Penting! Perhatikan Suhu dan Kelembapan Ruang Pengolahan dan Ruang Distribusi di Rumah Sakit

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: Kompas Properti

Makanan merupakan salah satu unsur penting bagi pasien di rumah sakit. Bagi pasien, makanan menjadi sumber energi sehingga dapat meringankan tanda gejala yang dialami pasien dan mempercepat proses penyembuhan serta pemulihan pasien. Studi yang telah dilakukan di Indonesia pada beberapa rumah sakit di Jakarta menunjukkan sebanyak 20–60% pasien malnutrisi dan 69% mengalami penurunan status gizi selama rawat inap di rumah sakit.

Dalam proses pengolahan dan penyajian makanan, suhu dan kelembapan di ruang pengolahan dan distribusi menjadi faktor penting agar makanan dapat sampai kepada pasien dalam kondisi bersih dan suhu yang memadai. Ruang produksi dan distribusi sangat penting untuk menjaga hygiene makanan sehingga dapat meningkatkan asupan gizi pasien selain itu juga bertujuan untuk melindungi penjamah makanan yang bertugas dalam proses produksi dan distribusi. Pada riset ini kami melihat evaluasi suhu dan kelembapan ruang pengolahan dan ruang distribusi instalasi gizi di RSUD Sidoarjo.

Cara Stabilkan Suhu dan Kelembapan Ruang Pengolahan dan Ruang Distribusi di Rumah Sakit

Ruang pengolahan makanan harus memiliki ventilasi yang cukup agar sinar matahari dapat masuk dan menerangi ruang pengolahan. Ruang pengolahan menghasilkan banyak uap panas yang menyebabkan suhu ruangan meningkat. Peningkatan suhu dan uap panas akan meningkatkan jumlah karbon dioksida dan menyebabkan ruangan menjadi lembab. Ventilasi yang cukup akan membantu mengurangi kelembapan dan membuang sisa uap panas yang dihasilkan pada saat pengolahan. Untuk memaksimalkan pembuangan panas akibat hasil pengolahan, pada atas kompor dapat dilengkapi dengan alat pembuang asap atau ventilator agar uap hasil pengolahan dapat secara langsung keluar.

Ruang pengolahan dan distribusi yang dapat digunakan oleh pekerja dengan nyaman, harus memiliki suhu dan kelembapan standar sehingga dapat menghasilkan makanan dalam kondisi bersih dan suhu yang memadai, yakni berkisar antara 22-30oC dan kadar kelembapan berkisar antara 40-60%. Apabila ruang pengolahan yang sudah dilengkapi dengan ventilasi yang cukup dan alat pembuang asap tetapi suhu dalam ruang pengolahan masih dirasa cukup panas akibat proses produksi, maka dapat ditambahkan dengan pendingin ruangan untuk membantu menurunkan suhu dan kelembapan agar sesuai standar.

Metode dan Hasil

Riset ini dilakukan pada bulan April, Mei, Juli dan Agustus 2019. Pengambilan data menggunakan teknik observasi dan dokumentasi dengan melihat laporan penilaian ketepatan suhu dan kelembabapan di ruang pengolahan dan distribusi yang diamati langsung oleh ahli gizi ruang pengolahan dan distribusi yang bertugas setiap harinya dengan pengambilan di dua titik yakni di ruang pengolahan dan ruang distribusi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melihat laporan suhu dan kelembapan yang telah diobservasi sebanyak 4 kali sehari yaitu pagi (sekitar pukul 10.00), siang (sekitar pukul 14.00) sore (sekitar pukul 17.00), dan malam (sekitar pukul 19.00). Penelitian suhu dan kelembapan dilakukan di ruang pengolahan dan distribusi. Alat ukur yang digunakan adalah termometer suhu ruangan htc-1/thermometer hygrometer htc 1 digital (Thermometer dan Hygrometer Indoor). dengan merk OneMed Alat ukur ini menampilkan suhu, kelembaban dan waktu dalam satu layar (Display temperature, humidity and time simultaneously). Ukuran temperatur dalam satuan derajat celcius (oC) dengan kemampuan mendeteksi suhu mulai dari -10 C s/d 50oC, dan resolusi 0.1oC. Ukuran kelembaban dalam satuan kelembapan relative (RH) dengan kemampuan mendeteksi 10 % s/d 99 %, dan resolusi 1 %. Ukuran waktu dalam satuan jam dan menit dengan format 24 jam atau 12 jam (AM/PM).

Hasil menunjukkan bahwa Suhu di ruang pengolahan dan ruang distribusi lebih tinggi dibandingkan dengan standar rumah sakit yakni antara 25-27°C. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan standar Permenkes, suhu masih tergolong aman. Kelembapan udara di ruang pengolahan masih berada dalam standar, namun di ruang distribusi kelembapan udara lebih tinggi dari standar rumah sakit maupun permenkes, yakni 40-70%.

Hasil riset ini berimplikasi bahwa Suhu dan kelembapan udara di ruangan pengolahan dan distribusi di Instalasi Gizi RSUD Kabupaten Sidoarjo terdapat data yang cukup fluktuatif. Secara umum, suhu dan kelembapan udara di ruang pengolahan dan distribusi sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dalam Permenkes no 7 Tahun 2019.

Penulis: Dominikus Raditya Atmaka

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/view/20429

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp