Gambaran Faktor Penyebab Stunting di Provinsi Jawa Timur 2019

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: Sindonews

Stunting merupakan permasalahan terkait gizi yang menjadi perhatian dan isu penting di dunia, termasuk di Indonesia. Stunting itu sendiri merupakan kondisi dimana panjang badan atau tinggi badan balita kurang jika dibandingkan dengan balita seusianya. Adapun angka stunting di Jawa Timur masih tinggi. Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian stunting di Jawa Timur mencapai 19,9%. Angka tersebut melebihi rata-rata nasional yaitu 19,3%.

Tidak hanya berkaitan dengan tinggi badan dan panjang badan balita. Stunting menjadi permasalahan karena merupakan salah satu penyebab utama angka kesakitan pada balita. Balita yang stunting akan lebih berisiko mengalami penyakit kronis seperti obesitas dan hipertensi jika dibandingkan dengan balita normal. Selain itu, stunting juga akan mengakibatkan perkembangan kognitif balita terganggu.

Berbagai dampak stunting tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia Indonesia. Lebih jauh lagi, hal tersebut juga akan mempengaruhi peningkatan angka kemiskinan, kesakitan, dan kematian di Indonesia.

Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan ecological analysis menyebutkan bahwa terdapat setidaknya empat faktor yang berkaitan dengan kejadian stunting di Jawa Timur. Empat hal tersebut antara lain adalah cakupan layanan kesehatan balita; cakupan imunisasi; cakupan keluarga yang dapat mengakses jamban sehat; dan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif.

Cakupan Pelayanan Kesehatan

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kabupaten atau kota dengan cakupan pelayanan kesehatan balita yang rendah cenderung memiliki angka kejadian stunting balita yang tinggi. Trend tersebut menunjukkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan balita berkontribusi pada pengurangan angka stunting. Pelayanan kesehatan balita itu sendiri dapat berupa posyandu balita.

Hasil penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik memiliki dampak yang lebih baik pada pertumbuhan anak dan pencegahan stunting. Hal tersebut karena pelayanan kesehatan balita memiliki kontribusi pada perubahan status gizi balita yang dapat mencegah stunting.

Cakupan Imunisasi

Selanjutnya adalah terkait dengan cakupan imunisasi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa kabupaten atau kota dengan cakupan imunisasi yang tinggi cenderung memiliki angka kejadian stunting yang rendah. Hasil tersebut didukung dengan penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa kasus stunting dan wasting (kekurangan gizi akut) pada balita cenderung dialami oleh mereka yang tidak lengkap status imunisasinya.

Selain berkaitan dengan permasalahan gizi, imunisasi juga dibutuhkan oleh balita untuk mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dengan begitu, maka akan dapat mengurangi angka kematian dan kesakitan anak.

Cakupan Keluarga yang Dapat Mengakses Jamban Sehat

Kemudian, hasil menunjukkan bahwa kabupaten atau kota dengan cakupan keluarga yang dapat mengakses jamban sehat tinggi, prevalensi angka kejadian stuntingnya cenderung rendah. Dapat disimpulkan bahwa akses sanitasi berdampak pada kejadian stunting di masyarakat.

Kecenderungan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa sanitasi memiliki hubungan yang linier dengan pertumbuhan anak. Hal itu dikarenakan akses sanitasi yang buruk akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi dan gangguan penyerapan nutrisi, yang kemudian akan berdampak pada pertumbuhan anak. 

Cakupan ASI Eksklusif

Kabupaten atau kota dengan angka pemberian ASI eksklusif yang tinggi juga cenderung memiliki angka prevalensi stunting yang rendah. Beberapa penelitian terdahulu juga telah membuktikan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting adalah anak yang tidak mendapat ASI eksklusif. Untuk itu, penting bagi ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi guna mencegah stunting.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ecological analysis dan berfokus pada perbandingan data agregat antar kelompok pada level kabupaten atau kota di Jawa Timur. Adapun data yang digunakan adalah Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2019.

Terdapat 38 kabupaten atau kota di Jawa Timur yang dianalisis. Sementara variabel yang digunakan terdapat dua jenis. Yaitu variabel terikat dan variabel bebas.

Variabel terikat adalah angka kejadian stunting. Variabel bebas adalah cakupan pelayanan kesehatan balita, cakupan imunisasi, cakupan keluarga yang dapat mengakses jamban sehat, dan cakupan ASI eksklusif. Seluruh proses analisis data tersebut menggunakan software SPSS 21.

Penulis : Hario Megatsari

Sumber : https://www.researchgate.net/publication/346449532_Factors_Related_to_Stunting_in_East_Java_Province_in_2019

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp