Hambatan Pemberian Nutrisi pada Balita Severe Stunting

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Popmama.com

UNICEF, WHO pada tahun 2017, sebesar 22,2% anak di dunia, atau 1 dari 4, mengalami stunting. Meski telah dilakukan perbaikan, angka kasus stunting di Indonesia masih cukup tinggi dan di atas standar WHO. Penelitian membuktikan bahwa salah satu faktor penyebab stunting adalah kesalahan ibu dalam pemberian makan kepada anaknya.  Penelitian lain menyatakan bahwa kesalahan ibu dalam memberikan nutrisi pada anak berpotensi menyebabkan stunting. Hasil survei Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia menurun dari 37,2% (2013) menjadi 30,8% (2018). Namun hal tersebut masih menjadi masalah karena WHO memiliki target prevalensi maksimal 20%. Indonesia menempati urutan ketiga dalam peringkat prevalensi stunting tertinggi di Asia Tenggara / Wilayah Asia Tenggara (SEAR).

Penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menentukan hambatan yang dirasakan terhadap pemberian makanan bergizi dalam kaitannya dengan anak-anak yang mengalami severe stunting. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengambilan data dilakukan melalui teknik wawancara semi terstruktur, catatan lapangan dan observasi terhadap 15 ibu balita yang mengalami stunting berat usia 1 – 5 tahun. Analisis data menggunakan metode Colaizzi. Didapatkan hasil bahwa Ibu memiliki pengalaman pemberian nutrisi balita severe stunting sebelumnya dan saat ini yang berpotensi menyebabkan stunting. Ibu juga memiliki hambatan yang berasal dari kemampuan ibu dalam pemberian nutrisi anak, pola makan anak, dan permasalah ekonomi keluarga. Ibu melakukan berbagai upaya untuk mengatasi hambatan tersebut baik secara mandiri maupun memerlukan orang lain. 

Perceived barriers dalam pemberian nutrisi balita severe stunting yang dialami partisipan berasal dari dalam dan luar diri ibu. Perceived barriers yang berasal dari dalam diri partisipan yaitu kemampuan ibu, sikap dan emosi ibu dalam pemberian nutrisi anak. Sedangkan  perceived barriers yang berasal dari luar diri partisipan yaitu dampak dari perubahan pola makan anak seperti anak susah makan dan pilih-pilih makanan serta permasalahan ekonomi keluarga.  Perceived barriers yang berasal dari luar diri ibu lebih banyak daripada perceived barriers yang berasal dari dalam diri ibu. Perceived barriers tersebut saling berinteraksi dan menyebabkan kesalahan ibu dalam pemberian nutrisi balita severe stunting. Partisipan melakukan upaya untuk mengatasi hambatan dalam pemberian nutrisi balita severe stunting dengan cara mengatasi permasalahan secara mandiri dan membutuhkan orang lain.

Penulis: Iqlima Dwi Kurnia, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Detail riset ini dapat dilihat di:

https://www.scopus.com/inward/record.uri?eid=2-s2.0-85104133119&doi=10.1016%2fj.enfcli.2020.10.013&partnerID=40&md5=56671136c62350651bb364793df882c9

Jurnal: Scopus Q3 Enfermeria Clinica  Vol 31 Page S33-S36

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp