UNAIR Raih 100 Top Dunia THE Impact Ranking Bidang No Poverty

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
SALAH seorang mahasiswa mendata dan meberikan bantuan kepada masyarakat. (Foto: NEWS UNAIR)
SALAH seorang mahasiswa mendata dan meberikan bantuan kepada masyarakat. (Foto: NEWS UNAIR)

UNAIR NEWS – Belum lama ini, Times Higher Education (THE) yang merupakan salah satu lembaga pemeringkatan universitas di dunia merilis Impact Rankings 2021. Impact Rankings sendiri merupakan pemeringkatan yang menilai keberhasilan sebuah universitas dalam upaya untuk menyukseskan tujuan Suistainable Develompent Goals (SDGs). Dalam pemeringkatan tersebut, Universitas Airlangga (UNAIR) berhasil masuk pada urutan ke-90 untuk bagian No Poverty atau tidak adanya kemiskinan.

Capaian tersebut, menurut Dr. M. Hadi Shubhan, S.H., M.H., C.N., sebagai Direktur Kemahasiswaan UNAIR merupakan suatu prestasi yang outstanding dan selaras dengan salah satu visi UNAIR untuk menjadi universitas terkemuka di tingkat internasional. Tidak hanya itu, dosen Fakultas Hukum itu menyebut bahwa prestasi tersebut juga sesuai dengan value UNAIR, yakni Excellence with Morality.

“Aspek morality inilah yang melandasi capaian No Poverty tersebut,” tambahnya.

Sediakan Beragam Beasiswa

Dosen yang kerap disapa Hadi itu menuturkan bahwa prestasi tersebut tentu perlu ditingkatkan lagi. Karena itu, pihaknya menyebut salah satu upaya yang tengah dilakukan kemahasiswaan, terutama bidang Kesejahteraan Mahasiswa, adalah meningkatkan jumlah penerima beasiswa pendidikan maupun bantuan pendidikan untuk mahasiswa yang berlatar belakang ekonomi kurang mampu.

“Pada akhir tahun 2020 lalu, sebanyak 9.286 mahasiswa S1 dan Vokasi atau sekitar 30 persen mahasiswa sudah menerima bantuan beasiswa. Jumlah tersebut jauh melesat di atas kewajiban regulasi yang mewajibkan minimal 20 persen jumlah mahasiswa penerima beasiswa,” terang dosen 48 tahun itu.

Hadi menyebut ada beberapa beasiswa terkait dengan tujuan No Poverty yang disediakan oleh UNAIR. Misalnya, KIP Kuliah (bidikmisi) dengan kuota 1.400 mahasiswa per angkatan, bantuan UKT senilai 2.4 juta untuk 2400 mahasiswa selama pandemi, penurunan UKT untuk 5.000 mahasiswa miskin atau terdampak pandemi, pembebasan UKT untuk 2000 mahasiswa perpanjangan semester akhir, dan kebolehan mengangsur UKT berjalan bagi 2.428 mahasiswa.

“Ke depan, jumlah penerima beasiswa itu perlu ditingkatkan lagi baik dari segi kuantitas jumlah mahasiswa maupun kualitas besaran bantuannya,” tuturnya.

Meminimalkan Salah Sasaran

Tidak bisa dimungkiri, banyaknya beasiswa atau bantuan yang disediakan oleh UNAIR untuk mahasiswa kurang mampu kadang dimanfaatkan oleh beberapa mahasiswa yang sebenarnya berkecukupan. Untuk meminimlakan hal itu, Hadi menjelaskan tahapan seleksi untuk mahasiswa kurang mampu sudah menggunakan sistem verifikasi dan jika perlu akan dilakukan survei langsung.

“Khusus mahasiswa KIP Kuliah, kalau ketahuan berasal dari mahasiswa kaya tentu akan diberhentikan. Siapapun bisa memberi laporan kepada kami terkait hal itu. Sementara untuk mahasiswa berkecukupan lainnya apabila ingin mendapat bantuan bisa mengajukan beasiswa prestasi yang tidak terkait dengan kondisi ekonomi dalam persyaratannya,” jelasnya.

Terakhir, Hadi berharap jangan sampai ada mahasiswa yang benar-benar miskin, tapi tidak bisa melanjutkan studi dengan alasan tidak mampu membayar biaya pendidikan atau membiayai living cost. (*)

Penulis: Nikmatus Sholikhah

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp