Persalinan di Rumah Sakit pada Masyarakat Miskin Perkotaan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Alodokter

Angka Kematian Ibu (MMR) di Indonesia masih cukup tinggi, bahkan bila dibandingkan dengan negara-negara sekawasan di Asia Tenggara. Pada tahun 2015 tercatat MMR berada pada angka 305 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sudah turun dibanding MMR tahun 2012 yang berada pada kisaran 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini terdokumentasikan dalam Laporan Tahunan Direktorat Kesehatan Keluarga tahun. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017 menemukan bahwa 74% wanita di Indonesia bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Sebanyak 42% bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, yang meliputi Health Center (Puskesmas) dan jaringannya, klinik, serta praktik tenaga kesehatan. Sementara ada 32% yang melakukan persalinan ke fasilitas pelayanan rujukan tingkat lanjutan, yaitu hospital.

Orang miskin perkotaan seperti hidup dalam lingkaran setan. Antara miskin, tidak berpendidikan, dan sakit, seperti mata rantai yang sulit untuk diputuskan. Masyarakat miskin perkotaan cenderung membentuk koloni mereka sendiri di daerah kumuh perkotaan. Kondisi ini seringkali akibat tingginya harga rumah dan tanah di daerah perkotaan. Kondisi perumahan yang kumuh justru meningkatkan risiko kelompok miskin perkotaan untuk jatuh sakit. Pemerintah harus memberi perhatian yang serius pada masyarakat miskin perkotaan. Kelompok masyarakat ini cenderung mengabaikan soal kesehatan, karena mereka berpendidikan rendah. Masyarakat miskin perkotaan cenderung lebih mementingkan urusan bekerja daripada urusan sekolah dan kesehatan. Meskipun layanan rumah sakit tersedia, masyarakat miskin perkotaan seringkali memiliki akses terbatas ke rumah sakit saat dibutuhkan. Keadaan ini bisa terjadi karena ketidaktahuan mereka, atau karena mereka tidak memiliki asuransi kesehatan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka artikel ini disusun untuk menganalisis determinan persalinan di rumah sakit pada perempuan miskin perkotaan di Indonesia.

Hasil analisis menemukan bahwa masalah selama hamil ternyata tidak terbukti sebagai determinan penggunaan rumah sakit untuk persalinan pada perempuan miskin perkotaan di Indonesia. Usia terbukti menjadi salah satu faktor penentu, sedangkan pada kategori tingkat pendidikan, perempuan miskin perkotaan dengan pendidikan tinggi 2,506 kali lebih mungkin menggunakan rumah sakit untuk melahirkan dibandingkan dengan perempuan miskin perkotaan yang tidak bersekolah. Sementara, paritas terbukti signifikan sebagai salah satu determinan yang mempengaruhi pemanfaatan rumah sakit untuk persalinan pada perempuan miskin perkotaan di Indonesia. Wanita miskin perkotaan yang dilindungi oleh asuransi kesehatan memiliki kemungkinan 1,933 kali lebih banyak menggunakan rumah sakit untuk melahirkan dibandingkan mereka yang tidak memiliki asuransi kesehatan.

Analisis pada studi ini dinilai bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan ibu untuk menyusun kebijakan yang lebih rinci sesuai sasaran yang teridentifikasi pada hasil studi. Langkah ini perlu untuk memastikan berkurangnya kendala akses wanita miskin perkotaan untuk pelayanan persalinan di rumah sakit.

Penulis: Ratna Dwi Wulandari

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga Surabaya

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tautan berikut:

http://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/12145

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp