Hubungan antara Peningkatan Fibrinogen dan Fibrin Degradation Products dengan Keparahan dan Luaran yang Buruk pada Pasien Covid-19: Meta-Analisis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: Detik Health

COVID-19 adalah infeksi sistemik yang dapat menimbulkan dampak signifikan pada sistem pembekuan darah yang dapat bermanifestasi dalam bentuk penyumbatan pada pembuluh darah. Pada beberapa kasus COVID-19 fase lanjut, disseminated intravascular coagulopathy (DIC) muncul di sebagian besar kematian akibat COVID-19.  Pada fase akhir infeksi COVID-19, terjadi proses aktivasi sistem pembekuan darah dan kondisi gangguan penghancuran fibrin, salah satu komponen trombosit, sekunder yang disertai dengan peningkatan kadar penanda terkait fibrin dalam darah, yaitu D-dimer dan Fibrin Degradation Products (FDP), dan penurunan kadar fibrinogen. Hingga saat ini, hubungan antara parameter profil pembekuan darah pada setiap fase infeksi COVID-19 masih tidak diketahui. Pada beberapa penelitian sebelumnya, beberapa parameter pembekuan darah disebutkan dapat menggambarkan luaran dan perkembangan pada pasien COVID-19.

Pada awal dari proses gangguan pembekuan darah, pasien dengan COVID-19 mengalami peningkatan signifikan nilai fibrinogen dan FDP.  Beberapa penelitian menunjukkan bahwa koagulopati yang signifikan ditemukan pada pasien COVID-19 dengan fibrinogen yang meningkat pada awal admisi. Namun demikian, sampai saat ini masih ada hubungan yang tidak diketahui antara parameter profil koagulasi saat admisi dengan tingkat keparahan dan kematian pada COVID-19. Tujuan meta-analisis ini adalah untuk mengetahui hubungan antara fibrinogen dan FDP dengan luaran yang buruk berupa tingkat keparahan dan kematian pada pasien COVID-19.

Pencarian literatur pada meta-analisis ini dilakukan secara sistematis dari semua studi observasi dengan sampel pasien dewasa dengan COVID-19 yang memiliki data fibrinogen dan/atau FDP saat admisi menggunakan kaidah Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). Pencarian dilakukan menggunakan database PubMed, Science Direct, Scopus, ProQuest, dan MedRxiv. Penulis melakukan penilaian kualitas metodologis menggunakan quality assessment dari National Institute of Health (NIH). Penulis melakukan analisis pembobotan dengan metode random-effects inverse-variance weighting menggunakan perbedaan data rata-rata/mean difference (MD).

Dari meta-analisis ini didapatkan sebanyak total 17 studi dengan 1.654 pasien dimasukkan dalam meta-analisis ini. Hasil meta-analisis ini menunjukkan bahwa terdapat rata-rata level fibrinogen saat admisi yang lebih tinggi pada pasien dengan kasus yang lebih parah dibandingkan dengan mereka dengan kasus tidak parah. Kelompok pasien yang meninggal memiliki perbedaan rata-rata yang lebih tinggi dari nilai fibrinogen saat admisi. Nilai FDP yang lebih tinggi pada saat admisi ditemukan pada pasien dengan luaran yang buruk (gabungan dari kriteria keparahan, kondisi sakit kritis, dan kematian) dibandingkan dengan hasil yang baik.

Meta-analisis ini menunjukkan bahwa kadar fibrinogen yang tinggi saat masuk rumah sakit secara bermakna terkait dengan keparahan dan kematian pasien COVID-19. Selain itu, peningkatan FDP secara bermakna dikaitkan dengan luaran yang buruk. Hasil meta-analisis ini sejalan dengan penelitian sebelumnya tentang hubungan antara prognosis COVID-19 yang buruk dan profil koagulasi seperti yang muncul dalam beberapa case report. Peningkatan fibrinogen saat masuk juga dapat menjadi penanda prognosis yang buruk pada pasien dengan COVID-19. Selama pandemi, diperlukan stratifikasi risiko dalam triase, dan kadar fibrinogen dapat menjadi salah satu indikator potensial pasien berisiko tinggi. Sementara kadar D-dimer sering digunakan untuk membantu keputusan memulai antikoagulan, kadar fibrinogen mungkin mengarahkan dokter untuk menghentikan terapi antikoagulasi. Perlu dicatat bahwa, seperti semua kasus DIC, pasien dapat berkembang ke keadaan hiperkoagulasi ketika kadar fibrinogen mulai menurun. Pada titik ini, penghentian antikoagulasi harus dipertimbangkan.

Penulis : Johanes Nugroho, Ardyan Wardhana, Eka Prasetya Mulia, Irma Maghfirah, Dita Aulia Rachmi, Maya Qurota A’yun, dan Imanita Septianda

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini,

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33074221/

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp