Memonitor Pertumbuhan Ikan Patin Siam pada Tahap Pendederan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Liputan6

Ikan patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar Indonesia  yang bernilai ekonomis dan banyak diminati oleh masyarakat sebagai salah satu bahan pangan bergizi tinggi Potensi budidaya ikan patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus) yang besar dengan diikuti peningkatan permintaan sebagai bahan pangan, secara tidak langsung juga mendorong ketersediaan yang mencukupi di sektor budidaya. Peningkatan produksi ini berdampak langsung pada produkis kegiatan budidaya ikan patin siam mulai dari hulu hingga ke hilir.

Ikan patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus) memiliki bentuk tubuh yang memanjang, sedikit pipih, tidak bersisik, ukuran kepala dan mata kecil, serta mulut terletak diujung kepala dan melebar. Panjang tubuh ikan patin Siam  mampu mencapai ukuran 120 cm, serta memiliki warna tubuh pada bagian punggung keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan bagian perut putih keperakan. Penyebaran ikan patin Siam  di alam secara geografis memiliki ruang lingkup yang cukup luas hampir di seluruh wilayah Indonesia. Ikan patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus) merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki sifat nocturnal atau suka melakukan aktivitas di malam hariseperti ikan catfish pada umumnya. Berdasarkan bentuk mulut ikan patin Siam yang sedikit condong ke bawah, menunjukkan bahwa ikan patin Siam termasuk salah satu ikan yang suka hidup di dasar perairan

Salah satu tahap yang perlu diperhatikan dalam memenuhi pasokan ikan patin siam siap konsumsi adalah tersedianya benih yang berkualitas. Benih yang ditebarkan untuk tahap pembesaran harus memiliki daya tahan tubuh yang baik dengan ukuran tertentu yang seragam untuk meningkatkan nilai kelulusan hidup di tahap pembesaran. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan kegiatan pendederan sebagai salah satu tahap persiapan benih patin siam sebelum masuk ke tahap ukuran konsumsi.

Kegiatan pendederan ikan patin siam meliputi persiapan bak, penebaran dan aklimatisasi larva, pemberian pakan, pengukuran panjang dan berat benih, manajemen kualitas air, sampling, grading, serta pemanenan dan transportasi benih ikan patin Siam. Kegiatan pendederan dilakukan secara indoor di bak fiber selama 16 hari, mulai dari fase larva yang baru menetas dari hatchery sampai dengan ukuran benih 0,75-1 inci. yang belum terbentuk sempurna, dan mempunyai ukuran kurang lebih tiga milimeter. Ikan patin Siam  mengalami dua fase larva, yaitu fase pre-larva dan post-larva. Fase pre-larva dengan menunjukkan bentuk silindris dan simetris bilateral, dengan kandungan telur pada bagian anterior tubuh. Bagian sirip dada dan sirip ekor larva sudah mulai terbentuk tetapi belum sempurna, sedangkan untuk fase post-larva, kantung kuning telur mulai  menghilang dan pigmen tubuh mulai terbentuk dengan lipatan sirip dorsal (sirip punggung), serta sirip perut dan sirip dubur larva mulai terbentuk. Fase selanjutnya merupakan perubahan larva yang kemudian berkembang menjadi juvenil,dan siap berkembang menjadiikan patin Siam dewasa.

Selama berada di fase pendederan, benih ikan patin diberi pakan alami berupa Artemia dan Tubifex cincang, serta pakan buatan dalam bentuk crumble berdiameter 0,425-0,71 mm. Pemberian Artemia dan Tubifex selain memiliki kandungan nutrisi yang sesuai dengan umur benih ikan patin siam, juga dikarenakan ukuran pakan alami tersebut sesuai dengan bukaan mulut. Sedangkan pemberian pakan buatan adalah untuk melatih kemampuan ikan dalam mengkonsumsi pakan buatan pada fase pembesaran nantinya.

Selama 16 hari pada fase pendederan, benih ikan patin siam memiliki performa pertumbuhan yang baik, ditandai melalui pertambahan panjang tubuh benih mencapai nilai 1.9; rata-rata pertambahan bobot benih mencapai 0.07; nilai Spesific Growth Rate (SGR) 0.435%, serta survival rate (SR) mencapai 60.14%. Pertumbuhan benih ikan patin siam pada tahap pendederan ini menunjukkan bahwa benih selanjutnya siap dipindah ke fase pembesaran hingga siap menjadi konsumsi masyarakat.

Penulis: Putri Desi Wulan Sari, S.Pi., M.Si

Berikut kami sertakan link doi:10.1088/1755-1315/718/1/012009

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp