Ini Penanda Infeksi HPV Risiko Tinggi pada Kanker Serviks Jenis Adenokarsinoma

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh 99 co

Kanker servik merupakan kanker terbanyak nomer tiga di dunia. Di Indonesia kanker servik ini menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Jenis kanker servik yang paling sering ditemui yaitu karsinoma sel skuamosa, yang menyerang bagian ektoserviks, sedangkan yang kedua yaitu adenokarsinoma, yang mengenai bagian endoserviks, dengan kejadian sekitar 15%. Kejadian adenokarsinoma serviks ini terus cenderung meningkat. Skrining untuk jenis adenokarsinoma serviks ini lebih sulit dilakukan karena terletak pada bagian endoserviks sehingga pasien lebih sering terdiagnosis pada stadium lanjut.

Penyebab utama kanker servik adalah infeksi Human Papillomavirus (HPV). Berdasarkan kemampuannya untuk menyebabkan kanker, HPV diklasifikasikan menjadi tipe risiko tingi dan risiko rendah. Infeksi oleh kelompok HPV risiko tinggi ini menyebabkan pengrusakan protein penjaga sel yaitu protein 53 (p53) dan inaktivasi protein RB (pRB) yang mengakibatkan akumulasi protein 16 (p16). Pada sel normal, p53 dan p16 tidak terdeteksi karena waktu paruh aktifnya sangat pendek, kurang dari 30 menit, sedangkan pada infeksi HPV risiko tinggi bisa meningkatkan p16. Namun pada kanker servis jenis adenokarsinoma, masih belum diketahui. Penanda untuk memprediksi risiko kanker ini masih perlu ditingkatkan.

Penelitian ini mengevaluasi hubungan antara infeksi HPV dengan protein p53 dan p16 pada kanker servik jenis adenokarsinoma dibandingkan dengan serviks normal. Infeksi HPV diukur dengan mengamati protein E6 dari HPV risiko tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara HPV E6 dengan p16 pada kanker servik tipe adenokarsinoma dibandingkan dengan servik normal dan terdapat hubungan positif antara HPV dengan p53 dan p16.

Terdapat perbedaan E6 HPV secara nyata pada pada jaringan serviks normal dan kanker serviks jenis adenokarsinoma. E6 HPV pada serviks normal adalah negatif, yang berarti tidak terinfeksi oleh HPV; sedangkan pada adenokarsinoma serviks yaitu negatif dan positif yang menunjukkan bahwa sebagian pasien terinfeksi oleh HPV risiko tinggi ( HPV 16 atau HPV 18) dan sebagian lagi tidak terinfeksi HPV. Tidak terdapat perbedaan p53 pada jaringan serviks normal dan kanker serviks jenis adenokarsinoma. Pada sel normal, protein 53 tidak terdeksi, sedangkan pada infeksi HPV karena p53 didegradasi / dirusak, sehingga juga tidak terdeteksi. Protein HPV E6 mengikat p53 dan menstimulasi degradasi p53 melalui jalur proteolitik bergantung ubiquitin untuk menghasilkan ubiquitinasi p53. Ekspresi berlebih dari p53 menunjukkan akumulasi dari protein 53 yang tidak berfungsi dalam bentuk mutan p53 atau p53 ubiquitinasi yang tidak mengalami degradasi. Penelitian lain menunjukkan bahwa mutasi gen p53 pada adenokarsinoma serviks lebih sering terjadi dibandingkan pada karsinoma sel skuamosa atau neoplasia intraepitel serviks. Terdapat substitusi nukleotida tunggal pada gen p53 yang terdeteksi pada 36% kasus adenokarsinoma serviks dan mutasi ini tidak tergantung pada status infeksi HPV. Menariknya, p53 diekspresikan pada jaringan epitel normal dari kasus prolaps uterus. Hasil positif ditemukan pada 40% (4 dari 10 jaringan). Itu juga ditemukan pada adenokarsinoma serviks, dan positif pada 69% (27 dari 39 jaringan). Hal ini menunjukkan bahwa p53 yang terdeteksi ini mungkin adalah tipe mutan p53 dan terkait dengan perkembangan dari normal serviks menjadi kanker serviks, namun hal tersebut masih perlu kajian lebih lanjut.  

Terdapat perbedaan secara nyata p16 pada pada jaringan serviks normal dan kanker serviks jenis adenokarsinoma. Pada sel normal, p16 adalah protein seluler yang terlibat dalam regulasi siklus sel dan ekspresinya dikontrol ketat dalam sel normal sehingga diekspresikan sangat rendah dan seringkali tidak terdeteksi.  Infeksi HPV menyebabkan inaktivasi protein RB yang mengakibatkan akumulasi p16 yang sangat kuat dalam sel serviks dengan displasia dan dapat dengan mudah dideteksi. Oleh karena itu, p16 dapat dianggap sebagai penanda pengganti untuk infeksi HPV risiko tinggi. Pada epitel serviks normal, hasilnya negatif untuk 90% (9/10) spesimen dan positif untuk 10% (1/10) spesimen yang tampak sporadis. Dilaporkan juga bahwa 10% spesimen serviks normal mengekspresikan p16.

Temuan ini menunjukkan bahwa p16 dapat digunakan sebagai penanda adanya infeksi HPV risiko tinggi. Oleh karena itu, pada setiap senter yang tidak dpat melakukan pemeriksaan HPV, maka bisa melakukan pemeriksaan IHK p16 sebagai pemeriksaan pengganti.

Penulis: Gondo Mastutik, Alphania Rahniayu, Nila Kurniasari, Anny Setijo Rahaju, Rahmi Alia

Link article di web jurnal: https://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/13675

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp