, tekanan stakeholder eksternal lebih dominan dalam menggerakkan proses perubahan dalam mencapai status WCU. Bagi PT yang Top >1000 WUR, terlihat bahwa tekanan institusional maupun pasar rendah, baik yang diwakili oleh stakeholder internal maupun ekstrenal. Implikasi teoretis, manajerial, maupun kebijakan public juga dibahas dalam artikel ini. Dan ditutup dengan keterbatasan dana rah bagi penelitain selanjutnya.

Penulis: Badri Munir Sukoco

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://link.springer.com/article/10.1007/s10734-020-00667-3

Badri Munir Sukoco, Mohammad Fakhruddin Mudzakkir, Abdillah Ubaidi, Muhammad Nasih, Hermawan Kresno Dipojono, Dian Ekowati, dan Bambang Tjahjadi (2021). Stakeholder pressure to obtain world-class status among Indonesian universities. Higher Education (top tier journal, #11 in Law), forthcoming issue,  https://doi.org/10.1007/s10734-020-00667-3.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp