Analisis Ekologi Kasus Preeklamsia/Eklampsia di Kabupaten Sidoarjo

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh KlikDokter

Preeklamsia/eklamsia adalah kumpulan gejala yang terjadi pada ibu hamil, persalinan, dan masa nifas yang terdiri dari pohon: hipertensi, proteinuria, dan edema, yang biasanya terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu, kadang disertai kejang hingga koma. Meski ibu hamil tidak menunjukkan tanda-tanda vaskuler atau hipertensi sebelumnya. Eklampsia terbagi menjadi tiga, yaitu eklamsia antepartum, eklamsia intrapartum, eklamsia pascapartum dan dapat terjadi pada trimester terakhir dan meningkat seiring dengan semakin dekatnya persalinan. Faktor risiko preeklamsia dan eklamsia termasuk primigravida, primiparitas, usia, riwayat preeklamsia atau eklamsia, penyakit ginjal, dan hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan, kehamilan multipel, dan obesitas 3-5. Namun dari faktor risiko tersebut masih sulit untuk menentukan faktor yang paling dominan.

Hipertensi dalam kehamilan mencapai 5-15% dari komplikasi kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi selain perdarahan dan infeksi. Secara global 80% kematian ibu diklasifikasikan sebagai kematian ibu langsung. Hipertensi bertanggung jawab langsung atas sekitar 20% kematian ibu di Amerika Serikat, beberapa kasus eklamsia terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan tetapi sekitar 3% kasus didiagnosis antara 2-10 hari pascapartum. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2008, bahwa setiap tahun lebih dari 500.000 ibu ibu meninggal, salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah preeklamsia dengan angka kejadian antara 0,51% -38,4%. Di negara maju, kejadian preeklamsia berkisar antara 6-7%, dan eklamsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu akibat preeklamsia dan eklamsia di negara berkembang masih tinggi. Preeklamsia, salah satu sindrom yang ditemukan pada ibu hamil di atas 20 minggu, terdiri dari eklamsia dan proteinuria dengan atau tanpa edema.

Sebuah penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara umur dengan kejadian preeklamsia, ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian preeklamsia. Temuan ini diperkuat dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian preeklamsia/eklamsia. Insiden preeklamsia/eklamsia telah bertambah selama 5 tahun terakhir sebesar 47,54%. Puskesmas yang memiliki kasus tertinggi adalah Puskesmas Candi (5,74%), Puskesmas Taman dan Puskesmas Buduran (4,10%), Puskesmas Urangagung dan Puskesmas Tanggulangin (3,28%), sedangkan Puskesmas yang kasus terendah adalah Balongbendo. Puskesmas, Puskesmas Porong, Puskesmas Kedungsolo (0,81%), Puskesmas Prambon, Puskesmas Sedati, Puskesmas Tulangan, Puskesmas Ganting, Puskesmas Krian, Puskesmas Barengkrajan (1,64%) dan Puskesmas Prambon, Puskesmas Krembung , Puskesmas Wonoayu, Puskesmas Sukodono, Puskesmas Sidoarjo (2,46%).

Angka kejadian Preeklamsia/Eklamsia di Kabupaten Sidoarjo dalam lima tahun terakhir hampir merata di seluruh wilayah Kabupaten Sidoarjo. Dampaknya yang dapat mempengaruhi ibu dan bayi dimana selama preeklamsia pada ibu hamil adalah berkurangnya aliran darah ke plasenta yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, kelahiran prematur hingga kematian janin dan plasenta dapat terlepas sebelum waktunya. Pada kondisi yang lebih ekstrim, terjadinya eklamsia dapat menyebabkan kerusakan tubuh hingga kematian ibu. Berdasarkan alasan tersebut maka diperlukan terobosan dalam pengelolaannya dalam mengatasi permasalahan terkait masalah kebidanan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007tentang Standar Pelayanan Kebidanan Mengikuti Standar 3 yaitu bidan memberikan pelayanan antenatal yang berkualitas untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan komplikasi tertentu.

Kejadian Preeklamsia/Eklamsia tertinggi di Kabupaten Sidoarjo adalah Puskesmas Candi dan Puskesmas Taman (5,74%), dan Puskesmas Buduran (4,10%). Kecenderungan kejadian Preeklamsia/Eklamsia di Kabupaten Sidoarjo selama 5 tahun terakhir mengalami fluktuasi dan belum menunjukkan perubahan yang lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 Puskesmas yang memiliki persentase preeklamsia/eklamsia tertinggi. Situasi ini mengindikasikan program yang dilakukan Pemerintah untuk menurunkan kejadian Preeklamsia/Eklamsia di Kabupaten Sidoarjo belum efektif sehingga diperlukan intervensi lebih lanjut.

Penulis: Ratna Dwi Wulandari

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tautan berikut:

http://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/12164

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp