Determinan Kesediaan untuk Merawat Penderita HIV-AIDS di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi pasien HIV/AIDS

Kesediaan untuk merawat Orang dengan HIV-AIDS (ODHA) di Indonesia masih menjadi permasalahan yang harus diselesaikan. Hal tersebut dikarenakan sikap diskriminasi kepada ODHA yang masih tinggi di Indonesia. ODHA perlu mendapatkan penerimaan dan kesedian dari keluarga atau masyarakat untuk merawat dan hidup berdampingan untuk kelangsungan dan kualitas hidup yang lebih baik. Namun, hal tersebut masih sangat jauh dari harapan karena kurangnya sikap penerimaan kepada penderita HIV-AIDS yang dapat disebabkan oleh berbagai factor.

Jumlah ODHA meningkat setiap tahun. Pada tahun 2019 jumlah ODHA di dunia mencapai 38 juta, dewasa 36,2 juta dan anak-anak 1,8 juta usia <15 tahun. Dari total angka kesakitan HIV pada tahun 2019, terlihat jelas bahwa sebanyak 81% mengetahui statusnya sebagai ODHA, dan 67% baru mendapatkan akses terapi antiretroviral (ART) secara global. Selain itu, jumlah kematian akibat AIDS pada tahun 2019 mencapai 690.000. Jumlah ODHA di Indonesia pada tahun 2018 adalah 640.000, dan jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 38.000. Jumlah kematian akibat AIDS telah meningkat 60% sejak 2010.

Beberapa penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa kesedian untuk merawat ODHA disebabkan oleh factor perilaku, dukungan, ketakutan, resiko tertular, factor ekonomo, dan factor kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS. Dalam penelitian yang telah dilakukan ini, peneliti mencoba untuk menggunakan factor demografi seperti usia, jenis kelamin, tinggak Pendidikan, dan tempat tinggal; factor ekonomi seperti tingkat kekayaan, status pekerjaan, dan pendapatan; serta factor pengetahuan dan sumber informasi.

Pengasuh memainkan peran penting dalam perawatan ODHA. Pengasuh dapat mempengaruhi perawatan dan penerimaan medis dan memberikan bantuan instrumental kepada ODHA. Mereka secara tidak langsung membantu rutinitas dan memfasilitasi kepatuhan ODHA terhadap pengobatan mereka, dan dapat mempengaruhi tingkat stres. Satu studi menemukan bahwa ODHA yang dirawat oleh pengasuh informal mampu mempertahankan viral load 4,6 kali lebih besar daripada mereka yang tidak dirawat.

Hasil penelitian yang telah dipublikasikan pada jurnal internasional bereputasi (Health and Socoal Care in the Community) ini, sebelumnya menggunakan data sekunder yang didapatkan dari Indonesian Demographic Health Survey (IDHS). Data skala nasional di Indonesia telah digunakan untuk mendapatkan gambaran data yang lebih detail dan general. Sebanyak 13,731 responden yang terdiri dari 2,818 laki-laki dan 10,913 perempuan dengan usia 15-54 tahun telah berpartisipasi dalam survey ini.

Diketahui lebih dari 70% responden bersedia merawat ODHA di Indonesia. Dapat juga dilihat bahwa di Indonesia penerimaan penduduk terhadap ODHA dapat diterima. Dalam penelitian ini, lebih dari 40% responden berusia 35-49 tahun, dengan mayoritas adalah perempuan. Lebih dari setengah dari total responden memiliki pendidikan menengah. Seperempat dari total responden berada di kuintil kekayaan terkaya. Lebih dari setengah dari total responden tinggal di daerah perkotaan, dan mayoritas memiliki pekerjaan dan dibayar. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa lebih dari 80% responden memiliki pengetahuan lebih tentang HIV yang diperoleh dari beberapa sumber informasi. Diketahui juga bahwa umur, jenis kelamin, kuintil kekayaan, status pekerjaan, dan informasi memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan kesediaan merawat ODHA di Indonesia.

Studi ini menunjukkan bahwa bertambahnya usia responden dapat menjadi penghambat kesediaan untuk merawat ODHA. Selain itu, diketahui bahwa perempuan lebih bersedia merawat ODHA dibandingkan laki-laki. Kekayaan responden tidak terkait dengan kesediaan untuk merawat ODHA. Individu dengan semua tingkat kekayaan ternyata bersedia merawat ODHA. Responden yang memiliki pekerjaan dan cakupan informasi yang baik bersedia merawat ODHA di Indonesia. Dalam studi ini, tingkat pendidikan dan pengetahuan ditemukan tidak berhubungan dengan kesediaan untuk merawat ODHA. Penyebaran informasi yang benar dan akurat tentang HIV-AIDS dapat membantu masyarakat dan masyarakat memahami kondisi ini. Dengan demikian, mereka dapat menerima ODHA dan bersedia memberikan perawatan. Pemerintah dapat menentukan kebijakan lebih lanjut untuk penyebaran informasi yang tepat, secara maksimal dan sesuai dengan rekomendasi dalam penelitian ini. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, petugas kesehatan, dan masyarakat.

Penulis: Tintin Sukartini, Hidayat Arifin

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/hsc.13318

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp