Pemukaan Blastocystis sp. Dari Sapi yang Diare Lebih Kasar Dibandingkan dengan yang Tidak Diare

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Sinau Ternak

Blastocystis sp merupakan protozoa yang sering diketemukan pada  saluran pencernakan baik pada manusia dan berbagai hewan dan parasit ini menyebabkan penyakit yang disebut blastosistosis yang bersifat zoonosis. Penularan  penyakit  secara per oral melalui air atau makananyang tercemar stadium infektif, yaitu  kista  (Lee et al., 2012). Prevalensi infeksi Blastocystis pada manusia di negara berkembang secara signifikan lebih tinggi daripada di negara maju (El Safadi et al., 2016). Praktik kebersihan yang buruk, kontak dekat dengan hewan, dan konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi merupakan faktor penyebab tingginya prevalensi blastosistosis pada manusia (Wawrzyniak et al., 2013).

Gejala blastosistosis tidak spesifik seperti diare, sakit perut, sembelit, perut kembung, kelelahan, urtikaria dan ruam kulit (Parija dan Jeremiah 2013, Wawrzyniak et al., 2013) dan sebagian besar kasus asimtomatik (Yason dan Tan 2018).Kemampuan Blastocystis sp  sebagai pathogen masih terus diteliti, beberapa Blastocystis sp bersifat patogen, sedangkan yang lain dapat dianggap komensal. Namun, beberapa peneliti menunjukkan dampak yang serius akibat infeksi parasit ini, diantaranya sindrom iritasi usus besar (irritable bowel syndrome = IBS) (Ragavan et al., 2014; 2015) dan polip pada prakanker (Kumarasamy et al., 2017).

Ada suatu hipotesis, kemampuan parasit ini menimbulkan penyakit, terkait peran lapisan permukaan Blastocystis sp. Menurut Yason dan Tan (2018), Scanning Electron Mikroscope (SEM) daapat menunjukkan variasi lapisan permukaan Blastocystis  dari isolate yang berbeda dan perbedaan ini dapat dikaitkan dengan perbedaan potensi patogen dari subtipe Blastocystis sp. Hal ini juga dibuktikan oleh Ahmed et al (2019) bahwa ultrastruktur permukaan Blastocystis sp. lebih kasar padaparasit yang diisolasi dari pasien dengan karsinoma kolorektal.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan ultrastruktur permukaan Blastocystis sp. pada sapi dengan diare dan non diare dengan Scanning Electron Microscope (SEM). Empat isolate  Blastocystis sp dipilih dari dua feses sapi diare dan dua ekor sapi tidak diare. Blastocystis sp  dalam feses dikultur dan hasil kultur yang dilakukan pengamatan dengan SEM. Hasil pengamatan disajikan secara diskriptif yang dilengkapi dengan gambar.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa Blastocystis sp. pada sapi bentuk bulat.  Reproduksi Blastocystis sp ditunjukkan pada Gambar A1 dan B1. Gambar A1 mungkin merupakan tahap awal reproduksi plasmotomi. Reproduksi plasmotomi terjadi selama tahap bentuk vakuola, di mana sel anak muncul dengan membentuk ekstensi sitoplasma seperti jari dari permukaan seluler sel vakuolar induk (Zang et al, 2007). Gambar B1, Blastocystis sp. terlihat menjalani pembelahan biner.

Sel permukaan Blastocystis sp. isolat dari ternak diare memiliki permukaan yang kasar seperti yang ditunjukkan pada Gambar A dan B. Sedangkan organisme isolat sapi non diare sangat halus (Gambar C). Struktur permukaan sel ini mungkin berhubungan dengan patogenisitas organisme yang berhubungan dengan gejala yang ditunjukkan. Diperkirakan bahwa Blastocystis permukaan kasar lebih patogen daripada permukaan halus dan ciri-ciri struktur permukaan Blastocystis sp. berkorelasi gejala klinis. Pada penelitian ini terlihat adanya bakteri yang menempel pada permukaan Blastocystis sp. dari sapi yang mengalami diare (Gambar B1). Bakteri yang menempel pada permukaan Blastocystis telah terlihat berhubungan erat dengan lapisan permukaan dan seringkali menyebabkan lekukan (Boreham dan Stenzel, 1993). Meskipun beberapa fungsi lapisan permukaan belum diketahui secara pasti, ini dianggap sebagai mekanisme untuk menjebak bakteri untuk tujuan nutrisi dan perlekatan pada lapisan epitel usus (Zaman et al, 1999) dan menurut Yason dan Tan (2018), permukaan lapisan Blastocystis sp. terkait dengan subtipe Blastocystis yang berpotensi patogen. Blastocystis sp. pada sapi berbentuk bulat dan reproduksi dengan cara plasmatomi dan  pembelahan biner. Sel Blastocystis sp. dari sapi diare memiliki permukaan yang lebih dibandingkan yang dari sapi non diare. Bakteri terlihat menempel di permukaan Blastocystis sp. dari feses sapi diare. Ciri-ciri struktur permukaan Blastocystis sp. berkorelasi dengan penampilan gejala.

Penulis: Lucia Tri Suwanti dkk

Full text artikel dapat dibaca pada:

Surface ultrastructure of Blastocystis sp. isolated from cattle . Biodiversitas Vol. 22 No. 3 (2021)  DOI https://doi.org/10.13057/biodiv/d220356 . https://smujo.id/biodiv/article/view/7553

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp