Identifikasi Faktor Penghambat Penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Tulungagung

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Metro SINDOnews

Masalah kesehatan menjadi perhatian utama dalam pembangunan karena mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi concern banyak pihak di Indonesia adalah HIV/AIDS. HIV/AIDS ini masalah kesehatan yang sudah cukup lama ditemukan di Indonesia, namun makin hari perkembangannya justru makin mengkhawatirkan. Kasus HIV/AIDS di Indonesia pertama kali dilaporkan pada tahun 1987. Ini merupakan fenomena yang menyedot perhatian banyak orang. Acquire Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang mudah menular dan menyebabkan kematian. Berdasarkan usia, sebagian besar penderita HIV/AIDS memiliki usia produktif, yaitu sebagian besar berusia antara 25-49 tahun. Hal inilah yang menjadikan kasus HIV dianggap sebagai masalah serius, karena dengan tingginya kejadian pda kelompok usia produktif, artinya negara mengalami ancaman penurunan produktivitas. Kelompok usia produktif yang diharapkan dapat menyumbangkan karyanya untuk pembangunan, justru menjadi beban karena sakit yang dialami.

Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur adalah salah satu kabupaten dengan prevalensi HIV yang cukup tinggi. Jumlah penduduk Kabupaten Tulungagung sampai dengan tahun 2018 sebanyak 1.035.290 jiwa. Sedangkan jumlah kasus HIV/AIDS hingga tahun 2018 sebanyak 2.320 kasus dengan jumlah kasus laki-laki sebesar 55%, dan perempuan sebesar 45%. Berdasarkan penyebaran faktor risiko, 97% ditularkan melalui hubungan seks, 2% melalui perinatal, dan 1% melalui jarum suntik. Fenomena inilah yang menjadi dasar ketertarikan untuk mengenali lebih jauh gambaran kasus HIV/AIDS di Kabupaten Tulungagung. Kendala yang muncul dalam penanganan HIV perlu diidentifikasi karena dapat menjadi dasar dalam merumuskan strategi penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Tulungagung.

Komunitas ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) adalah kelompok yang tepat untuk memberikan informasi detail yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Berdasarkan wawancara dengan komunitas ODHA, 50% ODHA pada awalnya enggan berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Mereka baru berobat ke fasilitas kesehatan setelah kondisi tubuh mereka menurun. Setelah diperiksa ternyata ODHA tertular HIV. ODHA enggan berobat ke fasilitas kesehatan karena takut kondisi mereka, takut statusnya diketahui oleh masyarakat, dan mereka juga takut kehilangan pekerjaan. Informasi ini sejalan dengan studi penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa ODHA takut dengan kondisi dan penerimaan masyarakat. Masalah yang dihadapi ODHA tidak hanya masalah kondisi fisik yang semakin menurun, tetapi juga masalah sosial seperti diskriminasi. HIV/AIDS dianggap sebagai kutukan karena penyimpangan karena HIV/AIDS melekat pada orang-orang yang melakukan penyimpangan seperti pekerja seks, gay, pelanggar seks bebas, dan pengguna narkoba suntik. Stigma tersebut menyebabkan ODHA enggan mencari layanan kesehatan dan dukungan sosial yang semestinya bisa mereka terima. Banyak ODHA yang kehilangan pekerjaan dan layanan publik. Bahkan seorang anak dapat menolak pendidikan di sekolah.

Hambatan dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS adalah kurangnya kesadaran dan kemauan pasien untuk minum obat, seperti minum obat Anti Retroviral Virus (ARV). Hal ini disebabkan oleh ketakutan dan kecemasan ODHA dalam melakukan pemeriksaan dan pengobatan (47,9%). ODHA melakukan pengobatan hanya pada kunjungan pertama tetapi untuk pengobatan selanjutnya pasien tidak datang lagi ke Puskesmas untuk melanjutkan pengobatan. Hasil penelitian menemukan bahwa rendahnya kesadaran ODHA juga disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan pasien, dan ODHA tidak mengikuti konseling oleh konselor karena kurangnya akses lokasi yang strategis.

Stigma dan diskriminasi masyarakat dan petugas kesehatan terhadap penderita HIV/AIDS di Kabupaten Tulungagung masih sering terjadi, Untuk itu perlu adanya sosialisasi dan penyuluhan yang berkelanjutan tentang HIV/AIDS. Dukungan Komunitas ODHA dan Komisi HIV/AIDS diharapkan mampu mengubah pola pikir pasien HIV/AIDS agar mau dites dan menjalani pengobatan ARV. Dengan mengetahui kendala-kendala yang terjadi di Kabupaten Tulungagung maka dapat dirumuskan strategi yang tepat untuk mempercepat penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Tulungagung.

Penulis: Ratna Dwi Wulandari

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga Surabaya

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tautan berikut:

http://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/11607

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp