Mengelola Perilaku Makan Anak Sejak Masa Menyusui

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kompas

Kekurangan asupan nutrisi dalam dua tahun pertama kehidupan anak, dapat menyebabkan gagal tumbuh, stunting, gangguan kognitif dan mental, yang mungkin tetap berlanjut hingga dewasa jika tidak ditangani sejak dini. Pola pengasuhan anak, terutama dalam hal pemberian nutrisi, pada periode usia dini akan menentukan kekuatan pondasi tumbuh kembang anak secara jangka panjang.

Pemberian nutrisi pada anak, mayoritas akan berlangsung melalui sebuah proses interaksi makan antara ibu dan anak, yang dipengaruhi oleh tahap perkembangan anak, yaitu tahap homeostatis, keterikatan, dan individuasi. Orang tua dan masyarakat pada umumnya mungkin belum memiliki pengetahuan yang dalam dan luas tentang tahap perkembangan tersebut, yang seringkali membawa masalah lebih lanjut dalam proses pemberian makan.

Orang tua menganggap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) sebagai tindakan awal anak dalam makan, sehingga hal tersebut sangat mendasar dalam pembentukan perilaku makan. Pengembangan pengaturan pemberian makan secara internal dan otonom adalah tugas yang sangat penting di tahun-tahun pertama kehidupan. Sejak lahir, seorang anak tidak lagi menerima nutrisi melalui tali pusat, melainkan harus menerimanya dari proses menyusui. Bayi memberi isyarat berupa tangisan saat lapar, dan berhenti menyusu agar Ibu mengetahui bahwa mereka merasa kenyang. Seorang ibu harus dapat mengenali, merespon, dan mengarahkan sinyal tersebut agar anak memiliki pola minum yang baik. Selain itu, ibu juga harus meresponnya dengan memberikan ASI dalam jumlah yang cukup.

Kesulitan bayi dalam menerima asupan ASI pada tahap homeostatis dapat menyebabkan kesulitan makan, terutama dalam peralihan ke makanan padat. Bila kesulitan makan terjadi terus menerus hingga usia tiga tahun dapat menimbulkan risiko masalah perkembangan dan masalah kesehatan yang buruk di masa dewasa. Ibu harus memiliki pengetahuan dan kesadaran yang memadai tentang pentingnya menyusui sebagai salah satu wujud dari proses pemberian makan bahkan sebelum persalinan atau sebelum anak lahir. Dengan kata lain, orang tua dan masyarakat harus membangun diri dan memahami perilaku makan anak berdasarkan tahapan perkembangan regulasi internal untuk mencegah kesulitan makan di kemudian hari.

Sebuah penelitian kualitiatif dilaksanakan dengan tujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu menyusui dan bagaimana mereka menangani masalah tersebut. Desain kualitatif dengan fenomenologi hermeneutik digunakan dalam penelitian ini untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang diberikan ibu terhadap pengalaman menyusui mereka. Analisis fenomenologi digunakan untuk mengevaluasi bagaimana peserta memahami pengalaman menyusui dan untuk memberikan interpretasi yang terperinci.

Penelitian dilakukan terhadap 21 informan yang terdiri dari ibu bekerja dan ibu tidak bekerja, dengan persyaratan: (1) ibu dengan pengalaman menyusui tidak lebih dari lima tahun yang lalu, (2) ibu yang melahirkan secara spontan atau operasi caesar, (3) ibu bertempat tinggal di Surabaya. Penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam, masing-masing berkisar antara 60 hingga 90 menit. Semua wawancara dilakukan di rumah peserta. Hasilnya direkam dengan audio dan ditranskrip. Semua kegiatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari para peserta dan etika. Dua pertanyaan pokok yang diberikan kepada informan adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana pengalaman menyusui Anda? Dan (2) Bagaimana Anda mengatasi kesulitan menyusui?

Hasil peneltian ini membuktikan bahwa sebagian besar ibu belum memahami pengaruh perawatan gabung terhadap keberhasilan menyusui. Kesulitan menyusui dan suplai ASI yang rendah dapat terjadi pada ibu yang melahirkan secara spontan maupun operasi caesar. Bila ibu berhasil mengatasi kesulitan dalam menyusui dan dapat menyusui secara rutin atau memerah ASI, maka tidak melanjutkan pemberian susu formula. Ibu harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang tahap homeostatis untuk meningkatkan proses menyusui dan menumbuhkan perilaku menyusui yang baik sedini mungkin. Upaya ibu untuk memastikan ketersediaan ASI difokuskan pada persiapan ibu dalam menjalani proses persalinan, dan pemahaman tentang pentingnya rawat gabung. Ibu harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang tahap homeostatis untuk meningkatkan kualitas ASI dan mengembangkan perilaku menyusui yang baik sedini mungkin, untuk membentuk pola makan yang baik di usia selanjutnya.

Penulis: Dr. dr. Ahmad Suryawan, SpA(K)

Informasi detail dari studi ini dapat diakses pada:

Ni Putu Sudewi, Merryana Adriani, Ahmad Suryawan et al. Managing Feeding Behavior Since Birth: What Should Parents Know about the Homeostatic Stage Manifestations?

Pakistan Journal of Medical and Health Sciences. Vol. 14, NO. 4, OCT – DEC 2020

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp